Mencari melupakan anak bini

Title

Mencari melupakan anak bini

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (XI)

Identifier

35833

Text

“sepahit-pahit hempedu, lebih pahit lidah manusia”

“setajam-tajam ujung senjata, lebih tajam ujung lidah”

“semakin berkarat mulut orang, semakin bisa perkataanya”

“kalau lidah sudah berkarat, perkataan baik menjadi jahat”

“kalau lidah sudah beracun, rosak binasa turun-temurun”

“besar tidak bergelar, kecil tidak bernama”

“seburuk-buruk puntung, dapat juga bertanak nasi”

“ayam mengeram tak pernah menghitung telurnya”

“kayu rimba tak sama lurusnya”

“kalau hendak tahu manusia, tengoklah kayu dirimba”

“besar kayu, belum tentu besar buahnya”

“walaupun rumpun labu menjalar ditanah, buahnya besar juga”

“banyak runding banyak garamnya, banyak melayu banyak rundingnya”

“banyak ladang kerana padinya, elok orang kerana budinya”

“kepala takkan menyuruh ke buntut”

“sepanjang-panjang langkah,
lebih panjang juga lidah manusia”

“sebisa-bisa racun, lebih bias lidah manusia”

“semanis-manis madu, lebih manis mulut manusia”

“semakin dikejar semakin jauh”

“semakin tahu semakin bodoh”

“semakin kayu, semakin miskin”

“semakin kayu, semakin miskin”

“semakin berilmu, semakin bebal”

“bunyi di dengar, suara disemak”

“semakin banyak bajunya, semakin tampak belangnya”

“baju kering di badan”

“buah busuk ditampuk”

“peluh kering di badan”

“lapuk rumah tak berpenunggu, lapuk orang tak berilmu”

“lapuk tangarang tak berapi, lapuk orang tidak berbudi”

“kuat tali kerana berpintal,
kuat orang kerana berakal”

“kuat parang kerana baja, kuat orang kerana kerja”

“berharga emas kerana karatnya, berharga orang kerana adatnya”

“banyak peluh, perut penuh”

“bila kuku sudah tanggal, barulah tahu rasanya gatal”

“bila gigi sudah ompong, barulah tahu saudara kandung”

“besar mulut tangga berlumut”

“besar mulut pinggan bersemut”

“besar mulut perahu hanyut”

“besar mulut, hampalah perut”

“besar capak, kepala kopak”

“rugi dihitung, laba disekat”

“rugi dikaji, laba dikira”

“memandang sampai ke sebalik, mengkaji sampai ke intinya”

“menengok dengan akal,
memandang dengan ilmu,
melihat dengan budi,
memilih dengan iman”

“menengok sampai tampak,
memandang sampai tahu,
mengkaji sampai faham”

“semakin dipandang semakin hilang”

“bersumpah sekali sudah, berjanji sekali jadi”

“berjanji sekal ikat, bersumpah sekali ucap”

“pantang janji dibawa lari, pantang sumpah dipermudah”

“pantang janji melangkahi dari, pantang sumpah melangkahi agama”

“janji taruknya dibudi, sumpah taruknya pada maruah”

“lupa janji binasa diri, lupa sumpah celaka bangsa”

“hutang dikenang, piutang dibuang”

“hutang diperkecilkan, piutang dibesarkan”

“sekecil-kecil hutang, akhirnya membawa malang”

“seberat-berat hutang ialah hutang budi”

“kalau sudah dituakan orang, seumur hidup memikul hutang”

“kalau sudah tua, persempitlah dunia”

“kalau sudah uzur, siapkan liang kubur”

“kalau sudah beruban siapakn badan”

Bila taring sudah patah, barulah tahu susah nak mengunyah”

“makan sepinggan, jangan melendan”

“makan seperiuk, jangan kemaruk”

“tidur sebantal jangan menjual”

“tidur sekelambu, jangan berseteru”

“tidur selapik, jangan mengusik”

“tidur serumah, jangan menomah”

“tanda serumpun bersopan santun, tanda sebangsa berbudi bahasa”

“tanda tua memelihara, tanda muda, menjaga-jaga”

“habis, dikais, lepas dikekas”

“terlalu kasih, tumbuh selisih, terlampau sayang ditimpa malang”

“berkata satu, berfikir dua”

“bercakap biar sepatah, berjanji biar sekali”

“dahulukan rasa daripada perisa”

“datang jangan menepuk dada, pergi jangan menepuk peha”

“datang jangan menanti sembah, pergi jangan menunggu titah”

“datang jangan bertangan kosong, pergi jangan bertangan hampa”

“datang berterang, pergi bersuluh”

“datang jangan berceleging, pergi pun jangan menengking”

“datang jangan membual, pergi jangan menjual”

“makan setahun, jangan bermasam”

“makan sepiring, jangan bersedengking”

“keras nengkuh, kuat takiknya”

“keras lidah, patah, keras mulut hanyut”

“keras bicara sengsara, keras cakap tercungap”

“keras cakap lesap”

“keras tak menentu, kepala dimakan, batu”

“cakap menengking, terpelanting”

“cakap pedas, terhempas”

“cakap kasar terlempas”

“cakap menyalah, terlapah”

“cakap menyalah, terkilang”

“cakap melintang terbuntang”

“dahulukan tangis daripada tertawa”

“dahulukan pahit dari yang manis”

“keras tidak melepas sesak, lembut tidak membinasakan”

“keras berbatas-batas, lembut berhingga-hingga”

“keras tidak mematah tulang, lembut tidak mematah lidah”

“keras tidak diperjual belikan, lembut tidak diperniagakan”

“keras jangan membekas, lunak jangan mengemak”

“keras berlunak-lunak, lunak berkeras-keras”

“keras beri memberi, lunak isi mengisi”

“keras jangan dinampakkan, lunak jangan dilagakkan”

“keras sebatas patut, lunak sebatas layak”

“keras sepanjang adat, lunak sepanjang undang”

“keras sepanjang undang, lembut sepanjang patut”

“keras diberi taji, lembut diberi budi”

“keras takik, kuat cencangnya”

Berkayuh perahu hanyut, berlayar kapal, pecah”

“bocor tidak bersumbat, lapuk tidak berganti”

“berkuda dipunggung harimau, bersila dipunggung buaya”

“berlabuh disarang ular, berkeduh disarang penyengat”

“berhenti dipunggur lapuk”

“semakin keras semakin cepat petahnya”

“keras dimakan takik, lunak dimakan sudu”

“keras melengas, lembut hangat”

“keras tak menetas, lembut tak menyampai”

“keras ditebas orang, lembut dilapah orang”

“keras kena tebas, lunak kena pijak”

“keras tak sempat bernafas, lembut tak sempat menyebut”

“keras tak berjudu, lembut tak berlawan”

“bagai meniup lilin”

“bagai meniup debu”

“bagai buaya mencium bangkai”

“bagai anjing mencium jejak”

“bagai kucing mencium panggang”

“bagai kambing mencium bau harimau”

“kuku tumpul, taring lapuk”

“lidah kelu, darah gemuruh”

“langkah pendek, akal pun singkat”

“lidah beracun, taring berbisa”

“kuku tajam taring pun panjang”

“berkayuh tidak bersampan, berdayung tidak berperahu”

“bagai duri dipangkal dahan”

“bagai telur ditepi bendul”

“bagai menetas ditelapak tangan”

“bagai menetas didalam bara”

“bagai menetas didalam jerami”

“bagai menetas dimulut buaya”

“bagai menetas disarang harimau”

“bagai menetas dicelah ketiak”

“bagai menetas didapur raja”

“bagai menetas didalam periuk”

“bagai ikan jatuh ke sungai”

“bagai ulat jatuh ke daun”

“bagai api jatuh ke sekam”

“bagai pelita jatuh ke lantai”

“bagai cincin pulang ke jari”

“bagai taji pulang ke kaki”

“bagai cemdawan pulang ke batang”

“bagai buruk diujung tanjung”

“bagai beruk diujung tanjung”

“bagai biawak dicelah banir”

“bagai buaya didalam lubuk”

“bagai harimau didalam kandang”

“bagai buah diujung dahan”

“bagai bunga dilingkar ular”

“bagai ranting jatuh ke semak”

“bagai gajah jatuh ke lubuk”

“bagai kucing jatuh ke tilam”

“bagai punggur jatuh ke lumpur”

“bagai bara jatuh ke jeram”

“bagai bara jatuh ke pinggan”

“bagai kapas jatuh ke tanah”

“bagai gulai jatuh ke nasi”

“bagai garam jatuh ke laut”

“bagai isi jatuh ke tanah”

“bagai intan jatuh ke pelimbahan”

“bagai belut jatuh ke Lumpur”

“bagai kucing jatuh ke sarang tikus”

“menanti dengan budi, menunggu dengan ilmu”

“menyimak dengan otak, mengaji dengan hati”

“perisa tidak menggila, sedap tidak menyelap”

“pantang jauh mengeluh, pantang dekat dicapak”

“pantang budi menanti puji, pantang kerja menunggu perintah”

“setimpas-timpas surut, takkan mengeringkan laut”

“tanduk tidak kalah, diam tidak besi”

“sejauh-jauh pulau, kalau berkayuh sampai juga”

“bagai menunggu pulau hanyut”

“bagai berlayar dalam Lumpur”

“bagai bulu ayam jatuh ke halaman”

“besar kepala kecil isinya”

“sebelum memanjat, ukur tingginya”

“kalau tidak ada air, dimana perahu dapat berlayar”

“berguna layar kerana angin, berguna dayung kerana dikayuhkan”

“semakin kuat berkayuh, semakin laju perahu”

“biar selangkah, asal ke muka”

“melihat dengan sifat, memandang dengan undang”

“biar langit berkabut, asal kepala tenang”

“biarpun langit berkabut, kalau kepala terang takkan sesat”

“biar laut berkabut, kalau mata tajam takkan hanyut”

“mengadu kepada yang tahu”

“takut tidak membuang masa”

“banyak seruk, banyak sudatnya”

“meniti batang menggolek, menempuk jalan beronak”

“jalan tidak mencari langkah”

“duduk meraut duri, tegak meruncing onak”

“tuah galai pada belanganya, tuah nasi pada periuknya”

“sifat pucuk menanti angin”