Title
Ada malangnya membeli badik,
Bila majal manafaatnya kurang;
Ada malangnya berbini cantik,
Bila ditinggal dipanjat orang.
Bila majal manafaatnya kurang;
Ada malangnya berbini cantik,
Bila ditinggal dipanjat orang.
Source
Khazanah Pantun Melayu Riau
Identifier
39535
Text
Zaman Kucing memakai serban
Pagi gelap sudah bertandan
Badan bunting lah sampai bulan
Laki menyelap kena pengkelang
Zaman purba lamalah sudah
Beribu tahun sudah berlalu
Tangan meraba meleleh ludah
Mau mencium mertua lalu
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini semua berhitung
makan bukan sebarang makan
Makan hati berulam jantung
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini mabukkan harta
Makan bukan sebarang makan
Makan hati dimabuk cinta
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini tiada bermalu
Makan bukan sebarang makan
Makan hati karena dimadu
Zaman bukan sebarang makan
Zaman edan gilakan uang
Makan bukan sebarang makan
Makan tangan kena lempang
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah sengsara hidup
Makan bukan sebarang makan
Makan sumpah perut meletup
Zaman bukan sebarang zaman
Zazman gelap hiduppun sulit
Makan bukan sebarang makan
Makan suap perutpun buncit
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman beradab berkembang ilmu
Makan bukan sebarang makan
Makan suap orang tak malu
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman sekarang hidup bertuah
Makan bukan sebarang makan
Makan tulang menghisap darah
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kemajuan semua bebas
Makan bukan sebarang makan
makan menyetan bekerja malas
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah mendapat kerja
Makan bukan sebarang makan
Makan darah rakyat jelata
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman orang mabuk kepayang
Makan bukan sebarang makan
Makan kenyang mabuk seorang
Zaman kayu dimakan bubuk
Banyak semut berperut buncit
Kawan bisu badannya gemuk
Campak ke laut tiada bergarit
Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah
Yang bertobat sama dipuji
Supaya kuat iman di dada
Orang berhelat bergesa pergi
Di sana dapat bermain mata
Yang berbudi dikenang-kenang
Hutang budi dibawa ke kubur
Sayang ke laki ditimang-timang
Sayang ke bini dibawa tidur
Yang hari bertambah teduh
Karena siang hujan berangin
Yang pergi bertambah jauh
Karena tunangnya sudah kawin
Zaman kini beralih-alih
Masa hujan berubah panas
Dengan bini berkasih-kasih
Supaya makan selera puas
Zaman kini banyak berubah
Betina banyak mencari jantan
Dengan bini banyak mengalah
Supaya lemak nasi dimakan
Zaman kini zaman kemaruk
Gila pangkat kemaruk harta
Dengan bini jangan beramuk
Supaya dapat duduk bermanja
Zaman kini zaman menyalah
Manusia lupa hidup kan mati
Dengan bini janganlah marah
Supaya mudah bertanak nasi
Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya
Zaman kini zamannya fitnah
Bila berkata semuanya bengak
Dengan laki janganlah lengah
Bila menyalah segera bertindak
Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja
Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya
Zaman sekarang lain sekali
Banyak orang tak tahu malu
Berjalan seorang ibalah hati
Karena mengenang hidup dimadu
Zaman dahulu zaman bahari
Jauh sudah kita tinggalkan
Janganlah malu pada suami
Baju di dada kita tanggalkan
Zaman silam sudahlah lampau
Kita memandang ke masa depan
Siang dan malam merasa risau
Kaki lah goyang kepala beruban
Zaman silam banyak kenangan
Peristiwa penting jadi sejarah
Siang dan malam tak mau makan
Karena pening tak jadi nikah
Zaman silam zaman beradat
Kini adat dilupakan orang
Siang malam fikiran tumpat
Bini lah berat mertua pulang
Zaman dahulu hidup tenteram
Sanak saudara beramah tamah
Badan lesu tak tidur malam
Dibentak mertua celana basah
Zaman lampau semuanya akrab
Sama sekampung bertegur sapa
Badan berpanau dada berkurap
Dimana mencangkung bergaru saja
Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya
Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga
Yang belukar menjadi ladang
Di sinilah dia mau bekerja
Orang sabar hati penyayang
Bini lah tua dipangkunya jua
Yang unta berkaki panjang
Hari malam tegak di pantai
Orang tua berhati lapang
Bini di tilam awak di lantai
Yang unta tahan dahaga
Berpacu sehari minum seteguk
Orang tua tahan berjaga
Memangku bini semalam suntuk
Yang kuda larinya deras
Biarpun jauh melompat juga
Orang tua hatinya keras
Biarpun lumpuh memanjat juga
Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah turun seorang
Orang pelit mencoba berbini
Diminta belanja mohon berhutang
Yang ringan sama diangkat
Bila berat pikul sendiri
Orang penyegan suka menjilat
Makan kuat sebakul sehari
Yang berakit sama ke hulu
Bila berenang basah sendiri
Sedang sakit minta dibantu
Sudah senang makan sendiri
Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah masing-masing
Sedang sulit sama mencari
Sudah mewah tak ambil pusing
Yang berburu ke padang datar
Dapat rusa bertanduk runcing
Sedang berguru orang melamar
Lambat nikah perutlah bunting
Yang lambat tentu terlambat
Hendak berlari kaki pengkar
Jambang lebat bulupun lebat
Banyaklah isteri lari gementar
Yang mustahil memeluk gunung
Kecuali gunung bercabang dua
Orang kikir duduk termenung
Hati bingung mengenang belanja
Yang batu memanglah malang
Tercampak tidak timbul lagi
Orang berkuku bersenang lenang
Anak beranak berbagi rezki
Yang susu dibalas kopi
Air tuba dibalas racun
Sedang merayu terlepas gigi
Hati kecewa selera turun
Yang rokok tentu dihisap
Untuk melepas rasa tagihnya
Sedang seronok mau mendekap
Kentut terlepas patah hatinya
Yang berpuasa tentulah letih
Menahan lapar sehari suntuk
Orang berkuasa tentu berlebih
Makannya besar rezki menumpuk
Yang membantah tentulah panas
Panas benak panas bicaranya
Orang memerintah tentulah puas
Puas tekak puas seleranya
Yang berangkat tentulah senang
Senang pula cita rasanya
Orang berpangkat tentulah kenyang
Kenyang pula saudara maranya
Yang lurus tidakkan menipu
Ingat hutangnya banyak sedikit
Orang kurus awak yang pilu
Melihat tulangnya berpalut kulit
Yang sakit didoakan sembuh
Diobat diurus terus menerus
Orang buncit awak yang gaduh
Melihat perutnya mau meletus
Yang peradang disuruh bertobat
Supaya yang salah menjadi saleh
Orang penggamang disuruh memanjat
Celananya basah kencing meleleh
Yang pelaut disuruh berenang
Mencari todak beserta kepiting
Orang penakut disuruh berperang
Tahi berserak mencurah kencing
Yang kemak dibawa bersolek
Sudah cantik nampak segarnya
Orang pekak dibawa berbisik
Salah bisik awak ditamparnya
Yang pasu sudah dijual
Salah jual tampak mahalnya
Orang bisu dibawa berbual
Salah bual awak dibedalnya
Yang tua suka berkain
Bawakan kain sarung untuknya
Orang buta dibawa bermain
Salah main hidung dicucuknya
Yang gadis suka berbedak
Bedak menambah bersih wajahnya
Orang bengis suka membentak
Terbentak mertua putih mukanya
Yang ada sudah dihimbau
Niat berdoa menolak bala
Orang duda suka mengigau
Teringat janda ditalak tiga
Yang berada sudahlah pergi
Niat membawa saudara mara
Orang muda berpatah hati
Surat cintanya ditolak semua
Yang duduk tidak beranjak
Penatnya lepas bercakap-cakap
Orang gemuk awak yang sesak
Melihat nafasnya tercungap-cungap
Yang singgah diajak makan
Makan minum memuaskan tekaknya
Orang nikah awak yang pingsan
Pingsan mencium bau ketiaknya
Yang singgah diajak duduk
Duduk merokok saling bertanya
Orang nikah awak yang mabuk
Mabuk menengok juling matanya
Yang singgah diajak berbual
Nasi ditanak gulai disendok
Orang nikah awak yang kesal
Bininya budak laki lah bungkuk
Yang pergi tidak menjelau
Hendak mencari lautan dalam
Orang berbini awak yang risau
Melihat bininya tak tidur malam
Yang disebut berkain baju
Kain dipakai dengan bajunya
Orang berebut menjadi hantu
Kawin cerai tak ada malunya
Yang disebut berkain gumbang
Pagi dan petang berkain saja
Orang berebut bermain sumbang
Anak bini orang dimainkannya
Yang disebut berkain basahan
Memakai kain diwaktu mandi
Orang berebut berkawan setan
Pandai bermain menipu isteri
Yang disebut berseluar sampak
Celananya pendek tidak berbaju
Orang tak takut berbuat bengak
Dirumah baik di luar menghantu
Yang disebut baju menyalah
Ketiak nampak susu terjulur
Orang tak takut berbuat salah
Merusak akhlak tak mau jujur
Yang disebut baju tersingkap
Baju terbuka nampaklah pusat
Orang tak takut pergi menyelap
Memburu betina sepepak tempat
Yang jauh tidak terbawa
Hendak dibawa angin membadai
Orang jatuh awak tertawa
Asyik tertawa kain terburai
Yang singgah diajak bermalam
Duduk berangin di selasar tinggi
Orang nikah awak yang demam
Menengok pengantin sebesar gergasi
Yang lari kijang
Yang dipelelah rusa
Yang dicari bujang
Yang menyerah duda
Yang diperah kelapa
Yang sedap tengguli
Yang marah mertua
Yang mengidap bini
Yang telur menetas
Yang pinang bulat
Yang kendur melepas
Yang tegang mendapat
Yang buah tergantung
Yang putik tergayut
Yang tua berhitung
Yang kecik bergulut
Yang masin garam
Yang busuk jering
Yang bermain diam
Yang menengok bising
Yang lepat sedap
Yang gula manis
Yang mendapat senyap
Yang kena menangis
Yang disebut rezki padi
Ladang menjadi padinya elok
Orang penurut berlaki bini
Panjang jadi pendekpun elok
Yang disebut berkain buruk
Kainnya buruk gunanya banyak
Orang berebut bermian buruk
Kawin kemaruk kerja merusak
Yang disebut berkain sarung
Kain disarung pengganti celana
Malanglah ikut pemimpin serong
Mainnya serong hati ke betina
Yang disebut berkain batik
Memakai batik kemana pergi
Orang berebut bermain licik
Perangai licik gila berbini
Yang dipakai parang
Yang terbawa gada
Yang diintai bujang
Yang bersua duda
Yang direndang bilis
yang masak lada
Yang dipinang gadis
Yang terbawak janda
Yang diminta bilis
Yang dapat lada
Yang dicinta gadis
Yang dapat janda
Yang dipaku tiang
Yang kena tangga
Yang dirayu bujang
Yang kena duda
Yang baju di atas
Yang seluar di bawah
Yang mau di atas
Yang keluar di bawah
Yang wangi bunga
Yang busuk tahi
Yang dicari janda
Yang dipeluk bini
Yang bukit tinggi
Yang rendah rawa
Yang dicubit pipi
Yang merah muka
Yang dipindang ikan
Yang dibakar daging
Yang dipegang tangan
Yang gemetar keting
Yang kunyit biarlah kunyit
Malang kunyit lambat berisi
Orang buncit biarlah buncit
malang buncit tak dapat lari
Yang pasu biarlah pasu
Untung pasu banyak gunanya
Orang bisu biarlah bisu
Untung bisu banyak gayanya
Yang bertanda biar bertanda
Untung tanda dapat dipegang
Orang menjanda biar menjanda
Untung janda mendapat bujang
Yang berkuda biar berkuda
Untung kuda dapat berbaris
orang menduda biar menduda
untung duda mendapat gadis
Yang patah biarlah patah
Supaya cepat bertunas lagi
Orang lemah biarlah lemah
Supaya dapat ditindas lagi
Yang patuh biarlah patuh
Supaya dapat dicontoh lagi
Orang bodoh biarlah bodoh
Supaya dapat diperbodoh lagi
Yang tinggal biarlah tinggal
Supaya dapat ditinggal pergi
orang bebal biarlah bebal
Supaya dapat diperjual beli
Yang lahir biarlah lahir
Supaya cepat beranak lagi
Orang pandir biarlah pandir
Supaya dapat diinjak lagi
Yang lunak biarlah lunak
Supaya nanti dapat dipancung
orang tamak biarlah tamak
Supaya mati perutnya gembung
Yang kembang biar berkembang
Supaya harum di bawah bukit
Orang jongang biarlah jongang
Supaya mencium mudah menggigit
Yang pendek biarlah pendek
Untung pendek kain tak dalam
Orang pesek biarlah pesek
Hidung pesek penciuman tajam
Yang pancang biarlah pancang
Malang pancang cepat lapuk
Orang panjang biarlah panjang
malang panjang cepat bungkuk
Yang bukit biarlah bukit
Untung bukit berhutan lebar
Orang buncit biarlah buncit
Untung buncit berjalan sabar
Yakin ada percaya tidak
Karena kabar belum pasti
Berkain ada kebaya tidak
Dada berdebar menahan hati
Yakin sudah percaya belum
Elok dibanding salah dan benar
Kawin sudah nikahnya belum
Duduk bersanding perutlah besar
Yakin dihati yakinlah umat
Niat tak habis pada yang luhur
Lain dicari lain yang dapat
Tak dapat gadis jandapun syukur
Yakin beramai beringat-ingat
Kalau merempai datang sengketa
Kain dipakai berhemat-hemat
Kalau terburai orang berdosa
Akin habis tidakkan habis
Percaya diri tiang usaha
Kain tipis tidak berlapis
Dibawa mandi orang menganga
Yakin membeli takkan merugi
begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu
Yakin tegak tidakkan jatuh
Kurang yakin cepat goyahnya
Kain awak yang tak senonoh
Orang lain dapat dosanya
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin kerja membawa faedah
Bermain bukan sebarang main
Main muda kepala kan pecah
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin hilang tidakkan hilang
Bermain bukan sebarang main
Main belakang mata terbuntang
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin bertanak masak nasinya
Berkain bukan sebarang kain
Berkain koyak nampak isinya
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin menulis banyak dikarang
Berkain bukan sebarang kain
Berkain tipis banyak terbayang
Yang lah duduk biarlah duduk
Supaya cepat ke tempat tidur
Orang tua bungkuk biarlah bungkuk
Supaya ingat ke pintu kubur
Yang lah hilang biarlah hilang
Supaya lepas dari benaknya
Orang tua miang biarlah miang
Supaya puas selera badaknya
Yang lah gagal biarlah gagal
Supaya percaya buruk lakunya
Orang tua gatal biarlah gatal
Supaya dicerca anak cucunya
Yang lah kecil biarlah kecil
Supaya dapat mengenal dirinya
Orang tua degil biarlah degil
Supaya cepat tanggal giginya
Yang lah langsung biarlah langsung
Supaya tak berat hati mengenang
Orang tua ompong biarlah ompong
Supaya tak dapat menggigit orang
Yang lah gembung biarlah gembung
Supaya dapat dicontoh bentuknya
Orang tua sombong biarlah sombong
Supaya cepat tumbuh tanduknya
Yang lah pulang biarlah pulang
Supaya senang hati keluarganya
Orang tua goyang biarlah goyang
Supaya digoyang bini mudanya
Yang lurus biarlah lurus
Supaya tidak menjadi bengkok
Orang kurus biarlah kurus
Supaya tidak iri orang gemuk
Waktu menteri berjaja jagung
Orang menangis mengurut dada
Pilulah hati dara sekampung
Bujangnya habis disikat janda
Waktu menteri membeli minyak
Orang melihat berhati rawan
Waktu isteri baru beranak
Datanglah niat mencari perawan
Waktu menteri menjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua
Waktu menteri berdagang lepat
Celananya basah kena santan
Pilulah hati memandang umat
Rajanya serakah lupa daratan
Waktu menteri berdagang terung
Teman-temannya berjual kerang
Pilulah hati mengenang kampung
Hutan tanahnya dipejual orang
Waktu menteri berdagang kacip
Para pembesar berjaja pinang
Pilulah hati mengenang nasib
Mertua pengasar lakinya garang
Waktu menteri berdagang kain
Sibuk berjaja malamnya penat
Pilulah hati memandang datin
Datuknya sudah karam di darat
Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam menjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras
Waktu menteri berdagang lauk
Pembesar duduk membawa surat
Sayulah hati memandang datuk
Di luar teruk di rumah tenat
Waktu menteri berdagang tapai
Semua pengikut menyiapkan piring
Pilulah hati memandang lebai
Karena berjanggut dikejar kambing
Waktu menteri berdagang tilam
Para datuknya membuat bantal
Pilulah hati memandang imam
Karena nyanyuk ayat tertinggal
Waktu menteri berdagang surat
Semua datuknya berniaga gelap
Pilulah hati memandang umat
Karena mabuknya raja menyelap
Waktu menteri berdagang mangkuk
Karena terlapah semuanya pecah
Pilulah hati memandang datuk
Kepala lah sulah kerja bertambah
Waktu menteri berdagang lemang
Banyak pembeli memakai pupur
Pilulah hati memandang dubalang
Sejak berbini misainya gugur
Waktu menteri berdagang delima
Anak buahnya berjaja gelang
Pilulah hati memandang panglima
Sejak menikah jalannya goyang
Waktu menteri berdagang cawan
Banyaklah budak menjaja piring
Pilulah hati memandang kawan
Anaknya banyak binipun bunting
Waktu menteri berdagang rotan
Sakitlah betis terkena duri
Pilulah hati memandang teman
Duitnya habis nikah tak jadi
Waktu mandi berkain basahan
supaya aib tidak tesingkap
Baru sekali main sungguhan
Karena nasib awak tertangkap
Waktu mandi pagi dan petang
Tak ada sabun bawalah sabut
Baru sekali pergi meminang
Karena gerun mulaslah perut
Waktu siang banyak merokok
Karena banyak menerima tamu
Mau meminang ketiak busuk
Bila ditolak tentulah malu
Waktu siang bermain gasing
Siapa menang beradu pandai
Baru datang kain tersingsing
Disapa orang lalu terburai
Waktu siang bermain galah
Kalah teruk dibawa gelak
Baru datang kain tersimbah
Dibawa duduk bertambah koyak
Waktu hendak berhelat jamu
Kain dipakai baju dicari
Baru tegak menyambut tamu
Kain terburai tamupun lari
Waktu datuk membeli bayam
Di pasar ramai orang keluar
Baru kan duduk memberi salam
Seluar terburai orangpun bubar
Waktu menteri meratah petai
para pembesar patuh menengok
Begitu isteri meminta cerai
Suami mendengar jatuh terduduk
Waktu menteri berkain sarung
Kaki terantuk ke tepi meja
Begitu isteri bermain serong
Laki terduduk berputih mata
Waktu menteri berjual sapi
Hamba rakyat datang menawar
Begitu isteri ditinggal laki
Tibalah umat datang melamar
Waktu menteri berdagang belacan
Banyaklah datuk membeli lada
Malulah hati berpegangan tangan
Awak lah bungkuk beristeri muda
Waktu menteri mendukung itik
Tua dan muda hadir menolong
Sayulah hati berhidung pesek
Muka rata bibir yang mancung
Waktu menteri membeli kunyit
Orang berjaja bermandi peluh
Pilulah hati berlaki buncit
Kurang waspada bininya lumpuh
Waktu siang tegak menuai
Hendak duduk lutut terkilir
Mau pulang awak lah cerai
Hendak rujuk takut disindir
Waktu pagi kabut pun reda
Hendak bersampan laut berombak
Mau berhenti takut ke janda
Hendak berjalan lutut lah bengkak
Waktu hujan awanpun gelap
Suntuk langkah dadapun kemak
Mau berjalan badan berkurap
Duduk di rumah mertua galak
Waktu tidur mata bengkak
Hendak berjalan kaki pegal
Mau bercukur kepala botak
Hendak makan gigi tanggal
Waktu duduk lantai berderak
Hendak tegak seluar sangkut
Malulah datuk ditertawai budak
Awak membentak keluar kentut
Waktu membeli tali seluar
Banyakmulut turut mengusul
Baru berdiri kaki gementar
Hendak duduk buntut berbisul
Waktu sehari rasa setahun
Karena kasih sedang membara
Baru berdiri celana turun
Siapa menoleh terbuntang mata
Waktu sehari terasa lama
Ditinggal sedang mabuk kepayang
Malulah hati bersua janda
Sesalpun datang bukan kepalang
Waktu mandi orang ke sungai
Mandi berenang tua dan muda
Baru sehari badan bercerai
Hati lah gamang dadapun hampa
Waktu duduk menanti malam
Banyaklah sampah dibakarnya
Waktu beruk menjadi imam
Banyaklah fatwah ditukarnya
Waktu duduk menanti gulai
Banyaklah nasi ditanaknya
Waktu beruk menjadi lebai
Banyaklah bini ditalaknya
Waktu duduk menanti senja
Banyaklah parang diasahnya
Waktu beruk menjadi raja
Banyaklah orang dibelasahnya
Waktu duduk berjaga-jaga
Banyaklah kain dipakainya
Waktu datuk tergila-gila
Banyaklah datin dicerainya
Waktu duduk menunggu senja
Kain dilipat disimpan orang
Waktu datuk merayu dara
Datin melihat mengasah parang
Waktu duduk menumbuk lada
Kain tersingkap tiada tahu
Waktu datuk mabuk betina
Datin bersiap membawa palu
Wangilah bunga di tengah padang
Elok disunting penghias rambut
Hatilah luka dipaksa bertunang
Duduk bersanding mulaslah perut
Wangilah bau delima merkah
Mau diperam mudahlah busuk
Hati lah jemu dipaksa nikah
Baru semalam sudah beramuk
Wangilah minyak kayu cendana
dapat menjadi obat penawar
Hati lah muak dirayu juga
Lambat kaki tangan menampar
Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding
Wangilah kelopak bunga melati
Sesudah gugur baru dipangkas
Hati lah bengkak dihina bini
Sesudah tidur baru dibalas
Wangi sekali minyak sinyonyong
Dituang dengan membaca jampi
Laki lah mati awak mengandung
Dipinang orang rasa bermimpi
Wangi sekali minyak jelantah
Enak digoreng bersama kerak
Laki bini tegak berbantah
Anak kencing mertua teberak
Wangi sekali minyak nilam
Gunanya untuk bahan ramuan
Laki bini hendak bertikam
Mertua sibuk mencarikan kafan
Waktu subuh orangpun azan
Sesudah azan tegak sembahyang
Baju lusuh hutang sebeban
Malulah badan hendak meminang
Waktu pagi orang merenda
Merenda kain untuk selendang
Malulah hati memandang janda
Janda lah kawin awak membujang
Waktu pagi duduk menekat
Menekat merenda tepi kain
Malulah hati masuk ke helat
Helat jandanya jadi pengantin
Waktu makan orangpun pulang
Minum kopi minum bersama
Malunya bukan alang kepalang
Mencium bini tercium mertua
Waktu Isya banyak berdoa
Tegak sembahyang serta bertobat
Mau menikah awak lah tua
Hendak membujang tak sampai niat
Waktu malam bulanpun kelam
Hari gelap tak ada lampu
Baju hitam badanpun hitam
Pergi merayap tak ada yang tahu
Wakil udang kepada belida
Wakil belida kepada buntal
Degil bujang karena janda
Degil janda karena gatal
Wangi bunga harum semerbak
Ditimpa panas lalulah mati
Bini lah dua belum beranak
Supaya puas menikah lagi
Wangilah bunga sedap malam
Banyak kumbang ikut menyeri
Laki lah tua merayap malam
hendak ditendang takut mati
Wangilah bunga di tepi ladang
Untuk hiasan indah sekali
Laki lah tua bininya garang
Teruklah badan kena pekuli
Wangilah bunga di tepi hutan
Diaruk kumbang dahan terkulai
Laki lah tua bini menyetan
Remuklah tulang badanpun lunglai
Walaupun kain baru direndam
Karena perlu dipakai juga
Walaupun kawin baru semalam
Karena malu bercerai juga
Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun kaki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi
Walaupun taji sudah dipasang
Karena goyang dicabut lagi
Walaupun hati sudah meradang
Karena berhutang mulut terkunci
Walaupun hari baru kan hujan
Karena petang bergulut juga
Walaupun laki sebau belacan
Karena penyayang diikut juga
Walaupun menggulai tidak bisa
Dapat bertanak sudah bersyukur
Walaupun bercerai talak tiga
Mengingat anak tetap bertegur
Walaupun menggulai tidak bisa
Memasak pindang tentulah jadi
Walaupun bercerai talak tiga
Banyaklah kenangan dibawa mati
Walaupun lutut rasa gementar
Karena diburu berpacu pulang
Walaupun perut sudah lapar
karena malu mengaku kenyang
Walaupun sambal terasa pedas
Tak ada ikan dimakan juga
Walaupun bual melewati batas
Karena segan ditelan juga
Walaupun beduk sudah berbunyi
Karena bimbang berjalan juga
Walaupun teruk dibelasah bini
Karena sayang ditahankan juga
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil hendak menjadi wali
Degil bukan sebarang degil
Degil hendak mencari bini
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil mutlak memegang janji
Degil bukan sebarang degil
Degil memekak tunangnya lari
Pagi gelap sudah bertandan
Badan bunting lah sampai bulan
Laki menyelap kena pengkelang
Zaman purba lamalah sudah
Beribu tahun sudah berlalu
Tangan meraba meleleh ludah
Mau mencium mertua lalu
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini semua berhitung
makan bukan sebarang makan
Makan hati berulam jantung
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini mabukkan harta
Makan bukan sebarang makan
Makan hati dimabuk cinta
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini tiada bermalu
Makan bukan sebarang makan
Makan hati karena dimadu
Zaman bukan sebarang makan
Zaman edan gilakan uang
Makan bukan sebarang makan
Makan tangan kena lempang
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah sengsara hidup
Makan bukan sebarang makan
Makan sumpah perut meletup
Zaman bukan sebarang zaman
Zazman gelap hiduppun sulit
Makan bukan sebarang makan
Makan suap perutpun buncit
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman beradab berkembang ilmu
Makan bukan sebarang makan
Makan suap orang tak malu
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman sekarang hidup bertuah
Makan bukan sebarang makan
Makan tulang menghisap darah
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kemajuan semua bebas
Makan bukan sebarang makan
makan menyetan bekerja malas
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah mendapat kerja
Makan bukan sebarang makan
Makan darah rakyat jelata
Zaman bukan sebarang zaman
Zaman orang mabuk kepayang
Makan bukan sebarang makan
Makan kenyang mabuk seorang
Zaman kayu dimakan bubuk
Banyak semut berperut buncit
Kawan bisu badannya gemuk
Campak ke laut tiada bergarit
Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah
Yang bertobat sama dipuji
Supaya kuat iman di dada
Orang berhelat bergesa pergi
Di sana dapat bermain mata
Yang berbudi dikenang-kenang
Hutang budi dibawa ke kubur
Sayang ke laki ditimang-timang
Sayang ke bini dibawa tidur
Yang hari bertambah teduh
Karena siang hujan berangin
Yang pergi bertambah jauh
Karena tunangnya sudah kawin
Zaman kini beralih-alih
Masa hujan berubah panas
Dengan bini berkasih-kasih
Supaya makan selera puas
Zaman kini banyak berubah
Betina banyak mencari jantan
Dengan bini banyak mengalah
Supaya lemak nasi dimakan
Zaman kini zaman kemaruk
Gila pangkat kemaruk harta
Dengan bini jangan beramuk
Supaya dapat duduk bermanja
Zaman kini zaman menyalah
Manusia lupa hidup kan mati
Dengan bini janganlah marah
Supaya mudah bertanak nasi
Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya
Zaman kini zamannya fitnah
Bila berkata semuanya bengak
Dengan laki janganlah lengah
Bila menyalah segera bertindak
Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja
Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya
Zaman sekarang lain sekali
Banyak orang tak tahu malu
Berjalan seorang ibalah hati
Karena mengenang hidup dimadu
Zaman dahulu zaman bahari
Jauh sudah kita tinggalkan
Janganlah malu pada suami
Baju di dada kita tanggalkan
Zaman silam sudahlah lampau
Kita memandang ke masa depan
Siang dan malam merasa risau
Kaki lah goyang kepala beruban
Zaman silam banyak kenangan
Peristiwa penting jadi sejarah
Siang dan malam tak mau makan
Karena pening tak jadi nikah
Zaman silam zaman beradat
Kini adat dilupakan orang
Siang malam fikiran tumpat
Bini lah berat mertua pulang
Zaman dahulu hidup tenteram
Sanak saudara beramah tamah
Badan lesu tak tidur malam
Dibentak mertua celana basah
Zaman lampau semuanya akrab
Sama sekampung bertegur sapa
Badan berpanau dada berkurap
Dimana mencangkung bergaru saja
Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya
Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga
Yang belukar menjadi ladang
Di sinilah dia mau bekerja
Orang sabar hati penyayang
Bini lah tua dipangkunya jua
Yang unta berkaki panjang
Hari malam tegak di pantai
Orang tua berhati lapang
Bini di tilam awak di lantai
Yang unta tahan dahaga
Berpacu sehari minum seteguk
Orang tua tahan berjaga
Memangku bini semalam suntuk
Yang kuda larinya deras
Biarpun jauh melompat juga
Orang tua hatinya keras
Biarpun lumpuh memanjat juga
Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah turun seorang
Orang pelit mencoba berbini
Diminta belanja mohon berhutang
Yang ringan sama diangkat
Bila berat pikul sendiri
Orang penyegan suka menjilat
Makan kuat sebakul sehari
Yang berakit sama ke hulu
Bila berenang basah sendiri
Sedang sakit minta dibantu
Sudah senang makan sendiri
Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah masing-masing
Sedang sulit sama mencari
Sudah mewah tak ambil pusing
Yang berburu ke padang datar
Dapat rusa bertanduk runcing
Sedang berguru orang melamar
Lambat nikah perutlah bunting
Yang lambat tentu terlambat
Hendak berlari kaki pengkar
Jambang lebat bulupun lebat
Banyaklah isteri lari gementar
Yang mustahil memeluk gunung
Kecuali gunung bercabang dua
Orang kikir duduk termenung
Hati bingung mengenang belanja
Yang batu memanglah malang
Tercampak tidak timbul lagi
Orang berkuku bersenang lenang
Anak beranak berbagi rezki
Yang susu dibalas kopi
Air tuba dibalas racun
Sedang merayu terlepas gigi
Hati kecewa selera turun
Yang rokok tentu dihisap
Untuk melepas rasa tagihnya
Sedang seronok mau mendekap
Kentut terlepas patah hatinya
Yang berpuasa tentulah letih
Menahan lapar sehari suntuk
Orang berkuasa tentu berlebih
Makannya besar rezki menumpuk
Yang membantah tentulah panas
Panas benak panas bicaranya
Orang memerintah tentulah puas
Puas tekak puas seleranya
Yang berangkat tentulah senang
Senang pula cita rasanya
Orang berpangkat tentulah kenyang
Kenyang pula saudara maranya
Yang lurus tidakkan menipu
Ingat hutangnya banyak sedikit
Orang kurus awak yang pilu
Melihat tulangnya berpalut kulit
Yang sakit didoakan sembuh
Diobat diurus terus menerus
Orang buncit awak yang gaduh
Melihat perutnya mau meletus
Yang peradang disuruh bertobat
Supaya yang salah menjadi saleh
Orang penggamang disuruh memanjat
Celananya basah kencing meleleh
Yang pelaut disuruh berenang
Mencari todak beserta kepiting
Orang penakut disuruh berperang
Tahi berserak mencurah kencing
Yang kemak dibawa bersolek
Sudah cantik nampak segarnya
Orang pekak dibawa berbisik
Salah bisik awak ditamparnya
Yang pasu sudah dijual
Salah jual tampak mahalnya
Orang bisu dibawa berbual
Salah bual awak dibedalnya
Yang tua suka berkain
Bawakan kain sarung untuknya
Orang buta dibawa bermain
Salah main hidung dicucuknya
Yang gadis suka berbedak
Bedak menambah bersih wajahnya
Orang bengis suka membentak
Terbentak mertua putih mukanya
Yang ada sudah dihimbau
Niat berdoa menolak bala
Orang duda suka mengigau
Teringat janda ditalak tiga
Yang berada sudahlah pergi
Niat membawa saudara mara
Orang muda berpatah hati
Surat cintanya ditolak semua
Yang duduk tidak beranjak
Penatnya lepas bercakap-cakap
Orang gemuk awak yang sesak
Melihat nafasnya tercungap-cungap
Yang singgah diajak makan
Makan minum memuaskan tekaknya
Orang nikah awak yang pingsan
Pingsan mencium bau ketiaknya
Yang singgah diajak duduk
Duduk merokok saling bertanya
Orang nikah awak yang mabuk
Mabuk menengok juling matanya
Yang singgah diajak berbual
Nasi ditanak gulai disendok
Orang nikah awak yang kesal
Bininya budak laki lah bungkuk
Yang pergi tidak menjelau
Hendak mencari lautan dalam
Orang berbini awak yang risau
Melihat bininya tak tidur malam
Yang disebut berkain baju
Kain dipakai dengan bajunya
Orang berebut menjadi hantu
Kawin cerai tak ada malunya
Yang disebut berkain gumbang
Pagi dan petang berkain saja
Orang berebut bermain sumbang
Anak bini orang dimainkannya
Yang disebut berkain basahan
Memakai kain diwaktu mandi
Orang berebut berkawan setan
Pandai bermain menipu isteri
Yang disebut berseluar sampak
Celananya pendek tidak berbaju
Orang tak takut berbuat bengak
Dirumah baik di luar menghantu
Yang disebut baju menyalah
Ketiak nampak susu terjulur
Orang tak takut berbuat salah
Merusak akhlak tak mau jujur
Yang disebut baju tersingkap
Baju terbuka nampaklah pusat
Orang tak takut pergi menyelap
Memburu betina sepepak tempat
Yang jauh tidak terbawa
Hendak dibawa angin membadai
Orang jatuh awak tertawa
Asyik tertawa kain terburai
Yang singgah diajak bermalam
Duduk berangin di selasar tinggi
Orang nikah awak yang demam
Menengok pengantin sebesar gergasi
Yang lari kijang
Yang dipelelah rusa
Yang dicari bujang
Yang menyerah duda
Yang diperah kelapa
Yang sedap tengguli
Yang marah mertua
Yang mengidap bini
Yang telur menetas
Yang pinang bulat
Yang kendur melepas
Yang tegang mendapat
Yang buah tergantung
Yang putik tergayut
Yang tua berhitung
Yang kecik bergulut
Yang masin garam
Yang busuk jering
Yang bermain diam
Yang menengok bising
Yang lepat sedap
Yang gula manis
Yang mendapat senyap
Yang kena menangis
Yang disebut rezki padi
Ladang menjadi padinya elok
Orang penurut berlaki bini
Panjang jadi pendekpun elok
Yang disebut berkain buruk
Kainnya buruk gunanya banyak
Orang berebut bermian buruk
Kawin kemaruk kerja merusak
Yang disebut berkain sarung
Kain disarung pengganti celana
Malanglah ikut pemimpin serong
Mainnya serong hati ke betina
Yang disebut berkain batik
Memakai batik kemana pergi
Orang berebut bermain licik
Perangai licik gila berbini
Yang dipakai parang
Yang terbawa gada
Yang diintai bujang
Yang bersua duda
Yang direndang bilis
yang masak lada
Yang dipinang gadis
Yang terbawak janda
Yang diminta bilis
Yang dapat lada
Yang dicinta gadis
Yang dapat janda
Yang dipaku tiang
Yang kena tangga
Yang dirayu bujang
Yang kena duda
Yang baju di atas
Yang seluar di bawah
Yang mau di atas
Yang keluar di bawah
Yang wangi bunga
Yang busuk tahi
Yang dicari janda
Yang dipeluk bini
Yang bukit tinggi
Yang rendah rawa
Yang dicubit pipi
Yang merah muka
Yang dipindang ikan
Yang dibakar daging
Yang dipegang tangan
Yang gemetar keting
Yang kunyit biarlah kunyit
Malang kunyit lambat berisi
Orang buncit biarlah buncit
malang buncit tak dapat lari
Yang pasu biarlah pasu
Untung pasu banyak gunanya
Orang bisu biarlah bisu
Untung bisu banyak gayanya
Yang bertanda biar bertanda
Untung tanda dapat dipegang
Orang menjanda biar menjanda
Untung janda mendapat bujang
Yang berkuda biar berkuda
Untung kuda dapat berbaris
orang menduda biar menduda
untung duda mendapat gadis
Yang patah biarlah patah
Supaya cepat bertunas lagi
Orang lemah biarlah lemah
Supaya dapat ditindas lagi
Yang patuh biarlah patuh
Supaya dapat dicontoh lagi
Orang bodoh biarlah bodoh
Supaya dapat diperbodoh lagi
Yang tinggal biarlah tinggal
Supaya dapat ditinggal pergi
orang bebal biarlah bebal
Supaya dapat diperjual beli
Yang lahir biarlah lahir
Supaya cepat beranak lagi
Orang pandir biarlah pandir
Supaya dapat diinjak lagi
Yang lunak biarlah lunak
Supaya nanti dapat dipancung
orang tamak biarlah tamak
Supaya mati perutnya gembung
Yang kembang biar berkembang
Supaya harum di bawah bukit
Orang jongang biarlah jongang
Supaya mencium mudah menggigit
Yang pendek biarlah pendek
Untung pendek kain tak dalam
Orang pesek biarlah pesek
Hidung pesek penciuman tajam
Yang pancang biarlah pancang
Malang pancang cepat lapuk
Orang panjang biarlah panjang
malang panjang cepat bungkuk
Yang bukit biarlah bukit
Untung bukit berhutan lebar
Orang buncit biarlah buncit
Untung buncit berjalan sabar
Yakin ada percaya tidak
Karena kabar belum pasti
Berkain ada kebaya tidak
Dada berdebar menahan hati
Yakin sudah percaya belum
Elok dibanding salah dan benar
Kawin sudah nikahnya belum
Duduk bersanding perutlah besar
Yakin dihati yakinlah umat
Niat tak habis pada yang luhur
Lain dicari lain yang dapat
Tak dapat gadis jandapun syukur
Yakin beramai beringat-ingat
Kalau merempai datang sengketa
Kain dipakai berhemat-hemat
Kalau terburai orang berdosa
Akin habis tidakkan habis
Percaya diri tiang usaha
Kain tipis tidak berlapis
Dibawa mandi orang menganga
Yakin membeli takkan merugi
begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu
Yakin tegak tidakkan jatuh
Kurang yakin cepat goyahnya
Kain awak yang tak senonoh
Orang lain dapat dosanya
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin kerja membawa faedah
Bermain bukan sebarang main
Main muda kepala kan pecah
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin hilang tidakkan hilang
Bermain bukan sebarang main
Main belakang mata terbuntang
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin bertanak masak nasinya
Berkain bukan sebarang kain
Berkain koyak nampak isinya
Yakin bukan sebarang yakin
Yakin menulis banyak dikarang
Berkain bukan sebarang kain
Berkain tipis banyak terbayang
Yang lah duduk biarlah duduk
Supaya cepat ke tempat tidur
Orang tua bungkuk biarlah bungkuk
Supaya ingat ke pintu kubur
Yang lah hilang biarlah hilang
Supaya lepas dari benaknya
Orang tua miang biarlah miang
Supaya puas selera badaknya
Yang lah gagal biarlah gagal
Supaya percaya buruk lakunya
Orang tua gatal biarlah gatal
Supaya dicerca anak cucunya
Yang lah kecil biarlah kecil
Supaya dapat mengenal dirinya
Orang tua degil biarlah degil
Supaya cepat tanggal giginya
Yang lah langsung biarlah langsung
Supaya tak berat hati mengenang
Orang tua ompong biarlah ompong
Supaya tak dapat menggigit orang
Yang lah gembung biarlah gembung
Supaya dapat dicontoh bentuknya
Orang tua sombong biarlah sombong
Supaya cepat tumbuh tanduknya
Yang lah pulang biarlah pulang
Supaya senang hati keluarganya
Orang tua goyang biarlah goyang
Supaya digoyang bini mudanya
Yang lurus biarlah lurus
Supaya tidak menjadi bengkok
Orang kurus biarlah kurus
Supaya tidak iri orang gemuk
Waktu menteri berjaja jagung
Orang menangis mengurut dada
Pilulah hati dara sekampung
Bujangnya habis disikat janda
Waktu menteri membeli minyak
Orang melihat berhati rawan
Waktu isteri baru beranak
Datanglah niat mencari perawan
Waktu menteri menjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua
Waktu menteri berdagang lepat
Celananya basah kena santan
Pilulah hati memandang umat
Rajanya serakah lupa daratan
Waktu menteri berdagang terung
Teman-temannya berjual kerang
Pilulah hati mengenang kampung
Hutan tanahnya dipejual orang
Waktu menteri berdagang kacip
Para pembesar berjaja pinang
Pilulah hati mengenang nasib
Mertua pengasar lakinya garang
Waktu menteri berdagang kain
Sibuk berjaja malamnya penat
Pilulah hati memandang datin
Datuknya sudah karam di darat
Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam menjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras
Waktu menteri berdagang lauk
Pembesar duduk membawa surat
Sayulah hati memandang datuk
Di luar teruk di rumah tenat
Waktu menteri berdagang tapai
Semua pengikut menyiapkan piring
Pilulah hati memandang lebai
Karena berjanggut dikejar kambing
Waktu menteri berdagang tilam
Para datuknya membuat bantal
Pilulah hati memandang imam
Karena nyanyuk ayat tertinggal
Waktu menteri berdagang surat
Semua datuknya berniaga gelap
Pilulah hati memandang umat
Karena mabuknya raja menyelap
Waktu menteri berdagang mangkuk
Karena terlapah semuanya pecah
Pilulah hati memandang datuk
Kepala lah sulah kerja bertambah
Waktu menteri berdagang lemang
Banyak pembeli memakai pupur
Pilulah hati memandang dubalang
Sejak berbini misainya gugur
Waktu menteri berdagang delima
Anak buahnya berjaja gelang
Pilulah hati memandang panglima
Sejak menikah jalannya goyang
Waktu menteri berdagang cawan
Banyaklah budak menjaja piring
Pilulah hati memandang kawan
Anaknya banyak binipun bunting
Waktu menteri berdagang rotan
Sakitlah betis terkena duri
Pilulah hati memandang teman
Duitnya habis nikah tak jadi
Waktu mandi berkain basahan
supaya aib tidak tesingkap
Baru sekali main sungguhan
Karena nasib awak tertangkap
Waktu mandi pagi dan petang
Tak ada sabun bawalah sabut
Baru sekali pergi meminang
Karena gerun mulaslah perut
Waktu siang banyak merokok
Karena banyak menerima tamu
Mau meminang ketiak busuk
Bila ditolak tentulah malu
Waktu siang bermain gasing
Siapa menang beradu pandai
Baru datang kain tersingsing
Disapa orang lalu terburai
Waktu siang bermain galah
Kalah teruk dibawa gelak
Baru datang kain tersimbah
Dibawa duduk bertambah koyak
Waktu hendak berhelat jamu
Kain dipakai baju dicari
Baru tegak menyambut tamu
Kain terburai tamupun lari
Waktu datuk membeli bayam
Di pasar ramai orang keluar
Baru kan duduk memberi salam
Seluar terburai orangpun bubar
Waktu menteri meratah petai
para pembesar patuh menengok
Begitu isteri meminta cerai
Suami mendengar jatuh terduduk
Waktu menteri berkain sarung
Kaki terantuk ke tepi meja
Begitu isteri bermain serong
Laki terduduk berputih mata
Waktu menteri berjual sapi
Hamba rakyat datang menawar
Begitu isteri ditinggal laki
Tibalah umat datang melamar
Waktu menteri berdagang belacan
Banyaklah datuk membeli lada
Malulah hati berpegangan tangan
Awak lah bungkuk beristeri muda
Waktu menteri mendukung itik
Tua dan muda hadir menolong
Sayulah hati berhidung pesek
Muka rata bibir yang mancung
Waktu menteri membeli kunyit
Orang berjaja bermandi peluh
Pilulah hati berlaki buncit
Kurang waspada bininya lumpuh
Waktu siang tegak menuai
Hendak duduk lutut terkilir
Mau pulang awak lah cerai
Hendak rujuk takut disindir
Waktu pagi kabut pun reda
Hendak bersampan laut berombak
Mau berhenti takut ke janda
Hendak berjalan lutut lah bengkak
Waktu hujan awanpun gelap
Suntuk langkah dadapun kemak
Mau berjalan badan berkurap
Duduk di rumah mertua galak
Waktu tidur mata bengkak
Hendak berjalan kaki pegal
Mau bercukur kepala botak
Hendak makan gigi tanggal
Waktu duduk lantai berderak
Hendak tegak seluar sangkut
Malulah datuk ditertawai budak
Awak membentak keluar kentut
Waktu membeli tali seluar
Banyakmulut turut mengusul
Baru berdiri kaki gementar
Hendak duduk buntut berbisul
Waktu sehari rasa setahun
Karena kasih sedang membara
Baru berdiri celana turun
Siapa menoleh terbuntang mata
Waktu sehari terasa lama
Ditinggal sedang mabuk kepayang
Malulah hati bersua janda
Sesalpun datang bukan kepalang
Waktu mandi orang ke sungai
Mandi berenang tua dan muda
Baru sehari badan bercerai
Hati lah gamang dadapun hampa
Waktu duduk menanti malam
Banyaklah sampah dibakarnya
Waktu beruk menjadi imam
Banyaklah fatwah ditukarnya
Waktu duduk menanti gulai
Banyaklah nasi ditanaknya
Waktu beruk menjadi lebai
Banyaklah bini ditalaknya
Waktu duduk menanti senja
Banyaklah parang diasahnya
Waktu beruk menjadi raja
Banyaklah orang dibelasahnya
Waktu duduk berjaga-jaga
Banyaklah kain dipakainya
Waktu datuk tergila-gila
Banyaklah datin dicerainya
Waktu duduk menunggu senja
Kain dilipat disimpan orang
Waktu datuk merayu dara
Datin melihat mengasah parang
Waktu duduk menumbuk lada
Kain tersingkap tiada tahu
Waktu datuk mabuk betina
Datin bersiap membawa palu
Wangilah bunga di tengah padang
Elok disunting penghias rambut
Hatilah luka dipaksa bertunang
Duduk bersanding mulaslah perut
Wangilah bau delima merkah
Mau diperam mudahlah busuk
Hati lah jemu dipaksa nikah
Baru semalam sudah beramuk
Wangilah minyak kayu cendana
dapat menjadi obat penawar
Hati lah muak dirayu juga
Lambat kaki tangan menampar
Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding
Wangilah kelopak bunga melati
Sesudah gugur baru dipangkas
Hati lah bengkak dihina bini
Sesudah tidur baru dibalas
Wangi sekali minyak sinyonyong
Dituang dengan membaca jampi
Laki lah mati awak mengandung
Dipinang orang rasa bermimpi
Wangi sekali minyak jelantah
Enak digoreng bersama kerak
Laki bini tegak berbantah
Anak kencing mertua teberak
Wangi sekali minyak nilam
Gunanya untuk bahan ramuan
Laki bini hendak bertikam
Mertua sibuk mencarikan kafan
Waktu subuh orangpun azan
Sesudah azan tegak sembahyang
Baju lusuh hutang sebeban
Malulah badan hendak meminang
Waktu pagi orang merenda
Merenda kain untuk selendang
Malulah hati memandang janda
Janda lah kawin awak membujang
Waktu pagi duduk menekat
Menekat merenda tepi kain
Malulah hati masuk ke helat
Helat jandanya jadi pengantin
Waktu makan orangpun pulang
Minum kopi minum bersama
Malunya bukan alang kepalang
Mencium bini tercium mertua
Waktu Isya banyak berdoa
Tegak sembahyang serta bertobat
Mau menikah awak lah tua
Hendak membujang tak sampai niat
Waktu malam bulanpun kelam
Hari gelap tak ada lampu
Baju hitam badanpun hitam
Pergi merayap tak ada yang tahu
Wakil udang kepada belida
Wakil belida kepada buntal
Degil bujang karena janda
Degil janda karena gatal
Wangi bunga harum semerbak
Ditimpa panas lalulah mati
Bini lah dua belum beranak
Supaya puas menikah lagi
Wangilah bunga sedap malam
Banyak kumbang ikut menyeri
Laki lah tua merayap malam
hendak ditendang takut mati
Wangilah bunga di tepi ladang
Untuk hiasan indah sekali
Laki lah tua bininya garang
Teruklah badan kena pekuli
Wangilah bunga di tepi hutan
Diaruk kumbang dahan terkulai
Laki lah tua bini menyetan
Remuklah tulang badanpun lunglai
Walaupun kain baru direndam
Karena perlu dipakai juga
Walaupun kawin baru semalam
Karena malu bercerai juga
Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun kaki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi
Walaupun taji sudah dipasang
Karena goyang dicabut lagi
Walaupun hati sudah meradang
Karena berhutang mulut terkunci
Walaupun hari baru kan hujan
Karena petang bergulut juga
Walaupun laki sebau belacan
Karena penyayang diikut juga
Walaupun menggulai tidak bisa
Dapat bertanak sudah bersyukur
Walaupun bercerai talak tiga
Mengingat anak tetap bertegur
Walaupun menggulai tidak bisa
Memasak pindang tentulah jadi
Walaupun bercerai talak tiga
Banyaklah kenangan dibawa mati
Walaupun lutut rasa gementar
Karena diburu berpacu pulang
Walaupun perut sudah lapar
karena malu mengaku kenyang
Walaupun sambal terasa pedas
Tak ada ikan dimakan juga
Walaupun bual melewati batas
Karena segan ditelan juga
Walaupun beduk sudah berbunyi
Karena bimbang berjalan juga
Walaupun teruk dibelasah bini
Karena sayang ditahankan juga
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil hendak menjadi wali
Degil bukan sebarang degil
Degil hendak mencari bini
Wakil bukan sebarang wakil
Wakil mutlak memegang janji
Degil bukan sebarang degil
Degil memekak tunangnya lari