Ada malangnya membeli itik,Dipagar luas susah menetas;Ada malangnya berlaki pendek,Dikejar di atas di bawah lepas.

Title

Ada malangnya membeli itik, 
Dipagar luas susah menetas; 
Ada malangnya berlaki pendek, 
Dikejar di atas di bawah lepas.

Subject

Ungkapan Tenas

Creator

Tenas Effendy

Source

Khazanah Pantun Melayu

Identifier

5201

Text

Zaman Kucing memakai serban
Pagi gelap sudah bertandan
Badan bunting lah sampai bulan
Laki menyelap kena pengkelang

Zaman purba lamalah sudah
Beribu tahun sudah berlalu
Tangan meraba meleleh ludah
Mau mencium mertua lalu

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini semua berhitung
makan bukan sebarang makan
Makan hati berulam jantung

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini mabukkan harta
Makan bukan sebarang makan
Makan hati dimabuk cinta

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kini tiada bermalu
Makan bukan sebarang makan
Makan hati karena dimadu

Zaman bukan sebarang makan
Zaman edan gilakan uang
Makan bukan sebarang makan
Makan tangan kena lempang

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah sengsara hidup
Makan bukan sebarang makan
Makan sumpah perut meletup

Zaman bukan sebarang zaman
Zazman gelap hiduppun sulit
Makan bukan sebarang makan
Makan suap perutpun buncit

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman beradab berkembang ilmu
Makan bukan sebarang makan
Makan suap orang tak malu

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman sekarang hidup bertuah
Makan bukan sebarang makan
Makan tulang menghisap darah

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman kemajuan semua bebas
Makan bukan sebarang makan
makan menyetan bekerja malas

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman susah mendapat kerja
Makan bukan sebarang makan
Makan darah rakyat jelata

Zaman bukan sebarang zaman
Zaman orang mabuk kepayang
Makan bukan sebarang makan
Makan kenyang mabuk seorang

Zaman kayu dimakan bubuk
Banyak semut berperut buncit
Kawan bisu badannya gemuk
Campak ke laut tiada bergarit

Zaman Katak di bawah tempurung
Langit tinggi dipandang rendah
Fikiran kemak laki pun pesong
Setiap hari terang berbantah

Yang bertobat sama dipuji
Supaya kuat iman di dada
Orang berhelat bergesa pergi
Di sana dapat bermain mata

Yang berbudi dikenang-kenang
Hutang budi dibawa ke kubur
Sayang ke laki ditimang-timang
Sayang ke bini dibawa tidur

Yang hari bertambah teduh
Karena siang hujan berangin
Yang pergi bertambah jauh
Karena tunangnya sudah kawin

Zaman kini beralih-alih
Masa hujan berubah panas
Dengan bini berkasih-kasih
Supaya makan selera puas

Zaman kini banyak berubah
Betina banyak mencari jantan
Dengan bini banyak mengalah
Supaya lemak nasi dimakan

Zaman kini zaman kemaruk
Gila pangkat kemaruk harta
Dengan bini jangan beramuk
Supaya dapat duduk bermanja

Zaman kini zaman menyalah
Manusia lupa hidup kan mati
Dengan bini janganlah marah
Supaya mudah bertanak nasi

Zaman kini zaman kemajuan
Manusia banyak ilmunya
Dengan laki jangan melawan
Supaya tidak dimadukannya

Zaman kini zamannya fitnah
Bila berkata semuanya bengak
Dengan laki janganlah lengah
Bila menyalah segera bertindak

Zaman kini dunia terbalik
Bertukar faham sudah biasa
Dengan laki bersangka baik
Keluar malam biarkan saja

Zaman kini zamannya ilmu
Umat terbilang karena ilmunya
Dengan laki janganlah ragu
Lambat pulang tarik seluarnya

Zaman sekarang lain sekali
Banyak orang tak tahu malu
Berjalan seorang ibalah hati
Karena mengenang hidup dimadu

Zaman dahulu zaman bahari
Jauh sudah kita tinggalkan
Janganlah malu pada suami
Baju di dada kita tanggalkan

Zaman silam sudahlah lampau
Kita memandang ke masa depan
Siang dan malam merasa risau
Kaki lah goyang kepala beruban

Zaman silam banyak kenangan
Peristiwa penting jadi sejarah
Siang dan malam tak mau makan
Karena pening tak jadi nikah

Zaman silam zaman beradat
Kini adat dilupakan orang
Siang malam fikiran tumpat
Bini lah berat mertua pulang

Zaman dahulu hidup tenteram
Sanak saudara beramah tamah
Badan lesu tak tidur malam
Dibentak mertua celana basah

Zaman lampau semuanya akrab
Sama sekampung bertegur sapa
Badan berpanau dada berkurap
Dimana mencangkung bergaru saja

Yang berbudi kita muliakan
Supaya terbalas budi baiknya
Tunangan berlaki kita doakan
Supaya lekas dicerai lakinya

Yang naik terus ke atas
Pergi untuk melapangkan dada
Orang baik tulus dan ikhlas
Laki bungkuk ditimangnya juga

Yang belukar menjadi ladang
Di sinilah dia mau bekerja
Orang sabar hati penyayang
Bini lah tua dipangkunya jua

Yang unta berkaki panjang
Hari malam tegak di pantai
Orang tua berhati lapang
Bini di tilam awak di lantai

Yang unta tahan dahaga
Berpacu sehari minum seteguk
Orang tua tahan berjaga
Memangku bini semalam suntuk

Yang kuda larinya deras
Biarpun jauh melompat juga
Orang tua hatinya keras
Biarpun lumpuh memanjat juga

Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah turun seorang
Orang pelit mencoba berbini
Diminta belanja mohon berhutang

Yang ringan sama diangkat
Bila berat pikul sendiri
Orang penyegan suka menjilat
Makan kuat sebakul sehari

Yang berakit sama ke hulu
Bila berenang basah sendiri
Sedang sakit minta dibantu
Sudah senang makan sendiri

Yang ke bukit sama mendaki
Bila ke lurah masing-masing
Sedang sulit sama mencari
Sudah mewah tak ambil pusing

Yang berburu ke padang datar
Dapat rusa bertanduk runcing
Sedang berguru orang melamar
Lambat nikah perutlah bunting

Yang lambat tentu terlambat
Hendak berlari kaki pengkar
Jambang lebat bulupun lebat
Banyaklah isteri lari gementar

Yang mustahil memeluk gunung
Kecuali gunung bercabang dua
Orang kikir duduk termenung
Hati bingung mengenang belanja

Yang batu memanglah malang
Tercampak tidak timbul lagi
Orang berkuku bersenang lenang
Anak beranak berbagi rezki

Yang susu dibalas kopi
Air tuba dibalas racun
Sedang merayu terlepas gigi
Hati kecewa selera turun

Yang rokok tentu dihisap
Untuk melepas rasa tagihnya
Sedang seronok mau mendekap
Kentut terlepas patah hatinya

Yang berpuasa tentulah letih
Menahan lapar sehari suntuk
Orang berkuasa tentu berlebih
Makannya besar rezki menumpuk

Yang membantah tentulah panas
Panas benak panas bicaranya
Orang memerintah tentulah puas
Puas tekak puas seleranya

Yang berangkat tentulah senang
Senang pula cita rasanya
Orang berpangkat tentulah kenyang
Kenyang pula saudara maranya

Yang ada sudah dihimbau
Niat berdoa menolak bala
Orang duda suka mengigau
Teringat janda ditalak tiga

Yang lurus tidakkan menipu
Ingat hutangnya banyak sedikit
Orang kurus awak yang pilu
Melihat tulangnya berpalut kulit

Yang sakit didoakan sembuh
Diobat diurus terus menerus
Orang buncit awak yang gaduh
Melihat perutnya mau meletus

Yang peradang disuruh bertobat
Supaya yang salah menjadi saleh
Orang penggamang disuruh memanjat
Celananya basah kencing meleleh

Yang pelaut disuruh berenang
Mencari todak beserta kepiting
Orang penakut disuruh berperang
Tahi berserak mencurah kencing

Yang kemak dibawa bersolek
Sudah cantik nampak segarnya
Orang pekak dibawa berbisik
Salah bisik awak ditamparnya

Yang pasu sudah dijual
Salah jual tampak mahalnya
Orang bisu dibawa berbual
Salah bual awak dibedalnya

Yang tua suka berkain
Bawakan kain sarung untuknya
Orang buta dibawa bermain
Salah main hidung dicucuknya

Yang gadis suka berbedak
Bedak menambah bersih wajahnya
Orang bengis suka membentak
Terbentak mertua putih mukanya

Yang berada sudahlah pergi
Niat membawa saudara mara
Orang muda berpatah hati
Surat cintanya ditolak semua

Yang singgah diajak makan
Makan minum memuaskan tekaknya
Orang nikah awak yang pingsan
Pingsan mencium bau ketiaknya

Yang singgah diajak duduk
Duduk merokok saling bertanya
Orang nikah awak yang mabuk
Mabuk menengok juling matanya

Yang singgah diajak berbual
Nasi ditanak gulai disendok
Orang nikah awak yang kesal
Bininya budak laki lah bungkuk

Yang pergi tidak menjelau
Hendak mencari lautan dalam
Orang berbini awak yang risau
Melihat bininya tak tidur malam

Yang duduk tidak beranjak
Penatnya lepas bercakap-cakap
Orang gemuk awak yang sesak
Melihat nafasnya tercungap-cungap

Yang disebut berkain baju
Kain dipakai dengan bajunya
Orang berebut menjadi hantu
Kawin cerai tak ada malunya

Yang disebut berkain gumbang
Pagi dan petang berkain saja
Orang berebut bermain sumbang
Anak bini orang dimainkannya

Yang disebut berkain basahan
Memakai kain diwaktu mandi
Orang berebut berkawan setan
Pandai bermain menipu isteri

Yang disebut berseluar sampak
Celananya pendek tidak berbaju
Orang tak takut berbuat bengak
Dirumah baik di luar menghantu

Yang disebut baju menyalah
Ketiak nampak susu terjulur
Orang tak takut berbuat salah
Merusak akhlak tak mau jujur

Yang disebut baju tersingkap
Baju terbuka nampaklah pusat
Orang tak takut pergi menyelap
Memburu betina sepepak tempat

Yang jauh tidak terbawa
Hendak dibawa angin membadai
Orang jatuh awak tertawa
Asyik tertawa kain terburai

Yang singgah diajak bermalam
Duduk berangin di selasar tinggi
Orang nikah awak yang demam
Menengok pengantin sebesar gergasi

Yang lari kijang
Yang dipelelah rusa
Yang dicari bujang
Yang menyerah duda

Yang diperah kelapa
Yang sedap tengguli
Yang marah mertua
Yang mengidap bini

Yang telur menetas
Yang pinang bulat
Yang kendur melepas
Yang tegang mendapat

Yang buah tergantung
Yang putik tergayut
Yang tua berhitung
Yang kecik bergulut

Yang masin garam
Yang busuk jering
Yang bermain diam
Yang menengok bising

Yang lepat sedap
Yang gula manis
Yang mendapat senyap
Yang kena menangis

Yang disebut rezki padi
Ladang menjadi padinya elok
Orang penurut berlaki bini
Panjang jadi pendekpun elok

Yang disebut berkain buruk
Kainnya buruk gunanya banyak
Orang berebut bermian buruk
Kawin kemaruk kerja merusak

Yang disebut berkain sarung
Kain disarung pengganti celana
Malanglah ikut pemimpin serong
Mainnya serong hati ke betina

Yang disebut berkain batik
Memakai batik kemana pergi
Orang berebut bermain licik
Perangai licik gila berbini

Yang dipakai parang
Yang terbawa gada
Yang diintai bujang
Yang bersua duda

Yang direndang bilis
yang masak lada
Yang dipinang gadis
Yang terbawak janda

Yang diminta bilis
Yang dapat lada
Yang dicinta gadis
Yang dapat janda

Yang dipaku tiang
Yang kena tangga
Yang dirayu bujang
Yang kena duda

Yang baju di atas
Yang seluar di bawah
Yang mau di atas
Yang keluar di bawah

Yang wangi bunga
Yang busuk tahi
Yang dicari janda
Yang dipeluk bini

Yang bukit tinggi
Yang rendah rawa
Yang dicubit pipi
Yang merah muka

Yang dipindang ikan
Yang dibakar daging
Yang dipegang tangan
Yang gemetar keting

Yang kunyit biarlah kunyit
Malang kunyit lambat berisi
Orang buncit biarlah buncit
malang buncit tak dapat lari

Yang pasu biarlah pasu
Untung pasu banyak gunanya
Orang bisu biarlah bisu
Untung bisu banyak gayanya

Yang bertanda biar bertanda
Untung tanda dapat dipegang
Orang menjanda biar menjanda
Untung janda mendapat bujang

Yang berkuda biar berkuda
Untung kuda dapat berbaris
orang menduda biar menduda
untung duda mendapat gadis

Yang patah biarlah patah
Supaya cepat bertunas lagi
Orang lemah biarlah lemah
Supaya dapat ditindas lagi

Yang patuh biarlah patuh
Supaya dapat dicontoh lagi
Orang bodoh biarlah bodoh
Supaya dapat diperbodoh lagi

Yang tinggal biarlah tinggal
Supaya dapat ditinggal pergi
orang bebal biarlah bebal
Supaya dapat diperjual beli

Yang lahir biarlah lahir
Supaya cepat beranak lagi
Orang pandir biarlah pandir
Supaya dapat diinjak lagi

Yang lunak biarlah lunak
Supaya nanti dapat dipancung
orang tamak biarlah tamak
Supaya mati perutnya gembung

Yang kembang biar berkembang
Supaya harum di bawah bukit
Orang jongang biarlah jongang
Supaya mencium mudah menggigit

Yang pendek biarlah pendek
Untung pendek kain tak dalam
Orang pesek biarlah pesek
Hidung pesek penciuman tajam

Yang pancang biarlah pancang
Malang pancang cepat lapuk
Orang panjang biarlah panjang
malang panjang cepat bungkuk

Yang bukit biarlah bukit
Untung bukit berhutan lebar
Orang buncit biarlah buncit
Untung buncit berjalan sabar

Yakin ada percaya tidak
Karena kabar belum pasti
Berkain ada kebaya tidak
Dada berdebar menahan hati

Yakin sudah percaya belum
Elok dibanding salah dan benar
Kawin sudah nikahnya belum
Duduk bersanding perutlah besar

Yakin dihati yakinlah umat
Niat tak habis pada yang luhur
Lain dicari lain yang dapat
Tak dapat gadis jandapun syukur

Yakin beramai beringat-ingat
Kalau merempai datang sengketa
Kain dipakai berhemat-hemat
Kalau terburai orang berdosa

Akin habis tidakkan habis
Percaya diri tiang usaha
Kain tipis tidak berlapis
Dibawa mandi orang menganga

Yakin membeli takkan merugi
begitu kata orang dahulu
Lenjinlah bini diperbudak laki
Mau berbantah mulutnya bisu

Yakin tegak tidakkan jatuh
Kurang yakin cepat goyahnya
Kain awak yang tak senonoh
Orang lain dapat dosanya

Yakin bukan sebarang yakin
Yakin kerja membawa faedah
Bermain bukan sebarang main
Main muda kepala kan pecah

Yakin bukan sebarang yakin
Yakin hilang tidakkan hilang
Bermain bukan sebarang main
Main belakang mata terbuntang

Yakin bukan sebarang yakin
Yakin bertanak masak nasinya
Berkain bukan sebarang kain
Berkain koyak nampak isinya

Yakin bukan sebarang yakin
Yakin menulis banyak dikarang
Berkain bukan sebarang kain
Berkain tipis banyak terbayang

Yang lah duduk biarlah duduk
Supaya cepat ke tempat tidur
Orang tua bungkuk biarlah bungkuk
Supaya ingat ke pintu kubur

Yang lah hilang biarlah hilang
Supaya lepas dari benaknya
Orang tua miang biarlah miang
Supaya puas selera badaknya

Yang lah gagal biarlah gagal
Supaya percaya buruk lakunya
Orang tua gatal biarlah gatal
Supaya dicerca anak cucunya

Yang lah kecil biarlah kecil
Supaya dapat mengenal dirinya
Orang tua degil biarlah degil
Supaya cepat tanggal giginya

Yang lah langsung biarlah langsung
Supaya tak berat hati mengenang
Orang tua ompong biarlah ompong
Supaya tak dapat menggigit orang

Yang lah gembung biarlah gembung
Supaya dapat dicontoh bentuknya
Orang tua sombong biarlah sombong
Supaya cepat tumbuh tanduknya

Yang lah pulang biarlah pulang
Supaya senang hati keluarganya
Orang tua goyang biarlah goyang
Supaya digoyang bini mudanya

Yang lurus biarlah lurus
Supaya tidak menjadi bengkok
Orang kurus biarlah kurus
Supaya tidak iri orang gemuk

Waktu menteri berjaja jagung
Orang menangis mengurut dada
Pilulah hati dara sekampung
Bujangnya habis disikat janda

Waktu menteri membeli minyak
Orang melihat berhati rawan
Waktu isteri baru beranak
Datanglah niat mencari perawan

Waktu menteri menjaja udang
Habislah basah kaki celana
Pilulah hati pemuda lajang
Gadisnya sudah berlaki tua

Waktu menteri berdagang lepat
Celananya basah kena santan
Pilulah hati memandang umat
Rajanya serakah lupa daratan

Waktu menteri berdagang terung
Teman-temannya berjual kerang
Pilulah hati mengenang kampung
Hutan tanahnya dipejual orang

Waktu menteri berdagang kacip
Para pembesar berjaja pinang
Pilulah hati mengenang nasib
Mertua pengasar lakinya garang

Waktu menteri berdagang kain
Sibuk berjaja malamnya penat
Pilulah hati memandang datin
Datuknya sudah karam di darat

Waktu menteri berdagang nasi
Orang dalam menjaja beras
Sayulah hati memandang laki
Siang dan malam bekerja keras

Waktu menteri berdagang lauk
Pembesar duduk membawa surat
Sayulah hati memandang datuk
Di luar teruk di rumah tenat

Waktu menteri berdagang tapai
Semua pengikut menyiapkan piring
Pilulah hati memandang lebai
Karena berjanggut dikejar kambing

Waktu menteri berdagang tilam
Para datuknya membuat bantal
Pilulah hati memandang imam
Karena nyanyuk ayat tertinggal

Waktu menteri berdagang surat
Semua datuknya berniaga gelap
Pilulah hati memandang umat
Karena mabuknya raja menyelap

Waktu menteri berdagang mangkuk
Karena terlapah semuanya pecah
Pilulah hati memandang datuk
Kepala lah sulah kerja bertambah

Waktu menteri berdagang lemang
Banyak pembeli memakai pupur
Pilulah hati memandang dubalang
Sejak berbini misainya gugur

Waktu menteri berdagang delima
Anak buahnya berjaja gelang
Pilulah hati memandang panglima
Sejak menikah jalannya goyang

Waktu menteri berdagang cawan
Banyaklah budak menjaja piring
Pilulah hati memandang kawan
Anaknya banyak binipun bunting

Waktu menteri berdagang rotan
Sakitlah betis terkena duri
Pilulah hati memandang teman
Duitnya habis nikah tak jadi

Waktu mandi berkain basahan
supaya aib tidak tesingkap
Baru sekali main sungguhan
Karena nasib awak tertangkap

Waktu mandi pagi dan petang
Tak ada sabun bawalah sabut
Baru sekali pergi meminang
Karena gerun mulaslah perut

Waktu siang banyak merokok
Karena banyak menerima tamu
Mau meminang ketiak busuk
Bila ditolak tentulah malu

Waktu siang bermain gasing
Siapa menang beradu pandai
Baru datang kain tersingsing
Disapa orang lalu terburai

Waktu siang bermain galah
Kalah teruk dibawa gelak
Baru datang kain tersimbah
Dibawa duduk bertambah koyak

Waktu hendak berhelat jamu
Kain dipakai baju dicari
Baru tegak menyambut tamu
Kain terburai tamupun lari

Waktu datuk membeli bayam
Di pasar ramai orang keluar
Baru kan duduk memberi salam
Seluar terburai orangpun bubar

Waktu menteri meratah petai
para pembesar patuh menengok
Begitu isteri meminta cerai
Suami mendengar jatuh terduduk

Waktu menteri berkain sarung
Kaki terantuk ke tepi meja
Begitu isteri bermain serong
Laki terduduk berputih mata

Waktu menteri berjual sapi
Hamba rakyat datang menawar
Begitu isteri ditinggal laki
Tibalah umat datang melamar

Waktu menteri berdagang belacan
Banyaklah datuk membeli lada
Malulah hati berpegangan tangan
Awak lah bungkuk beristeri muda

Waktu menteri mendukung itik
Tua dan muda hadir menolong
Sayulah hati berhidung pesek
Muka rata bibir yang mancung

Waktu menteri membeli kunyit
Orang berjaja bermandi peluh
Pilulah hati berlaki buncit
Kurang waspada bininya lumpuh

Waktu siang tegak menuai
Hendak duduk lutut terkilir
Mau pulang awak lah cerai
Hendak rujuk takut disindir

Waktu pagi kabut pun reda
Hendak bersampan laut berombak
Mau berhenti takut ke janda
Hendak berjalan lutut lah bengkak

Waktu hujan awanpun gelap
Suntuk langkah dadapun kemak
Mau berjalan badan berkurap
Duduk di rumah mertua galak

Waktu tidur mata bengkak
Hendak berjalan kaki pegal
Mau bercukur kepala botak
Hendak makan gigi tanggal

Waktu duduk lantai berderak
Hendak tegak seluar sangkut
Malulah datuk ditertawai budak
Awak membentak keluar kentut

Waktu membeli tali seluar
Banyakmulut turut mengusul
Baru berdiri kaki gementar
Hendak duduk buntut berbisul

Waktu sehari rasa setahun
Karena kasih sedang membara
Baru berdiri celana turun
Siapa menoleh terbuntang mata

Waktu sehari terasa lama
Ditinggal sedang mabuk kepayang
Malulah hati bersua janda
Sesalpun datang bukan kepalang

Waktu mandi orang ke sungai
Mandi berenang tua dan muda
Baru sehari badan bercerai
Hati lah gamang dadapun hampa

Waktu duduk menanti malam
Banyaklah sampah dibakarnya
Waktu beruk menjadi imam
Banyaklah fatwah ditukarnya

Waktu duduk menanti gulai
Banyaklah nasi ditanaknya
Waktu beruk menjadi lebai
Banyaklah bini ditalaknya

Waktu duduk menanti senja
Banyaklah parang diasahnya
Waktu beruk menjadi raja
Banyaklah orang dibelasahnya

Waktu duduk berjaga-jaga
Banyaklah kain dipakainya
Waktu datuk tergila-gila
Banyaklah datin dicerainya

Waktu duduk menunggu senja
Kain dilipat disimpan orang
Waktu datuk merayu dara
Datin melihat mengasah parang

Waktu duduk menumbuk lada
Kain tersingkap tiada tahu
Waktu datuk mabuk betina
Datin bersiap membawa palu

Wangilah bunga di tengah padang
Elok disunting penghias rambut
Hatilah luka dipaksa bertunang
Duduk bersanding mulaslah perut

Wangilah bau delima merkah
Mau diperam mudahlah busuk
Hati lah jemu dipaksa nikah
Baru semalam sudah beramuk

Wangilah minyak kayu cendana
dapat menjadi obat penawar
Hati lah muak dirayu juga
Lambat kaki tangan menampar

Wangilah bau durian masak
Ditaruh pula di ceruk dinding
hati lah malu berlakikan budak
Disuruh pula duduk bersanding

Wangilah kelopak bunga melati
Sesudah gugur baru dipangkas
Hati lah bengkak dihina bini
Sesudah tidur baru dibalas

Wangi sekali minyak sinyonyong
Dituang dengan membaca jampi
Laki lah mati awak mengandung
Dipinang orang rasa bermimpi

Wangi sekali minyak jelantah
Enak digoreng bersama kerak
Laki bini tegak berbantah
Anak kencing mertua teberak

Wangi sekali minyak nilam
Gunanya untuk bahan ramuan
Laki bini hendak bertikam
Mertua sibuk mencarikan kafan

Waktu subuh orangpun azan
Sesudah azan tegak sembahyang
Baju lusuh hutang sebeban
Malulah badan hendak meminang

Waktu pagi orang merenda
Merenda kain untuk selendang
Malulah hati memandang janda
Janda lah kawin awak membujang

Waktu pagi duduk menekat
Menekat merenda tepi kain
Malulah hati masuk ke helat
Helat jandanya jadi pengantin

Waktu makan orangpun pulang
Minum kopi minum bersama
Malunya bukan alang kepalang
Mencium bini tercium mertua

Waktu Isya banyak berdoa
Tegak sembahyang serta bertobat
Mau menikah awak lah tua
Hendak membujang tak sampai niat

Waktu malam bulanpun kelam
Hari gelap tak ada lampu
Baju hitam badanpun hitam
Pergi merayap tak ada yang tahu

Walaupun kain baru direndam
Karena perlu dipakai juga
Walaupun kawin baru semalam
Karena malu bercerai juga

Walaupun kaki terasa kejang
Karena petang berebut pergi
Walaupun kaki sudah membujang
Karena sayang dijemput lagi

Walaupun taji sudah dipasang
Karena goyang dicabut lagi
Walaupun hati sudah meradang
Karena berhutang mulut terkunci

Walaupun hari baru kan hujan
Karena petang bergulut juga
Walaupun laki sebau belacan
Karena penyayang diikut juga

Walaupun menggulai tidak bisa
Dapat bertanak sudah bersyukur
Walaupun bercerai talak tiga
Mengingat anak tetap bertegur

Walaupun menggulai tidak bisa
Memasak pindang tentulah jadi
Walaupun bercerai talak tiga
Banyaklah kenangan dibawa mati

Walaupun lutut rasa gementar
Karena diburu berpacu pulang
Walaupun perut sudah lapar
karena malu mengaku kenyang

Walaupun sambal terasa pedas
Tak ada ikan dimakan juga
Walaupun bual melewati batas
Karena segan ditelan juga

Walaupun beduk sudah berbunyi
Karena bimbang berjalan juga
Walaupun teruk dibelasah bini
Karena sayang ditahankan juga

Wakil bukan sebarang wakil
Wakil hendak menjadi wali
Degil bukan sebarang degil
Degil hendak mencari bini

Wakil bukan sebarang wakil
Wakil mutlak memegang janji
Degil bukan sebarang degil
Degil memekak tunangnya lari

Wakil bukan sebarang wakil
Wakil afdal tidak berwali
Degil bukan sebarang degil
Degil gatal hendak berlaki

Wakil bukan sebarang wakil
Wakil orang mengantar tanda
Degil bukan sebarang degil
Degil miang mengejar janda

Wakil bukan sebarang wakil
Wakil tetap mewalikan anak
Degil bukan sebarang degil
Degil menyelap gilakan talak

Wali bukan sebarang wali
Wali anak mau menikah
Wangi bukan sebarang wangi
Wangi ketiak bau pelimbah

Wakil badak kepada kuda
Wakil kuda kepada musang
Degil budak karena manja
Degil tua karena miang