Adat binatang
berebut kenyang (menang, senang)

Title

Adat binatang
berebut kenyang (menang, senang)

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (VII)

Identifier

30474

Text

Terlanggar pantang, bertimbang hutang

Terlanggar sumpah, bertimbang amanah

Terlanggar janji, bertimbang akad

Terlanggar cakap, bertimbang malu

Tertumbuk langkah, balikkan tumit

Tertumbuk faham, balik ke keji

Tertumbuk akal, balik ke guru

Tertumbuk runding, balik mufakat

Tertumbuk kaji, matikan diri

Tertumbuk lidah, balik ke petuah

Terlepas runding, balik ke mufakat

Terlepas budi, pulangkan ke hati

Tergigit lidah, cari amanah
tergigit lidah, surut ke petuah

Tergigit tulang, tanya selera

Tergigit batu, elakkan malu

Tergigit jari, tanyalah diri

Terpijak bara, banyakkan sabar

Terpijak ranjau, pulang ke adat

Terpijak sembilu, tanyalah laku

Terpijak mata pedang, jauhkan sumbang (balik ke undang)

Terpijak tahi, pelihara pekerti

Terpijak puntung, panjangkan hitung
(tanyalah untung)

Terpijak perut ibu, baikkan laku

Terlanggar adat, bertimbang hukum

Terlanggar syarak, bertimbang dosa

Kalau hidup orang menakah
dunia akhirat beroleh berkah

Kalau hidup orang menjadi
ke tengah disanjung, ke tepi dipuji

Kalau hidup orang terpilih,
dunia sayang, akhirat pun kasih

Kalau hidup orang ternama,
di dunia untung, di akhirat berlaba

Kemak hidup, persusah badan

Kemak kira-kira, sedikitkan bicara

Duduk adat, duduk bersajak
makan adat, makan bersajak
Cakap adat, cakap bersajak
jalan adat, jalan bersajak

Terhimpit lidah, banyakkan kira-kira

Terhimpit cakap, cari ngap

Terhimpit runding, cari pembanding

Terhimpit muka, cari kata

Terlepas lidah, aib terdedah

Terlepas cakap, bawa mengucap

Terlepas janji, cepat turuti

Kalau hdiup mau menggagau, sesudah tua tidak kan risau

Kalau mau hidup membanting tulang, lambat laun menjadi orang

Hidup berselekeh, kemana pergi kena peleceh

Kalau hidup berhayo-hayo, kemana pergi orang menghindar

Kalau hidup tak tahu mengucap:
dunia lepas akhirat lesap
di dunia sengsara, di akhirat azab

Kalau hidup tak tahu bismillah
di dunia lesi di akhirat kalah

Kalau hidup bata ketu,
di dunia ke tepi, di akhirat ke bawah

Kalau hidup tak tahu adat
ke tengah malu, ke tepi sesat

Kalau hidup tak pakai akal
dunia akhirat tak dapat bekal

Kalauhidup tak tahu budi
nafsunya hidup, hatinya mati

Kalau hidup tak cedak
di dunia menjadi budak, di akhirat menjadi kerak

Kalauhidup tak membalas guna,
di dunia susah, diakhirat hina

Kalau hidup makan tanah, kemana pergi dipandang hina

Kalau hidup teraap-akap, kemana pergi tak dapat bercakap

Kalau hdiup merapik, kemana pergi melepek

Kalau hidup taka berotak, ke mana pergi badan tercampak

Kalau hidup tak berakal, ke mana pergi badan terjual

Kalau hidup mengagang, kemana pergi tak kan dipandang

Kalau hidup tak berhati perut, ke mana pergi kena pencarut

Kalau hidup meragau, ke mana pergi orang risau

Kalau hidup mau berjerih, apa diniat apa boleh

Kalau hidup bertungkus lumus, apa dihajat apa lulus

Kalau hidup mau berpenat, apa dicinta apa dapat

Kalau hidup mau berpenat, apa dicinta apa dapat

Kalau hdiup mau berteruk, di hari tua senanglah duduk

Kalau hdiup mau mengais, anak cucu tak kan menangis

Kalau kerja tak semenggah, kemana pergi kena sunggah

kalau kerja tak baik, ke mana pergi kena pirik

Kalau kerja tak pakai otak, ke mana pergi kena bentak

Kalau kerja mengada-ada, kemana pergi kena pelada

Geleng mengena, anggukmendapat

Kalau hidup makan kutuk, kemana pergi badan terpuruk

Kalau hidup makan sumpah, kemana pergi menjadi sampah

Kalau hdiup makan darah, ke mana pergi tak kan semenggah

Kalau hidup mengucup benak, ke mana pergi tidur tak lenyak

Kalau hidup tak menentu, kemana pergi menjadi hantu

Kalau hidup tak tentu hadap, kemana pergi terakap-akap

Kalau hdiup tersit-sit, alam yang luas menjadi sempit

Kalau hidup papa kedana, kemana pergi orang tak bena

Hidup tak lepas makan
mati tak lepas tekap

Hidup tidak lepas makan
kerja tidak melepas tekap

Hidup lepas makan

Kalau kerja mencangkung, tak kan lepas beban dipunggung

Kalau kerja menyanyah, alamat makan tanah

Kalau kerja berleter, kemana pergi orang mencibir

Kalau kerja marasuk, ke mana pergi kepala pesuk

Kalau kerja judi janah, kemana pergi kena seranah

Kalau kerja tak betul, ke mana pergi kepala benjol

Kalau kerja tak senonoh, kemana pergi kena gocoh

Kalau kerja menyeman, ke mana pergi kena lendan

Kalau kerja menyeman, ke mana pergi kena petangan

Celaka hidup malang hidup
hidup menjadi beban orang

Banyak penyakit, alam pun sempit

Banyak penyakit, kemana pergi kepala terhimpit

Mata kabur
uban bertabur
dekatlah kubur

Yang hidup banyak yang mati
yang mati banyak yang hidup

Selagi hidup , tak ada yang cukup

Selagi hidup muka berdekup
sesudah mati terimalah bagi

Hidup serupa mati
mati serasa hidup

Pantang bermain memupus kain
pantang duduk memilah-milah

Pantang kasih pilih memilih,
pantang marah tak berketika

Pantang makan menyuruk-nyuruk
pantang kaya mengada-ada

Makan menyuruk-nyuruk
kerja beramai-ramai

Habis kerja, lepaskan selera

Pantang kerja, renyah
Pantang cakap, menyanyah

Kaji boleh berlebih
kerja pantang alih mengalih

Karena tua apakan daya

Karena sakit tak dapat menguit

Bercakap senafas,
bekerja berkecipas

Kenyang tak membuntang, lapar tak mendakar

Miskin harta tak kan papa
miskin ilmu papa kedana

Midkin ilmu tak ada yang tahu
miskin budi tak ada yang menjadi

Dengan ilmu terbuka pintu langit
dengan budi terbuka pintu hati

Pusaka panjang ilmu
pusaka pendek, harta

Ke tengah pantang mencari gah,
ke tepi pantang mencari lesi

Ke tengah pantang menjadi budak
ke tepi pantang menjadi abdi

Ke tengah pantang menjual lagak
ke tepi pantang menjual diri

Ke tengah dengan amanah
ke tepi bersama budi

Ke tengah tidak menguncah
ke tepi tidak mengerti

Ke tengah tampak gagah
ke tepi tampak berisi

Menghulu sampai ke guguk
menghilir sampai ke kuala

Berjalan melenggang saja
berniaga gigi dengan lidah

Berjalan tak bermata
bercakap tidak berkira-kira

Berjalan meraja-raja
duduk mematuk-matuk

Berjalan mendudu-dudu
bercakap melalu-lalu

di tengah tak berfaedah,
di tepi tak berarti

Di tengah memunah
di tepi menghabisi

Di tengah kena sunggah
di tepi kena maki

Di tengah menakah
di tepi menjadi

Ke tengah membawa tuah,
ke tepi membawa budi

Ke tengah tak berbuah
ke tepi tak berisi

Ke tengah ia berbuah
ke tepi ia berisi

Ke tengah dapat dituakan
ke tepi dapat dikemukakan

Ke tengah tengah tak menyanggah
ke tepi tak menafi

Ke tengah bukannya gah
ke tepi bukannya lesi

Ke tengah pantang berlengah-lengah
ke tepi pantang menepi-nepi

Hidup tak pernah bernafas

Hidup tak pernah kebah

Hidup jadi landasan orang

Hidup diperkuda orang

Hidup diperdedak orang

Hidup menyemak
mati menyemak

Hidup tak mencungak

Hidup tak melepas tekap

Hidup di tangan orang

Ke tengah tak menakah,
ke tepi tak menjadi

Di tengah terngah-ngah
di tepi menjadi-jadi

Di tengah tak menyudah
di tepi tak menjadi

Hidup sepepak belukar

Hidup merata jalan

Hidup sepepak dapur orang

Hidup sepepak sungai

Hidup sepepak kampung orang

Hidup di mata kail

Hidup bergantung tulang delapan kerat

Hidup bergantung ke parang puting

Hidup di pelimbahan

Hidup dalam percintaan

Berganti tangan

Pindah tangan, bersalin tuan

Dari tangan ke tangan

Dari hati ke hati

Dari tanah balik ke tanah

Hidup dari sampan ke sampan

Hidup dari rimba ke rimba

Hidup dari ladang ke ladang

Hidup sepepak rimba

Hidup sepepak pulau

Hidup sepepak rantau

Hidup sepepak laut

Hutang di awak
kenyang di orang

Penyakit tinggal di awak
sedapnya di bawa orang

Perisanya tak merasa
pahitnya yang dapat

Eloknya tak ditengok (menengok)
buruknya yang dapat

jangankan isi
kulit pun tak dapat (tak diberi)

Jangankan merasa
menengok pun tidak

Tahunya dari mulut ke mulut

Tahunya dari mulut orang

Mendengar dari mulut pertama

Mendapat dari tangan pertama

hancur tulang
tak lepas hutang

Badan letak
kerja tak nampak

badan letih
orang yang boleh

badan teruk
orang mengeruk

badan penat
orang mendapat

Badan separuh mati
awak makan hati

Badan separuh mati
kerja tak menjadi

Kerja separuh mati
yang dapat caci maki

Kerja terlentang terlungkup
makan pun tak cukup

Badan lintang pukang
orang yang kenyang

Jadi orang muda
bnayak kan bertanya

Orang tua pecah belah
anak yang punah ranah

Orang tua cerai berai
awak yang tergajai

Karena dosa orang tua,
anak-anak teraniaya

Orang tua yang berbuat,
anak-anak kiamat

Orang tua punya laku
anak-anak dapat malu

Memarit tanah badan

Masih merah tanah badan
sudah lupa kan pesan

Tanah badan masih merah lah menikah

Karena anak
merekah tanah badan bapak

Tergadai pendam perkuburan