Akhirnya
sambutlah salam dan sembah kami
salam tanda doa selamat
sembah tanda mohon maaf

Title

Akhirnya
sambutlah salam dan sembah kami
salam tanda doa selamat
sembah tanda mohon maaf

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (III)

Identifier

23188

Text

Akhirnya
sambutlah salam dan sembah kami
salam tanda doa selamat
sembah tanda mohon maaf

Walau pandan jadi kelarai
anyam menjadi begitu juga
walau badan kita bercerai
dalam hati bersatu juga

Adat sesuku dengan seasal
kalau salah tegur menegur
kalau lupa ingat mengingat
kalau tidur jaga menjaga
kalau sakit jenguk menjenguk
kalau senang jelang menjelang
kalau laba semua mendapat
kalau rugi sama kehilangan

Yang berat sama dipikul
yang ringan sama dijinjing
yang sekuku sama dibagi
yang sekuman sama dibelah

Hati gajah sama dilapah
hati tungau sama dicecah

Kalau sempit sama berhimpit
kalau lapang sama beredar
kalau lebih beri memberi
kalau kurang isi mengisi

Yang marwah sama dijaga
yang budi sama dicari
yang tuah sama dibela
yang adat sama diangkat
yang lembaga sama pelihara
yang syarak sama dipegang
bila tidur jadi selimut
bila jaga jadi pakaian
pakaian hidup pakaian mati

Sebelum sungai sampai ke guguknya
sebelum berlayar singgah ke pulau
sebelum berjalan sampai ke batas

Patut pula kami sampaikan
bukan menunjuk mengajari
bukan membesar membanggakan diri
tapi hutang ingat mengingati
hutang lupa diingatkan
hutang tidur dijagakan
hutang hilang disawangkan

Apalah yang kami ingatkan:
Ketuku batang ketakal
kedua batang keladi muyang
sesuku kita seasal
senenek kita semoyang

Mudah-mudahan:
cahaya sampai ke pintu
seri sampai ke muka
tuah selilit kepala
mujur selilit pinggang
Tak ada rumput nan menyungkat
tak ada onak nan menjemba
tak ada batang nan melintang
tak ada bumi nan bertingkah
tak ada aral yang menghalang
selamat dalam perjalanan
sejahtera sampai di rumah

Yang merumput nan memagar
yang menanam nan menggalangkan
yang menjemput nan mengantar
yang meminjam nan memulangkan

Kami jemput kami antarkan
kami pinjam kami pulangkan
kami jemput dengan destar
kami antar dengan sembah
kami pinjam dengan tepak
kami pulangkan dengan doa
kami jemput dengan adat
kami antarkan dengan adab
kami pinjam dengan lembaga
kami pulangkan dengan pusaka

Kami labuhkan kelambu dalam
kami bentangkan tikar putih
kami hidangkan jambar tunggal
kami tunggu dan kami jaga
kami kungkung kami pelihara
kami tunggu dengan adat
kami pelihara dengan syarak

Kalau pun ada yang penat lelah
kalau pun ada ingin duduk
kalau pun ada sedia berlunjur
kalau pun ada yang mau tidur

Itulah isi hati kami
cakap tidak berbasa basi
kami tak bertanam tebu di bibir
kami tak melepas batuk di tangga
pepat di luar pepat di dalam
tak ada niat mengambil muka
tak ada niat bermuka dua
putih di luar putih di dalam
putihnya dapat disesah
pepatnya dapat diduduki

apa tanda berani terpuji:
Maka, kami jemput kami antarkan
kami lepas dengan muka jernih
berani menurut perintah Ilahi
kami lepas dengan hati bersih
berani mengikut sunnah nabi
kami lepas dengan dada lapang
berani dengan ikhlas hati
kami iringkan dengan doa
berani tidak merusak budi
kami turutkan dengan selawat
berani tidak mencari kelahi
berani tidak melupakan diri

dimana tempat Melayu takut:
Berbalik pula kita ke mari
pertama, takut melanggar syarak dan sunnah
lah habis ucap dengan cakap
yang runding sudah selesai
kedua, takut melanggar adat dan lembaga
yang mufakat sudah bulat
ketiga, takut berbuat maksiat
yang helat sudah langsung
keempat, takut berbuat khianat
yang jamu sudah sampai
kelima, takut mendurhaka
yang dipinta sudah terkabul
keenam, takut berbuat zalim
yang diidam sudah bersua
ketujuh, takut menyalah
kedelapan, takut menganiaya
kesembilan, takut menyekutukan Allah
kesepuluh, takut melanggar sumpah
kesebelas, takut ingkar janji
kedua belas, takut termakan budi
ketiga belas, takut membuang amanah
keempat belas, takut menyalahi petuah
kelima belas, takut menghabiskan pusaka
keenam belas, takut menghabiskan soko
ketujuh belas, takut termakan hak milik orang
kedelapan belas, takut berkata dusta
kesembilan belas, takut berbuat semenggah
kedua puluh, takut kemaruk serta serakah
kedua puluh satu, takut berbuat keji
kedua puluh dua, takut lupakan diri
kedua puluh tiga, takut kehilangan iman
kedua puluh empat, takut tidak siuman
kedua puluh lima, takut dimusuhi kawan
kedua puluh enam, takut hilang akal fikiran
kedua puluh tujuh, takut dimurkai Tuhan

dimana tempat Melayu mati,
Kalua runding sudah putus
kalau mufakat sudah bulat
pertama, membela agama Allah
kedua, membela anak isterinya
hukum jatuh benar terletak
gelak berderai timbal balik
ketiga, membela orang tuanya
yang salah tidak gelisah
keempat, membela bangsanya
kelima, membela negerinya
yang menang tidak tergamang
keenam, membela hak miliknya
timbang sama beratnya
ketujuh, membela yang hak
sukat sama takarannya
tanda adil sama dijunjung
delapan, membela yang benar
tanda benar sama disanjung
sembilan, membela yang adil
sepuluh, membela yang teraniaya
sebelas, membela tuah dan marwah
dua belas, membela adat lembaga
tiga belas, membela saudara mara
empat belas, membela janji amanah
lima belas, membela aib malu
enam belas, membela soko pusaka
tujuh belas, membela harkat dan martabat diri

dimana tempat Melayu berani,
Yang hukum menahan asak
yang benar menahan banding
pertama, berani karena Allah
yang tak putus oleh cencang
kedua, berani karena benar
yang tak pecah oleh baji
ketiga, berani karena hak
keempat, berani karena kewajiban
yang tak layu oleh layar
yang tak basah oleh rendam
kelima, berani karena adil
yang tak tercapak isik gangsi
keenam, berani karena ikhlas
ketujuh, berani karena meghapus orang di kening
kedelapan, berani karena teraniaya
kesembilan, berani karena membayar hutang dan beban
kesepuluh, berani karena janji
kesebelas, berani karena amanah
kedua belas, berani karena petuah
ketiga belas, berani karena terkeji
keempat belas, berani karena budi
kelima belas, berani karena wasiat
keenam belas, berani karena sesak
ketujuh belas, berani karena marwah

mati kayu karena terbakar,
Supaya senyum bermain di bibir
mati Mleayu membela yang benar
supaya gelak derai berderai
helat usai hati pun damai
jamu lepas hati pun puas

buah mengkudu ada bijinya
Yang panas menjadi sejuk
biji ditelan terasa kelat
yang berbara tidak menyala
tuah Melayu karena beraninya
yang berasap tidak mengepul
berani melawan kerja maksiat
yang marak menjadi padam
yang merebak tidak meroyak

kalau hendak tahu besi berani
Yang wangi kita bendangkan
sesuadah ditempa dikerat-kerat
yang harum kita semaikan
kalau hendak tahu hati berani
yang jernih nan kita minum
tegak membela syarak dan adat
yang perisa nan kita makan
yang sesuai nan kita pakai
yang sepadan nan kita jadikan
yang pahit dijadikan obat
yang kelat dijadikan pemanis
yang masam dijadikan penyedap
yang masin dijadikan pelemak

elok parang karena besi
Supaya ringan kaki melangkah
elok besi karena bajanya
supaya bebas tangan melenggang
elok orang karena berani
supaya bergelanggang lidah berkata
elok berani karena benarnya
supaya lapang di dalam dada
supaya puas di dalam hati
supaya tenang pulang dan pergi
supaya habis yang terkilan-kilan
supaya habis yang terasa-rasa
supaya malam tidak termimpi
supaya hilang sesal menyesalkan

banyak kuini perkara kuini
Rumah siap pahat pun senyap
kuini berbau tandanya masak
runding usai sengketa selesai
banyak berani perkara berani
berani Melayu pantang dianjak

apa tanda batang kuini
yang keruh buang ke laut
batangnya besar daunnya lebat
yang semak buang ke rimba
apa tanda orang yang berani
yang busuk di kubur dalam
membela yang benar hatinya bulat
yang kusut diselesaikan

apa tanda batang kuini
Buah bebiluk di tanah delik
buahnya sedap ada bijinya
buah keduduk di pangkal jerami
apa tanda orang yang berani
mana yang elok bawalah balik
melawan maksiat keras hatinya
mana yang buruk tinggal di kami

wahai ananda ingatlah Allah,
Banyaklah kelok ke penarik
takutlah engkau berbuat salah
kelok berkelok dahan mempelam
beranikan engkau karena lillah
hendaknya elok bertambah baik
supaya hidupmu beroleh berkah
mana buruknya ditanam dalam

wahai ananda banyakkan amal,
kepala kami nan menjunjungnya
berani dengan gunakan akal
bahu kami nan memikulnya
berbuat baik mencari bekal
dada kami nan menampungnya
supaya mati tidak menyesal
tangan kami nan menadahnya

wahai ananda banyakkan zikir,
Kalau ada hutang barinya
mengingat Allah janganlah mungkir
kalau ada hukum timbangnya
beranikan hati panjangkan fikir
kalau ada dakwa dakwinya
jauhkan segala kerja mubazir

wahai ananda pukulkan niat,
Kami mohon diberi ampun
kepada kebaikan engkau berhajat
kami mohon diberi maaf
mana yang salah hendaklah kerat
yang salahnya kami tampung
beranikan hati melawan yang jahat
yang buruknya kami ambil
yang sumbangnya kami terima

wahai ananda peliharalah nama,
yang kan terasa-rasa dalam hati
buang segala sifat tercela
yang kan terkilan-kilan dalam dada
orang teraniaya hendaklah bela
bagaikan duri dalam daging
mati dan hilang jangan dikira
bagaikan selumbar dalam kuku

wahai ananda peganglah adat,
Yang kan menjadi salah dengan silihnya
lawan olehmu dengki khianat
yang kan menjadi dendam dengan kesumat
kerja menyalah hendaklah hambat
yang kan menjadi aib dan malu
menentang yang batil lupakan penat
yang kan menjadi sak dengan wasangka
yang kan menjadi umpat dengan keji
yang kan menjadi tomah dengan fitnah
yang kan menjadi bisik dengan cutai
yang kan menjadi sangkak dengan gawal
yang kan menjadi silang dengan sengketa
yang kan menjadi iri dengan dengki

wahai ananda tegakkan marwah,
Kalau ada tidak terlanjur
lawan olehmu hasut dan fitnah
kalau ada cakap terlepas
bela olehmu orang yang lemah
kalau ada kata terlangsung
supaya hidupmu membawa faedah
kalau ada laku yang sumbnag
kalau ada tingkah yang janggal

wahai ananda bunda berperi,
Berilah kami ampun dan maaf
di dalam hidup harus berani
kami terima segala salahnya
musuh jangan dicari-cari
kami terima timbang hutangnya
bila tiba engkau hadapi
kami pikul hutang bebannya

wahai ananda luruskan niat,
Selama duduk di mejelis itu
perangi olehmu kerja maksiat
entah kita duduk berunding
lawan olehmu dengki khianat
entah duduk berbual-bual
mati pun engkau beroleh rahmat
entah duduk melepas penat
atau berseloroh dengan kelakar

wahai ananda lapangkan dada,
Dusun belum seperti dusun
lawan olehmu sifat durhaka
dusun terletak di hulu sungai
jauhkan kerja orang yang gila
dusun terletak dirimba dalam
pegang olehmu adat lembaga
banyak onak dengan durinya
banyak lintah dengan pacatnya
banyak ranting yang mengait
banyak batang yang melintang

wahai ananda bulatkan tekad,
Entah santap nan tidak kenyang
lawan olehmu kerja maksiat
entah minum nan tidak menentu
tegakkan syarak dirikan adat
entah tidur nan tidak nyenyak
kalau pun mati membawa manfaat

wahai ananda keraskan hati,
Rumah belum serupa rumah
lawan olehmu sifat yang keji
rumah pondok penunggu ladang
musuh datang usah dikaji
rumah berdinding angin lalu
mati pun engkau dalam terpuji
rumah beratap sebengkawan
rumah bertikar penjemuran

wahai ananda tegakkan kepala,
Selama berada ditempat ini
orang teraniaya wajib kau bela
entah sempit nan berhimpit
melawan yang batil janganlah kau jera
entah duduk tak dapat berkisar
musuh yang datang jangan kau kira
entah tegak tak dapat berpaling
entah berguling tak dapat berkiah

wahai ananda kuatkan iman,
Kami mohon diberi ampun
pakai olehmu sifat pahlawan
kami mohon diberi maaf
berani tidak membilang lawan
kami susun jari sepuluh
takut melanggar pantang larangan
kami tundukkan kepala nan satu
salahnya menjadi hutang kami
kurangnya menjadi beban kami
buruknya menjadi tanggungan kami

wahai ananda peliharalah diri,
Entah kami kurang temooh
di atas yang hak engkau berdiri
entah kami kurang minat
kerja menyalah engkau jauhi
entah kami kurang khidmat
supaya hidupmu tiada terkeji
entah kami kurang adab
entah kami kurang adat
entah kami kurang tegur
entah kami kurang sapa
entah kami kurang tempat

wahia ananda dengarlah nasehat,
Di dalam helat dengan jamu
beranikan hati kuatkan semangat
banyaklah salah dengan silahnya
peganglah petuah serta amanat
banyaklah cacat dengan celanya
supaya selamat dunia akhirat
banyaklah kurang dengan khilafnya

wahai ananda ayah ingatkan,
Yang patut tidak dipatutkan
berani engkau di atas kebenaran
yang raja tidak dirajakan
takutlah kepada yang menyesatkan
yang datuk tidak didatukkan
yang penghulu tidak dihulukan
semoga hidupmu diridhoi Tuhan
yang alim tidak dimuliakan
yang cerdik tidak diketengahkan
yang bijak tidak diutamakan
yang arif tidak disifatkan
yang nenek mamak tidak dituakan
yang dubalang tidak dibilangkan
yang tua tidak dihormati
yang muda tidak dikasihi
yang dahulu dikemudiankan
yang dipucuk dikebawahkan
yang ditengah di ketepikan
yang dipangkal diujungkan

wahai ananda bunda berwasiat,
Entah kain tersalah ikat
elok berani dikandung adat
entah kopiah tersalah pasang
membela kebenaran sampai ke lahat
entah baju tersalah sarung
entah seluar tersalah pakai
semoga hidupmu beroleh berkat
entah keris tersalah sisip
entah kaki tersalah pijak
entah betis tersalah lunjur
entah tangan tersalah gapai
entah mata tersalah tengok
entah telinga tersalah dengar
entah lidah tersalah sebut
entah mulut tersalah kunyah

wahai ananda bunda berpesan,
Entah kami tersalah adat
eloklah berani disimpai iman
entah tepian kami tersalah bahasa
pada yang benar engkau bertahan
entah balai kami tersalah tegak
entah panji kami tersalah cacak
terhadap yang batil engkau jauhkan
entah tabir kami tersalah gantung
entah tikar kami tersalah bentang
entah jambar kami tersalah susun (letak)
entah peminangan kami tersalah sorong
entah pinggan salah tempat
entah piring salah letak
entah talam salah isi
entah cawan salah beri
entah sudu salah beri
entah kari kurang masak
entah gulai kurang garam
entah penganan kurang perisa

wahai ananda dengarlah pesan,
Dalam malang ada mujurnya
gagah berani sifat yang jantan
dalam mujur ada malangnya
berlemah lembut sifat perempuan
di atas yang hak engkau berjalan

wahai ananda dengarlah amanat,
Mujur tak dapat diraih
gagah berani jadikan sifat
malang tak dapat ditolak
pada yang benar engkau menepat
kalau hutang hendak menimpa
pada yang halal engkau bertempat
sedang tidur datang juga
kalau naas hendak tiba
sedang rehat sakit juga

wahai ananda dengarlah madah,
Karenanya,
adat lelaki pantang menyerah
entah kami tersalah sapa
asal kerjamu tidak menyalah
entah kami tersalah tegur
entah kami tersalah pandang
hidup matimu di tangan Allah
entah kami tersalah dengar
entah kami tersalah letak
entah kami tersalah susun
entah kami tersalah tempat
entah kami tersalah duduk
entah kami tersalah tegak
entah kami tersalah pakai
entah kami tersalah pasang
entah kami tersalah tingkah
entah kami tersalah sehat
entah kami tersalah imbau
entah kami tersalah langkah
entah kami tersalah lenggang
entah kami tersalah sangka
entah kami tersalah sampai
entah kami tersalah kira
entah kami tersalah pegang
entah kami tersalah raba
entah kami tersalah tunjuk
entah kami tersalah kain
entah kami tersalah hidang
entah kami tersalah suruh
entah kami tersalah unjuk
entah kami tersalah beri
entah kami tersalah cakap
entah kami tersalah adab

wahai ananda dengarlah peri,
Yang manusia mengandungs alah
di atas yang benar hendaklah berani
mengandung cacat dengan cela
menghadapi lawan berpantang lari
mengandung tingkah dengan kebelan
supaya hidupmu tidak merugi
mengandung khilaf dengan lupa
mengandung lalai dengan lengah
mengandung congkak dengan ria
mengandung tuduh dengan tomah
mengandung sangka dengan kira
mengandung sombong dengan gah
mengandung dengki dengan iri
mengandung hasung dengan fitnah

wahai ananda sibiran tulang,
Yang baharu berobah-robah
janganlah lari dari gelanggang
yang hidup banyak olahnya
daripada malu eloklah hilang
mati pun tidak dihina orang

wahai ananda cahaya mata,
Patut pula kami bendangkan
beranikan diri melawan pendusta
supaya didengar orang banyak
kuatkan iman melawan pendurhaka
supaya dilihat orang ramai
supaya hidupmu tidak sia-sia

wahai ananda intan dikarang,
Sudah ditengok orang banyak
sifat berani hendaklah pegang
sudah disaksikan orang ramai
pantang jantan berbalik belakang
sudah bersuluh ke mata hari
bercawat ekor dalam gelanggang

wahai ananda buah hati bunda,
Yang helat sudah langsung
sifat berani hendaklah jaga
yang jamu sudah pun usai
membela hak milik sehabis daya
yang kerja udah selesai
kalau pun mati tidak mengapa

wahai ananda buah hati ayah,
Sudah tahu jantan betinanya
sifat berani menegakkan marwah
sudah tahu belang raginya
membela keadilan usah berlengah
sudah tahu susur galurnya
sudah tahu alur patutnya
menegakkan yang hak usah berkilah
sudah tahu susun letaknya
sudah tahu duduk tegaknya
sudah tahu macam ragamnya
sudah tahu salah silahnya
sudah tahu pahit manisnya
sudag tahu berat ringannya
sudah tahu besar kecilnya
sudah tahu ujung pangkalnya

wahai ananda kekasih ibu,
Kalau rupa sudah dilihat
sifat berani tanamkan di kalbu
kalau perisa sudah dirasa
jauhkan sifat bimbang dan ragu
kalau tangkai sudah dijinjing
di atas yang hidup matimu
kalau tali sudah diseret

wahai ananda kekasih hati,
Yang terkilan sudah hilang
pakai olehmu sifat berani
yang bimbang sudah dibuang
bulatkan tekad teguhkan hati
yang tergamang sudah melayang
di jalan Allah tempatmu mati

apa tanda Melayu pilihan,
Yang keruh sudah jernih
berani berhutang, berani dilendan
yang kusut sudah selesai
yang kesat sudah diampelas
yang berbongkol sudah ditarah
yang sumbang sudah dibetulkan
yang bungkok sudah diluruskan
yang koyak sudah ditampal
yang sumbing sudah dipolas
yang berlubang sudah disumbat
yang pendek sudah ditampun

apa tanda Melayu pilihan,
Yang terasa-rasa sudah dirasa
berani berbuat, berani menahan
yang terniat sudah terkabul
yang dihajat sudah didapat
yang dicinta sudah bersua
yang dirindu sudah bertemu
yang diminta sudah ada
yang hilang sudah disawang

apa tanda Melayu pilihan,
Di bunal disimpul mati
berani melangkah, berani berjalan
diikat diberi seimpai

apa tanda Melayu berbangsa,
Yang ruas lahs ampai ke buku
berani tidak memilih masa
yang kitab sudah berkhatam
yang cekap sudah bersampaian
yang runding sudah selesai
yang mufakat sudah bulat

apa tanda Melayu yang betul,
Terlambung ke atas lah tercium anyir langit
tangan mencencang bahu memikul
terhunjam ke bawah lah nampak kerak bumi

apa tanda Melayu beradat,
yang kecil tidak disebut nama
beraninya tidak dapat disukat
yang besar tidak diimbau gelar
Assalamualaikum w.w
umpama berjalan lah sampai ke batas
umpama berkayuh lah tiba ke pulau
umpama unut sampai lah ke bakal
umpama sungai lah sampai ke guguk
umpama memanjat lah sampai ke pucuk
umpama riak lah sampai ke tebing