Apa salah menghutangan
Apa sakit nan membunuh

Title

Apa salah menghutangan
Apa sakit nan membunuh

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (IV)

Identifier

25137

Text

Apa salah menghutangan
Apa sakit nan membunuh

Jangan dikacak pedang patah
Jangan dibilang emas nan habis
Jangan dirajah batu dipulau

kalau sampai jawab pun tiba

Rumah besar tidak berdinding
Angin lalu tempias lalu

Cencang luluh bagai rebung
Cencang halus (lumat) bagai tembakau

Hutang bunuh dibayar nyama
hutang emas dibayar emas
hutang padi diganti padi
hutang malu dibayar malu

Ujung kusut pangkal dikerat
Pangkal kusut ujung dikerat

Yang salah ada hukumnya
Salah kecil didenda
Salah besar diperkecil
Yang salah dihukum jua

Bumi dipijak sudah cair
Langit dijunjung sudah runtuh

Tidak bersambung batu patah
Tidak tersangkal kehendak Allah
Sehingga itu tinggi bak kayu

Habis kasih belaian diam
Habis daya beban terletak
Habis umur dunia tinggal

Berbalik tuntung ke pangkal

Dibunuh mati-mati
Dijual jauh jauh
Dugantung tinggi-tinggi

Supaya busuk tak merebak
Supaya penyakit tak meroyak

Bercupak pecahan pedang
Bergantung sumbingan keris

Karena sundak kopian tembuk
Karena lenggang baju koyak
Karena sombong emas habis

Sakit merayu demam panjang
ada mangkuk pe urasnya
Ada labu tempat airnya

Sakit perut berpanjangan
Ada lantai nan terkacip
Ada suyuk pelimbahannya

Mendekuk bak ungka
Mendayu bak siamang

Kalau keras dimakan takik
Kalau lunak dimakan sudu

Dihanguskan bak tembakau
Abunya dimakan juga

Sudah berbuah macang sibauk
Sudah gugur buah sebuah
Bicara belum jua putus

Diberi kata putus
Jangan digantung sehasta tali
Jangan digenang sesayak air

Kayu pasak serimbanya
Orang semufakat dalam negeri

Berucap boleh
Berpinta Kabul

Bulat air ke muara
Bulat runding ke mufakat

Pergi karena suruh
Berhenti karena tegak

Dimana bankai menjemba
Disana darah berserai

Tersungkup dek jala nan berpukal (berpangkat)
Terkeping dek jaring nan berawan
Tercacak dibaris
Tergulung di bakalnya

Undang tak dapat dikaji
Baris tak dapat dieja
Tertumbuk beliung makan
Lepas kepada kayu berlubang
Tak ada tanda bitinya.

Berlabuh pada yang tenang
Berhenti pada yang teduh
Bergalah ditepi-tepi
Berunding sesudah makan

Malang di anak semang
Induk semang ditimpa hutang
Kalau mujur menjawat cari
Kalau malang menjawat hutang

Lautan akal landung bicara

Kepungan ditengah negeri
Tempat beramu panjang pendek
Besar batang tempat berlindung
Rimbun daun tempat berteduh
Tunggul manah zaman berzaman
Duduknya tempat berguru
Tegaknya tempat bertanya

Kerimba bercencang lati
Rimbah belum pernah di tempuh
Takik kiri rebahkan kanan
Takik kanan rebahkan kiri
Cencang jangan memutuskan
Kalau sesat diujung jalan
Senang berbalik ke pangkal jalan

Diteruk dengan pusaka
Dicencang dengan lembaga
Makanan emas dua puluh

Ke negeri bertongkat baris
Kalau berjalan ke kampong orang
Kalau tertempuh tepian orang
Sampai dahulu kemudian tiba
(dahulu sampai tiba kemudian)
Esa batuk dua berdahan
Takik kaya boleh ditengadah
Gores tanah boleh ditengkudau

Bertelengkat Bertelengan
kalau lalu dikampung orang
Naik kerumah tidak berjantan
Sebelah kaki ditangga
Sebilah meningkat bendul pintu
Lapar boleh minta nasi
Haus boleh minta air
Jangan dilangkahi bendul empat

Simiskin banyak beremas
Biar badan tak berduit
Mulut manis becakap lemak
Orang sayang pada awak
Puas makan dengan minum
Bercakap lurus berkata benar

Situnggal banyak dunsanak
Mulut manis cakap pun lemak
Yang tua dihormati
Yang muda dikasihi
Yang sebaya disayangi
Budak-budak diminati
Cakap lurus kata pun benar
Tidak dikira tulang urat
Tulang ringan perut pun berat
Orang sekampung jadi dunsanak

Si Bungsu kakak mantua
Biar sepuluh adik beradik
Si Bungsu menjadi tua orang
Adat tahu pusaka terang
Kalau jauh mula tampak
Kalau dekat mula bersua

Kecil laut besarpun laut
Laut juga kan namaya
Laut sakti rantau bertuah

Orang banyak
Fitnahnya banyak

Sayang ke anak dagang
Santun ke pada yang susah

Ulat belum mengenal daun

Nan tersurat dikertas
Nan terconteng dilawang

Jangan kusutkan rantau selesai
jangan keruhkan tepian jernih
Jangan dikerawang dinding papan
Jangan dilayukan pucuk kelapa
Jangan dihitamkan tiang panjang

Tengadah membilang kasau
Tunduk membilang lantai
Berpaling membilang dinding

Duduk tak dapat berkisar
Tegak tak boleh berpaling

Dimana penyakit membunuh
Disana salah dan silihnya

Kalau tahu belum pandai
Kalau pandai belum tahu
Disana hinggap tatal
Disana tunjuk ajar (gugur kejar)

Tak boleh cepat ke rimba
Belukar masih luas

Hanyut direnangi
Sesat diunuti

Jangan dijual jauh-jauh
Usah digantung tinggi-tinggi

Orang penggamang mati jatuh
Orang pencemas mati muda
Orang perajuk mati juah
Orang pemarah cepat boleh
Orang penyejuk mati hanyut

hormati orang tua
kasihi anak kecil
segani sama sebaya

carilah kawan timbal mati

Jangan lebih di awak, untuk awak
kacak lengan lah bak lengan
kacak betis lah bak betis.

pandai meniru meneladan
rajin bertanya pada mertua
tahu berguru pada nan pandai
tahu berdamping pada nan tahu

Peganglah wakil dengan amanat
kalau siang jadikan tongkat
kalau malam jadikan bantal

yang di awak tak kan hilang
yang di orang nan kan dicari

umur belum setahun jagung
darah belum setampuk pinang
berakal belum, pendapat pun kurang

malu bertanya sesatlah jalan
malu makan laparlah perut

raja berdaulat
penghulu berandiko
alim berkitabulla

meningkat jenjang rumah
sebelah kaki ditangga
sebelah kaki dibendul pintu

beribu ke pagaruyung
berbapak ke tanah Johor

Dondang terlambat oleh adat
dondang tergolong oleh lembaga

kalau gelas bersandaran
kalau dagang bertepatan
kayu kecil berkayu besar
kayu besar berlaras anak
induk semang beranak semang
tepatan dagang dari jauh.

Pada siapa dagang menetap
Pada Raja yang berdaulat
Pada Penghuu yang berandiko
Pada Alim berkitabullah
Pada Monti berlembaga
Pada Dubalang berkederat
Pada Orang elok budi
Di situlah ibubapanya

Harta hilang dalam terang
hilang ditelapak tangan sendiri

Dimana penghulu salah hukum
Dimana dubalang mati terpenggal
Dimana raja bererak sila
Dimana perang nan tak damai
Dimana sengketa nan tak sudah
Dimana ronda ditempuh orang mandi
Dimana bujang dapat salah
Dimana pahit nan berleting
Dimana kubu nan berjuang

Randa seratus dua puluh
Bujangnya seratus genap

kalau hendak pergi kelepau
hiu cari belanak pun cari
kain panjang beli dahulu
kalau hendak pergi merantau
ibu cari dan sanak pun cari
induk semang cari dahulu

Kalau pandai berkain panjang
boleh seelok kain sarung
kalau pandai berinduk semang
boleh seelok ibu kandung

kalau turun ke rantau
carilah adat dan pusaka
carilah ico pakaian orang

kalau lah lepas ke rantau
jangan dibawa sifat ayam jantan
ayam jantan banyak musuhnya
elok dibawa sifat ayam betina
ayam betina banyak yang suka

Sirih sejunjungan
pinang sebatangan
hilang kemana kan dicari.

Sembah seperti kayu rebah
dilenggakkan bahu terlenggak

Kalau rupa hendak dilihat
kalau perisa hendak dirasa
kalau tali hendk diseret
kalu tampuk hendak dijinjing

Jauh ditunjukkan
dekat dikakapkan

Rentak diturut dengan undang
Tebing ditingkat dengan pusaka

Karam tak tentu lubuknya
Mati tak tentu kuburnya
Hilang tak tentu rimbanya

Harta soko bersoko
harta zaman berzaman

Hilang dicari
cempung disawang
karam ditimba

Dilepas dengan hati suci
Dilepas dengan muka jernih

sakit tidak membuang marwah
senang tidak membuang tuah

Besar ditebu sebelinkar
Besar diponang goyang-goyangan
Besar diatap sebengkawan
Besar dilantai nan sebilah

Basah kaki ketika mandi
basah tangan ketika makan

Dari jauh mengangkat sembah
sudah dekat menjunjung duli
duduk bertimpuh bertelekan
tangan kiri bertelekan
tangan kanan menyorong peminang (uncang).

Diraih peminangan
dicarik digunting sirih
ditomi layangkan pinang.

Masak sirih pinang dikunyah
kelat jatuh ke kerongkongan
sarinya naik kemuka
cahayanya mengisi rumah

Sirih terunjuk kita makan
Dalam sirih nan secarik
Dalam pinang nan setomi
Ada juga kehendak hati

Mencacak tembilang akan lapuk
mencecak ubi akan berisi