Adat bercupak dan bergantang,
adat berkati dan bertail
adat bersukat dan bertakar

Title

Adat bercupak dan bergantang,
adat berkati dan bertail
adat bersukat dan bertakar

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (III)

Identifier

23493

Text

Sifat malu:
pertama malu memberi malu
kedua malu berbuat malu
ketiga malu diberi malu
keempat malu dibuat malu
kelima malu menjaga malu
keenam malu penghapus malu
ketujuh malu menjemput malu

Segan bersusah,
hidup kan payah

Segan belajar
hidup terlantar

Di mana air larah
di sana orang mengucau

Kalau baji sudah masuk
yang menjumpai bertambah buruk

Kalau baji sudah masuk
simpai juga yang teruk

Takut jatuh, bersungguh
takut susah, berpayah

Takut miskin, berlenjin
takut sengsara, berusaha

takut malu, berilmu
takut hina, bertanya

Pancang dapat dialih-alih
kata pantang dirobah, robah (cakap)

Penyakit jangan ditidurkan,
salah jangan didiamkan

Setia sepanjang masa
taat sepanjang hayat

Tegak marwah karena setia,
tegak daulat karena taat

Berdiri agama karena taqwa
berdiri bangsa karena setia

Orang perajuk mati hanyut
orang penyegan mati meragan

Segan bersakit,
hidup kan sempit

Salah kain, lenjin
salah makan, malan
salah sebut, ribut
salah jalan, kebelan

berbekal dengan akal,
berbaju dengan ilmu

Habis daya,
tinggal doa

Sekali menjadi niat,
dikejar sampai kiamat

Sekali sumpah dibuat,
dijaga sampai kiamat

Sekali janji dipahat,
dinanti sampai ke lahat

Sekali janji diikat,
ditunggu sepanjang hayat

Sekali niat dipasang,
selama hidup menjadi hutang

Sekali amanah tiba,
dunia akhirat wajib dijaga

Sekali amanah datang
dunia akhirat menjadi hutang

Di mana ada celah,
di sana ulat masuk

Di mana ada retak,
di sana baji menunggu

Salah sentak luka tangan,
salah sorong luka hati

Karena karenah hilang tuah

Karena perangai kampung tergadai

Tuah tak dapat dibeli,
marwah tak dapat dijual

Benci tidak mengada-ada
sayang tidak dibuat-buat

Hajat tak membunuh,
niat tak memupus

Hajat sepanjang gogo
niat sepanjang daya

Merajuk rezki karena dengki
merajuk tuah karena fitnah

menggulut air setimba,
berebut dian sebatang

Bergegas selagi pasang
bergulut menjelang surut

Mencari rezki dengan budi,
mencari tuah dengan marwah

Salah duduk, teruk
salah cakap azab
salah buat penat
salah pilih letih

Besar selera besar hutangnya,
besar cakap besar malangnya

Takut sumbing sekuku,
pecah pinggan setalam

Segan bertanak,
nasi tak masak

segan menebas,
kemaklah nafas

Segan berjalan,
kosonglah pinggan

Berani bercakap,
tahan mengidap

Berani meretas,
tahan ditetas

Berlebih runding,
kepala pening

Banyak duduk,
banyak teruknya

Banyak sangkal,
kerja pun gawal

Cakap (bual) melangit,
kerja sepalit-lit

Adat hidup orang sekampung
yang rendah anjung menganjung
yang tinggi junjung menjunjung

Adat hidup orang sebanjar,
yang bodoh sama diajar
yang tidur dengar mendengar
yang kurang antar mengantar
yang lebih tukar menukar

Adat hidup orang bersahabat
kalau ada sama mendapat
kalau habis sama menjilat

Adat hidup dengan tetangga,
kalau tidur jaga menjaga
kalau sakit pelihara memelihara (bela-membela)

Adat hidup berumah tangga
aib malu sama dijaga
anak pinak sama dibela
pahit manis sama dirasa
berat ringan sama dibawa
kaya dengan saudara mara
miskin dengan silang sengketa

Adat hidup orang beradat,
duduk tegak memegang sifat
tunjuk ajar tidak menyesat
pahit manis tidak mengumpat
kalau memberi bercepat-cepat
kalau minta berlambat-lambat
kalau menghukum bertepat-tepat
kalau bercakap tidak menyekat

Adat hidup orang berbudi
tahu menjaga marwah diri
pandai menenggang rasa
pandai membuang rasa dengki
mau bersakit dalam sempit
mau bersusah dalam payah

Adat hidup orang beriman
segala kerja tidak menyeman
amal ibadat jadi idaman
berbuat baik tak pernah segan

Adat hidup orang berakal,
banyak ilmu banyak beramal
hidup di dunia mencari bekal

Tegak merentang langkah,
duduk merentang niat

Tegak membelah langit,
duduk menarah bumi

Berjalan menurut unut,
berlayar menurut alur (berkayuh)

belalang tahu kan ketingnya,
gajah tahu kan gadingnya

Manusia pantang kehinaan,
ikan pantang kekeringan
dubalang pantang kelintasan
tua pantang ke langkahan

Dalam laut tak menghanyutkan,
dangkal laut yang menggalang

Adat berpijak pada yang benar,
hukum bersandar pada yang adil

Adat tidak membuang bijak,
penghulu tidak membuang tuah

Duduk adat karena syarak,
tegak adat karena mufakat

Makan menjunjung berkah
duduk menjunjung tuah

Makan ada berkatnya,
duduk ada adatnya

Lapar jangan didiamkan,
kenyang jangan diturutkan

Adat hidup orang senegeri,
dalam susah beri memberi
dalam sakit bagi membagi

Adat hidup orang serantau
kalau pahit jelau menjelau
kalau senang tinjau meninjau

Seulas sama dirasa
sesuap sama dikecap

Beban sama dipikul
hutang sama dipampas

Tugal sama runcingnya,
parang sama tajamnya

Sealun bak gelombang,
seangguk bak balam

Menyukat sama pepat
menghasta sama panjang

Menggenggam sama cengkamnya,
mengaut sama karutnya

Tergalang sama berkering,
tertumus sama terbaring

Ikan tahu kan lubuknya,
kijang tahu kan bakalnya

Ikan tahu kan sisiknya,
manusia tahu kan budinya

Gajah tahu kan kuatnya,
manusia tahu kan akalnya
harimau tahu kan taringnya

Semut tahu kan kecilnya,
gajah tahu kan besarnya

Laut tahu kan ombaknya
rimba tahu kan semaknya

Rotan tahu kan onaknya,
lalang tahu kan culanya

Yang dahulu tempat berguru,
yang kini tempat berbudi
yang akan datang tempat berhutang

Yang dahulu menjadi guru,
yang kini menjadi budi
yang mendatang menjadi hutang

Yang lama tempat bertanya,
yang baru tempat berguru

Buta pada adat,
binasa pada sifat

Adat hilang, badan terbuang

Adat menjauh, negeripun gaduh

Adat tertimbus, marwah pun pupus

Syah kata syarak, ya kata adat

jauh sulang menyulang,
dekat pandang memandang

yang elok sama dijunjung
yang buruk sama ditampung

Dekat bujuk membujuk,
jauh kenang mengenang

Yang lama menjadi tanda,
yang kini menjadi raja
yang nanti menjadi kerja

Yang sudah menjadi pancang,
yang kini menjadi tiang
yang besok menjadi hutang

Yang lampau tak kan terjangkau,
yang kini tak kan lari
yang besok yang kan ditengok

Yang lalu biarlah dulu
yang sekarang kita dipandang
yang besok kita jenguk

Yang sudah dipersudah
yang kini dijimati
yang besok diperelok

Yang hilang tak usah (jangan) dibilang
yang ada dipelihara
yang akan datang diperterang

Yang lalu menjadi hulu,
yang sekarang yang dipegang
yang kan datang yang ditunang

Yang dahulu pemberi tahu
yang kini menjadi budi
yang akan datang menjadi hutang

Yang dahulu pemberi tahu
yang akan datang pemberi hutang
yang kini pembawa budi

Yang dahulu tempat berguru,
yang kemudian tempat bertahan

Kalau tak mau mendapat celaka,
marwah diri hendaklah jaga

Kalau takut ditimpa malang,
pelihara marwah supaya tak hilang

Kalau takut ditimpa balak,
pelihara marwah supaya tegak

Kalau sayang ke ibu bapa,
marwah mereka hendaklah jaga

Kalau sayang ke kampung halaman,
jagalah marwah jangan menyeman

Kalau sayang ke anak cucu,
jagalah marwah sepanjang waktu

Kalau hendak dihormati orang,
marwah diri jangan dibuang

Kalau hendak dikasihi orang,
marwah dijunjung budi ditimang

Tegak Melayu karena marwah,
tegak marwah karena daulat
tegak daulat karena mufakat
tegak mufakat di tiga raja
pertama raja kuasa
kedua raja ibadat
ketiga raja adat
yang disebut tali berpilin tiga
yang digelar tungkin tiga sejarangan

Bapak bertanam untuk anak

Yang lama (dahulu) dikenang-kenang,
yang kini ditimang-timang
yang besok digamang-gamang (diamang-amang)

Adat berpunca pada mufakat,
Adat berlabuh pada adilnya

Kata syarak kata putus,
kata adat kata bersayap

Kata syarak bersimpul mati,
kata adat bersimpul hidup

Kata adat kata bersukat,
kata syarak kata makrifat

Banyak anak banyak tingkahnya (lakunya)
banyak kebelan yang dibuatnya
banyak perangai yang dibawanya
banyak tingkah yang menerukkan
banyak fiil yang memalukan
banyak buat yang menyakitkan

Kalau hidup sama sebanjar,
utamakan budi dan tunjuk ajar
kalau hidup sama sekampung
marwah dijaga adat dijunjung

Sebab sekali adat tersekat,
segala sengketa akan mendekat
sebab sekali marwah terlapah
segala nista akan menimpa

Kalau tak mau jadi hamba orang,
marwah diri jangan dibuang

Kalau tak mau diperkuli orang,
marwah diri hendaklah pegang

kalau hendak dituakan orang,
tegakkan marwah menjadi tiang

Kalau hendak duduk di majelis,
marwah diri jangan dikikis

Kalau tak mau mendapat malu,
marwah diri jaga selalu

Duduk tunggul, tegak punggur

Diam tunggul bercendawan,
diam punggur lapuk
diam tembilang berkarat
diam ubi berisi
diam jerat mengena

Mencari lagak pada bayan,
mencari angguk pada balan

Adat bertali panjang bersembilu tajam

Yang adat tak membunuh,
yang pusaka tak membinasakan

Adat bercupak dan bergantang,
adat berkati dan bertail
adat bersukat dan bertakar

Adat tak membuang bijak

Adat bersandar pada yang benar,
adat berpijak pada yang adil

Adat menunggu pada yang haq,
adat menanti pada yang lurus

Adat duduk pada syarak,
Adat tegak pada mufakat

Meludah ke langit
mengajar buaya menyelam
menggurui harimau menangkap

Berkepala dua, bersilang lidah

Sekali tali diungkai,
sekali nyawa dibagi

Kalau ikan dipesiang,
siapkan belanganya

Kalau bertanak, jaga puntungnya

Menetas tak mengeram

Kayu rebah rumah terdiri

Berumah tak berdapur

Anjing menyalak tak menggigit,
harimau mengaum tak menangkap

kayu bercabang banyak buahnya,
jalan bercabang banyak gunanya
pikiran bercabang banyak olahnya
lidah bercabang banyak salahnya

Menggarami laut,
menyemakkan rimba

Berat tidak memberatkan,
ringan tidak menjadi beban

Jauh tidak membunuh,
dekat tidak mengikat

Dekat tidak menyekat,
jauh tidak membuang

Berpucuk muda berdaun tua

Beranting berdahan rindang

Kecil batang besar buahnya

Dari ranting yang kecil,
keluar buah yang besar

Gajah mati ditimpa ranting,
semut tak mati ditimpa antan

Lebar daun dibuat tudung,
lebar tikar tempat bersila
lebar dada tempat bertanya

Sekali memegang kemudi,
sekali hutang bertambah

Junjung patah, sirih pun rebah

Junjung patah, kacangnya rebah

Sirih diberak burung, pinang direntak kera

Pinang ketai, sirih meragai

Pinang kelat, sirihnya pedas

Cincin selingkar jari,
rantai selingkar leher
akal selingkar alam

Tuah cincin di jari
tuah rantai di leher
tuah budi di hati

Sekecil-kecil pohon,
dapat juga semut berteduh

Membunuh semut, cukup dengan sebilah lidi

Membunuh cakap dengan cakap

Mati langkah dapat berkelah,
mati akal ke mana lagi? (apalah daya)

Mati langkah, kalah,
mati akal, terjual

Cincin memutus jari
rantai memutus leher
pagar makan tanaman
tongkat membawa rebah

Di mana gajah lalu,
di sana tanahnya lembang

Retak gading jadi ukiran,
retak budi jadi gunjingan

Retak gading jadi ukiran,
retak piring jadi sebutan (gunjingan)

Memberi berbagi,
menerima bersama

Bulan tak menunggu pasang

Kalau tak ada matahari, tak kan terasa hari siang

Sebelum kiamat, tak kan habis bulan di langit

Yang bersisik belum tentu ikan,
yang berparuh belum tentu burung

Miang keladi dapat dicuci,
miang hati payah obatnya

Makan sehari, lapar setahun

Rezki harimau

Rezki semut

Semakin condong batang kayu,
semakin banyak yang menitinya

Setajam-tajam mata pedang,
lebih tajam mata kalam

Di mana biawak memanjat,
di sana anjing menyalak

Miskin tidak membuang nama,
kaya tidak membuang bangsa

Melarat tidak membuang sifat,
berharata tidak membuang soko

Pangkat tidak membuang sifat,
harta tidak membuang soko

Di mana tugal dicocok,
di sana padi tumbuh

Di mana kandang rerak,
di sana musang mengena (masuk)

Di mana dinding teretas,
di sana tempias lalu

Di mana lantai terjungkat,
di sana tunggul menyembul

Di mana rumah dicacak,
di sana hutang tumbuh

Di mana dahan terkerat,
di sana rantingnya patah

Di mana tunggul terpepat,
di sana kura-kura naik