adat diam tak mendendam

Title

adat diam tak mendendam

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (XI)

Identifier

36581

Text

sepahit-pahit hempedu,
lebih pahit lidah manusia

setajam-tajam ujung senjata,
lebih tajam ujung lidah

semakin berkarat mulut orang,
semakin bisa perkataanya

kalau lidah sudah berkarat,
perkataan baik menjadi jahat

kalau lidah sudah beracun,
rosak binasa turun-temurun

besar tidak bergelar,
kecil tidak bernama

seburuk-buruk puntung,
dapat juga bertanak nasi

ayam mengeram tak pernah menghitung telurnya

kayu rimba tak sama lurusnya

kalau hendak tahu manusia,
tengoklah kayu dirimba

besar kayu, belum tentu besar buahnya

walaupun rumpun labu menjalar ditanah,
buahnya besar juga

banyak runding banyak garamnya,
banyak melayu banyak rundingnya

banyak ladang kerana padinya,
elok orang kerana budinya

kepala takkan menyuruh ke buntut

sepanjang-panjang langkah,
lebih panjang juga lidah manusia

sebisa-bisa racun, lebih bias lidah manusia

semanis-manis madu,
lebih manis mulut manusia

semakin dikejar semakin jauh

semakin tahu semakin bodoh

semakin kayu, semakin miskin

semakin kayu, semakin miskin

semakin berilmu, semakin bebal

bunyi di dengar, suara disemak

semakin banyak bajunya,
semakin tampak belangnya

baju kering di badan

buah busuk ditampuk

peluh kering di badan

lapuk rumah tak berpenunggu,
lapuk orang tak berilmu

lapuk tangarang tak berapi,
lapuk orang tidak berbudi

kuat tali kerana berpintal,
kuat orang kerana berakal

kuat parang kerana baja,
kuat orang kerana kerja

berharga emas kerana karatnya,
berharga orang kerana adatnya

banyak peluh, perut penuh

bila kuku sudah tanggal,
barulah tahu rasanya gatal

bila gigi sudah ompong,
barulah tahu saudara kandung

besar mulut tangga berlumut

besar mulut pinggan bersemut

besar mulut perahu hanyut

besar mulut, hampalah perut

besar capak, kepala kopak

rugi dihitung, laba disekat

rugi dikaji, laba dikira

memandang sampai ke sebalik,
mengkaji sampai ke intinya

menengok dengan akal,
memandang dengan ilmu,
melihat dengan budi,
memilih dengan iman

menengok sampai tampak,
memandang sampai tahu,
mengkaji sampai faham

semakin dipandang semakin hilang

bersumpah sekali sudah,
berjanji sekali jadi

berjanji sekal ikat,
bersumpah sekali ucap

pantang janji dibawa lari,
pantang sumpah dipermudah

pantang janji melangkahi dari,
pantang sumpah melangkahi agama

janji taruknya dibudi,
sumpah taruknya pada maruah

lupa janji binasa diri,
lupa sumpah celaka bangsa

hutang dikenang, piutang dibuang

hutang diperkecilkan, piutang dibesarkan

sekecil-kecil hutang,
akhirnya membawa malang

seberat-berat hutang ialah hutang budi

kalau sudah dituakan orang,
seumur hidup memikul hutang

kalau sudah tua, persempitlah dunia

kalau sudah uzur, siapkan liang kubur

kalau sudah beruban siapakn badan

Bila taring sudah patah,
barulah tahu susah nak mengunyah

makan sepinggan, jangan melendan

makan seperiuk, jangan kemaruk

tidur sebantal jangan menjual

tidur sekelambu, jangan berseteru

tidur selapik, jangan mengusik

tidur serumah, jangan menomah

tanda serumpun bersopan santun,
tanda sebangsa berbudi bahasa

tanda tua memelihara,
tanda muda, menjaga-jaga

habis, dikais, lepas dikekas

terlalu kasih, tumbuh selisih,
terlampau sayang ditimpa malang

berkata satu, berfikir dua

bercakap biar sepatah,
berjanji biar sekali

dahulukan rasa daripada perisa

datang jangan menepuk dada,
pergi jangan menepuk peha

datang jangan menanti sembah,
pergi jangan menunggu titah

datang jangan bertangan kosong,
pergi jangan bertangan hampa

datang berterang, pergi bersuluh

datang jangan berceleging,
pergi pun jangan menengking

datang jangan membual,
pergi jangan menjual

makan setahun, jangan bermasam

makan sepiring, jangan bersedengking

keras nengkuh, kuat takiknya

keras lidah, patah, keras mulut hanyut

keras bicara sengsara, keras cakap tercungap

keras cakap lesap

keras tak menentu, kepala dimakan, batu

cakap menengking, terpelanting

cakap pedas, terhempas

cakap kasar terlempas

cakap menyalah, terlapah

cakap menyalah, terkilang

cakap melintang terbuntang

dahulukan tangis daripada tertawa

dahulukan pahit dari yang manis

keras tidak melepas sesak, lembut tidak membinasakan

keras berbatas-batas, lembut berhingga-hingga

keras tidak mematah tulang,
lembut tidak mematah lidah

keras tidak diperjual belikan,
lembut tidak diperniagakan

keras jangan membekas,
lunak jangan mengemak

keras berlunak-lunak, lunak berkeras-keras

keras beri memberi, lunak isi mengisi

keras jangan dinampakkan,
lunak jangan dilagakkan

keras sebatas patut, lunak sebatas layak

keras sepanjang adat,
lunak sepanjang undang

keras sepanjang undang, lembut sepanjang patut

keras diberi taji, lembut diberi budi

keras takik, kuat cencangnya

Berkayuh perahu hanyut,
berlayar kapal, pecah

bocor tidak bersumbat,
lapuk tidak berganti

berkuda dipunggung harimau,
bersila dipunggung buaya

berlabuh disarang ular,
berkeduh disarang penyengat

berhenti dipunggur lapuk

semakin keras semakin cepat petahnya

keras dimakan takik, lunak dimakan sudu

keras melengas, lembut hangat

keras tak menetas, lembut tak menyampai

keras ditebas orang, lembut dilapah orang

keras kena tebas, lunak kena pijak

keras tak sempat bernafas, lembut tak sempat menyebut

keras tak berjudu, lembut tak berlawan

bagai meniup lilin

bagai meniup debu

bagai buaya mencium bangkai

bagai anjing mencium jejak

bagai kucing mencium panggang

bagai kambing mencium bau harimau

kuku tumpul, taring lapuk

lidah kelu, darah gemuruh

langkah pendek, akal pun singkat

lidah beracun, taring berbisa

kuku tajam taring pun panjang

berkayuh tidak bersampan,
berdayung tidak berperahu

bagai duri dipangkal dahan

bagai telur ditepi bendul

bagai menetas ditelapak tangan

bagai menetas didalam bara

bagai menetas didalam jerami

bagai menetas dimulut buaya

bagai menetas disarang harimau

bagai menetas dicelah ketiak

bagai menetas didapur raja

bagai menetas didalam periuk

bagai ikan jatuh ke sungai

bagai ulat jatuh ke daun

bagai api jatuh ke sekam

bagai pelita jatuh ke lantai

bagai cincin pulang ke jari

bagai taji pulang ke kaki

bagai cemdawan pulang ke batang

bagai buruk diujung tanjung

bagai beruk diujung tanjung

bagai biawak dicelah banir

bagai buaya didalam lubuk

bagai harimau didalam kandang

bagai buah diujung dahan

bagai bunga dilingkar ular

bagai ranting jatuh ke semak

bagai gajah jatuh ke lubuk

bagai kucing jatuh ke tilam

bagai punggur jatuh ke lumpur

bagai bara jatuh ke jeram

bagai bara jatuh ke pinggan

bagai kapas jatuh ke tanah

bagai gulai jatuh ke nasi

bagai garam jatuh ke laut

bagai isi jatuh ke tanah

bagai intan jatuh ke pelimbahan

bagai belut jatuh ke Lumpur

bagai kucing jatuh ke sarang tikus

menanti dengan budi, menunggu dengan ilmu

menyimak dengan otak, mengaji dengan hati

perisa tidak menggila, sedap tidak menyelap

pantang jauh mengeluh, pantang dekat dicapak

pantang budi menanti puji,
pantang kerja menunggu perintah

setimpas-timpas surut,
takkan mengeringkan laut

tanduk tidak kalah, diam tidak besi

sejauh-jauh pulau,
kalau berkayuh sampai juga

bagai menunggu pulau hanyut

bagai berlayar dalam Lumpur

bagai bulu ayam jatuh ke halaman

besar kepala kecil isinya

sebelum memanjat, ukur tingginya

kalau tidak ada air,
dimana perahu dapat berlayar

berguna layar kerana angin,
berguna dayung kerana dikayuhkan

semakin kuat berkayuh, semakin laju perahu

biar selangkah, asal ke muka

melihat dengan sifat, memandang dengan undang

biar langit berkabut, asal kepala tenang

biarpun langit berkabut,
kalau kepala terang takkan sesat

biar laut berkabut,
kalau mata tajam takkan hanyut

mengadu kepada yang tahu

takut tidak membuang masa

banyak seruk, banyak sudatnya

meniti batang menggolek, menempuk jalan beronak

jalan tidak mencari langkah

duduk meraut duri, tegak meruncing onak

tuah galai pada belanganya, tuah nasi pada periuknya

sifat pucuk menanti angin