Title
Adat hidup, mencari
adat mati, menanti
adat mati, menanti
Subject
Ungkapan
Creator
Tenas Effendy
Source
Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (X)
Identifier
32145
Text
lenggang jangan membuang langkah
jangankan melenggang, tangan pun tak tergarit
Jangankan lepas makan, membeli garam pun tak cukup
Jangankan lepas tekap, makan pun merakap
Sudah beranak pinak, bergayut juga ke susu mak
Sudah tua bangka, bergantung juga ke orang tua
Kalau nasib tidak beruntung:
Anak lah besar masih bergantung
Pergi mencari kaki melotong
Ke tengah ke tepi tak masuk hitung
Hendak bercakap lidah terpotong
Diam di rumah perut gembung
Pergi ke ladang disengat pemutung
Padi dijemur dimakan burung
Makan minum dalam tempurung
(berpinggan daun bermangkuk tempurung)
orang lepas awak terkurung
Kalau nasib dirundung malang:
Anak tidak menjadi orang
Padi ditanam tumbuh lalang
Ayam ditambat disambar elang
Untung dicari bala yang dating
Ikan dipanggang menjadi arang
Penat mencari tak lepas hutang
(hutang melilit keliling pinggang)
cobaan datang tidak berkelang
ke tepi tercampak ke tengah terbuang
siang megeluh malam mengerang
karena akal belum menyorong
kaki terlajak mulut terlangsung
karena dibuai mulut manis,
periuk pecah sumpit pun kempis
Karena percaya kabar burung:
Mata lepas badan terkurung
Hati terbakar langkah terdorong
(hati panas cakap terlangsung)
tua tak berakal, mati menyesal
sebelum habis beban, jangan melenggang
yang senang yang panjang lenggangnya
Menutup lubang lama saja sudah tercungap-cungap
Menutup lubang lama saja, sudah sesak ngap
Selagi hidup tercungap-cungap, tak kan dapat menetap
Bagaimana badan tak teruk, siang malam tak dapat mengap
Bagaimana uban tak memutih, siang malam pikiran letih
Bagaimana tidak beruban, siang malam tak dapat meluruskan badan
Jangankan berganti kain baju, dapur pun tak berasap
Jangankan mengganti rumah, baju di badan tak terganti
Jangankan mencari kaya, makan saja tak lepas
Jangankan kaya, makan pun mengap
Jangankan berlebih, makan pun tercungap-cungap
Jangankan bertambah, yang ada pun punah
Jagankan berlebih, makan pun dengan lada garam
Sebelum bercakap, tenangkan ngap
Sudah lapang ngap, baru bercakap
Sebelum dapat mencungap, eloklah senyap
Sebelum dapat mencungap, jangan senyap
Sebelum dapat mencungap, pantang menyenyap
Sebelum mencungap, bawa mengidap
Sebelum mencungap, tahan mengidap
Sempit tak dapat meluluskan ngap
Kalau hidup tercungap-cungap, tak kan dapat melepaskan ngap
Baru saja hendak mengap, lubang menganga pula
Bagaimana hendak mencungap, hutang selilit pinggang
Supaya tetap tegak, kaki diperbanyak
Supaya tidak condong, perbanyak sokong
Supaya kuat, perbanyak tongkat
Supaya menahan, perkuat iman
Penat berjalan lepas makan,
Letih bertanya lepas tanya
Lepas makan untuk badan
Lepas tanya untuk nyawa
Tak lepas tanya, tak kan menjadi kepala
Belum lepas malu, sudah menghulu-hulu
Belum lepas malu, lah hendak berumah
Menjelang akal tumbuh, cari tempat berteduh
Menjelang akal menyorong, tunggu kampong
Menjelang darah mengulang bawa bertenang
Sudah mengulang darah ke muka, baru melangkah
Sudah mengulang nafas di dada, baru bersuara
Hati memayang, pikiran pusang
Hati memayang, kepala goyang
Hati memayang, perut mual
Hati memyang, selera hilang
Jangan biarkan kaki naik ke kepala
Kalau diturut hati yang nekat, banyaklah jari akan melekat
Kalau mau sentosa, kaki jangan dijadikan kepala
Kalau mau tenang, kepala jangan tergoyang-goyang
Kalau kepala mau tegak, kaki jangan dianjak
Supaya kepala tetap, kaki diperkuat
Supaya tetap berdiri, pelihara kaki
Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya lari ke rimba
Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya meminum tuba
Malu hati aib muka
Rusak nama hilang umpama
Bercerai berai terbuang anak
Orang tua bercerai anak berkecai-mecai
Laki bini cerai berai, rumah tangga kecai mecai
Pecah periuk nasi berkecai rumah tangga
Hati berat, langkah terdedat
Hati gelorat, kerja terdedat
Hati larat, pikiran sesat, akal tersumbat
Hati larat, pikiran tumpat
Hati memayang, badan bayang
Kalau diturutkan hati gelorat, alamat badan ditimpa mudarat
Kalau diturutkan hati gelorat, pikiran hilang akal pun larat
Kalau diturutkan hati gelorat, maulah karam di atas darat
Kalau diturutkan hati gelorat, mau rasanya menmpuh jerat
Kalau diturutkan hati gelorat, semakin lama semakin larat
Kalau diturutkan hati gelorat, lupalah laut tak ingat darat
Kalau diturutkan hati gelorat, maulah hidup melarat-larat
Kalau diturutkan hati gelabah, mau rasaya meninggalkan rumah
Kalau diturutkan hati yang luka, matilah badan menanggung duka
Kalau diturutkan hati yang remuk, mau rasanya mati beramuk
Kalu diturutkan hati yang gundah, mati sia-sia hidup tak berfaedah
Kalau diturutkan hati yang pedih, mau rasanya bercerai kasih (berhabis kasih)
Kalau diturutkan hati merajuk, matilah badan disepepak teluk
Kalau diturutkan hati yang risau, matilah badan disepepak rantau
Kalau diturutkan hati yang patah, lupalah kampong tak ingat rumah
Kalau diturutkan hati yang pilu, matilah badan menanggung rindu
Kalau diturutkan hati yang pilu, badan melarat hidup tak tentu
Kalau diturutkan hati yang kalut, hanyutlah badan di tengah laut
Kalau diturutkan hati yang rawan, binasa lah badan di dalam hutan
Kalau diturutkan hati yang tumpat, matilah badan di dalam sesat
Kalau diturutkan hati yang pusang, matilah badan di rantau orang
Kalau diturutkan hati georat, matilah badan dalam melarat
Walau hati bengkak, di muka jangan nampak
Walau hati menggelegak, di muka jangan beriak
Telinga merah, hati menggelegak
Telinga berdesing, hati merensing
Telinga merah, mata menyala, hati membara, muka menyinga
Kalau hati sudah membara, hilanglah akal lenyap kira-kira
Karena geran muka merah padam
Karena dendam sempitlah alam
Karena dendam muka pun lebam
Kalau diturutkan hati menyala, hilanglah akal budi bicara
Kalau diturutkan hati yang bengkak,
Matilah badan di dalam semak
Kalau akal tidak dipakai,
Cakap tak betul laku merempai
Kalau akal bengkok, lambat laun kena pekuk
Kalau hati busuk, lambat laun dimakan kutuk
Kalau lidah bercabang, lambat laun masuk pelubang
Kalau hati bercabang, badan teruk celaka pun datang
Kalau hati berbelah bagi, niat tak sampai kerja tak menjadi
Kalau pikiran bercabang-cabang
Tak satu pun dapat dipegang
Kalau pikiran kusut masai, banyaklah kerja yang tak selesai
Kalau pikiran kalang kabut, hati serasa dipukul rebut
Kalau pikiran kacau balau, mata memandang bergelau-gelau
Kalau pikiran tidak menentu, salah-salah menjadi hantu
Hati jangan diturutkan sangat
Selera jangan diikutkan amat
Anak durhaka tempatnya neraka
Puntung neraka anak durhaka
Kalau tak ingat dosa, pendeklah kira-kira
Kalau tak ingat dosa, sudah lama binasa
Kalau tak ingat hidupkan mati,
Rusak perangai buruklah pekerti
Kalau tak ingat hidupkan mati
Halal haram tidak perduli
Kalau tak ingat hidup berTuhan
Tua muda menjadi setan
Kalau tak ingat hidup berTuhan
Halal haram kena pemakan
Kalau tak ada iman di dada
Halal haram disamakan saja
Kalau tak ada akal sehat,
Ke mana pergi hidup melarat
Kalau akal tidak betul
Kemana pergi kena pukul (kutuk)
Kalau minum sudah mencandu,
Hilang lah rasa aib dan malu
Kalau minum mendarah daging,
Lebih hina daripada anjing
Kalau sudah jadi peminum,
Kalau sudah jadi peminum,
Setan dan iblis akan tersenyum
Setan dan iblis akan tersenyum
Kalau hidup jadi pencandu, pintu neraka sudah menunggu
Kalau sudah jadi pemadat,
Di dunia hina di akhirat melarat
Kalau orang tak mengenal budi,
Daripada hidup eloklah mati
Kalau orang tak mengenal tobat,
Binasalah badan dunia akhirat
Kalau orang tak mengenang jasa,
Alamat mati beroleh siksa
Kalau memperbudak ibu dan bapa
Di dunia terkutuk di akhirat tercampak
Kalau durhaka ke orang tua
Di dunia nista di akhirat neraka
Karena durhaka, menganga pintu neraka
Karena anak, pikiran kemak, hati rusak
Karena anak, banyaklah aib yang menimpa,
Banyaklah malu yang dirasa
Karena anak, terbuka pintu neraka
Karena anak, nafas sesak tidur tak nyenyak
Ke mana-mana hati masak
Melawan orang gila, awak yang gila
Melawan orang mabuk, awak yang mabuk
Kalau iblis sudah merasuk
Pertama gila kedua mabuk
Kalau iblis sudah bertanah,
Ke mana pergi tak kan semenggah
Kalau iblis sudah bersarang, ke mana pergi di caci orang
Kalau setan sudah merasuk,
hilang yang baik timbul yang buruk
kalau setan sudah di badan, timbul gila hilang siuman
Kalau hati dirasuk setan, pikiran buruk mata menyetan
Banyak duit jadi penyakit,
Tak berduit tak dapat menguit
Kebanyakan duit, mabuk ke duit
Tak berduit mabuk penyakit
Kebanyakan makan binasa badan
Kebanyakan tidur tak berasap dapur
Kebanyakan main anak bini tak berkain
Kebanyakan berjalan, lupa kampung halaman
Kebanyakan duduk, tikar lapuk
Kebanyakan merayap, dapur tak berasap
Laki jangan dipelesi
Bini jangan diperbudak
Bini jangan diperbini
Awak jangan dipertangisi
Karena anak banyaklah manusia menjadi rusak
Karena dapur tak berasap, apa ada menjadi asap
Kalau mata sudah berasap, banyak mengucap
Kalau dapur berasap, bekerja pun sedap
Kalau dapur berasap, berjalan sedap
Kalau dapur berasap hati pun sedap
Selagi ada nyawa, tak kan terjual pusaka
Selagi dapat mengais, takkan berulat dapur
Selagi dapat mengekas, takkan berjual baju di badan
Selagi dapat menggagau, tak kan terjual periuk belanga
Selagi dapat menguit, tak kan kebulur
Selagi dapat mengap, tak kan mati kebulur
Selagi dapat ngap, pantang menyeyap
Selagi ada akal, tak kan putus bekal
Kalau tak tahu bercakap, mendengar
Kalau mau disangkil-sangkilkan
Waktu jangan ditunggu-tunggu
Elok mulut diam, elok kaki tangan tak berdiam
Mulut disuruh diam, tangan suruh bekerja
Kalau tak lasak menggagau, periuk berlangau
Kalau tak kuat menggagau, anak bini berlangau
Kalau tak ingat asal, sudah lama terjual
Kalau tak ingat kampong, entahlah
Kalau tak ingat dapur tak berasap, sudah lama lesap
Cerdik jangan digudak gadik
Pandai jangan dibagai-bagai
Belanga masak, periuk terjerang
Kalau tangan berisi, tak susah mencari
Mencari bertangan kosong
Kalau tangan dibawah, tak terangkat lidah
Kalau tangan di bawah, tak terangkat muka
Kalau tangan di bawah, tak dapat mengangkat muka
Kalau tangan di bawah, tergigit lidah
Tergerak hati melangkah,
Terbuka akal berjalan (berlayar)
Tertumbuk akal bawa berjalan
Tertumbuk faham bawa diam
jangankan melenggang, tangan pun tak tergarit
Jangankan lepas makan, membeli garam pun tak cukup
Jangankan lepas tekap, makan pun merakap
Sudah beranak pinak, bergayut juga ke susu mak
Sudah tua bangka, bergantung juga ke orang tua
Kalau nasib tidak beruntung:
Anak lah besar masih bergantung
Pergi mencari kaki melotong
Ke tengah ke tepi tak masuk hitung
Hendak bercakap lidah terpotong
Diam di rumah perut gembung
Pergi ke ladang disengat pemutung
Padi dijemur dimakan burung
Makan minum dalam tempurung
(berpinggan daun bermangkuk tempurung)
orang lepas awak terkurung
Kalau nasib dirundung malang:
Anak tidak menjadi orang
Padi ditanam tumbuh lalang
Ayam ditambat disambar elang
Untung dicari bala yang dating
Ikan dipanggang menjadi arang
Penat mencari tak lepas hutang
(hutang melilit keliling pinggang)
cobaan datang tidak berkelang
ke tepi tercampak ke tengah terbuang
siang megeluh malam mengerang
karena akal belum menyorong
kaki terlajak mulut terlangsung
karena dibuai mulut manis,
periuk pecah sumpit pun kempis
Karena percaya kabar burung:
Mata lepas badan terkurung
Hati terbakar langkah terdorong
(hati panas cakap terlangsung)
tua tak berakal, mati menyesal
sebelum habis beban, jangan melenggang
yang senang yang panjang lenggangnya
Menutup lubang lama saja sudah tercungap-cungap
Menutup lubang lama saja, sudah sesak ngap
Selagi hidup tercungap-cungap, tak kan dapat menetap
Bagaimana badan tak teruk, siang malam tak dapat mengap
Bagaimana uban tak memutih, siang malam pikiran letih
Bagaimana tidak beruban, siang malam tak dapat meluruskan badan
Jangankan berganti kain baju, dapur pun tak berasap
Jangankan mengganti rumah, baju di badan tak terganti
Jangankan mencari kaya, makan saja tak lepas
Jangankan kaya, makan pun mengap
Jangankan berlebih, makan pun tercungap-cungap
Jangankan bertambah, yang ada pun punah
Jagankan berlebih, makan pun dengan lada garam
Sebelum bercakap, tenangkan ngap
Sudah lapang ngap, baru bercakap
Sebelum dapat mencungap, eloklah senyap
Sebelum dapat mencungap, jangan senyap
Sebelum dapat mencungap, pantang menyenyap
Sebelum mencungap, bawa mengidap
Sebelum mencungap, tahan mengidap
Sempit tak dapat meluluskan ngap
Kalau hidup tercungap-cungap, tak kan dapat melepaskan ngap
Baru saja hendak mengap, lubang menganga pula
Bagaimana hendak mencungap, hutang selilit pinggang
Supaya tetap tegak, kaki diperbanyak
Supaya tidak condong, perbanyak sokong
Supaya kuat, perbanyak tongkat
Supaya menahan, perkuat iman
Penat berjalan lepas makan,
Letih bertanya lepas tanya
Lepas makan untuk badan
Lepas tanya untuk nyawa
Tak lepas tanya, tak kan menjadi kepala
Belum lepas malu, sudah menghulu-hulu
Belum lepas malu, lah hendak berumah
Menjelang akal tumbuh, cari tempat berteduh
Menjelang akal menyorong, tunggu kampong
Menjelang darah mengulang bawa bertenang
Sudah mengulang darah ke muka, baru melangkah
Sudah mengulang nafas di dada, baru bersuara
Hati memayang, pikiran pusang
Hati memayang, kepala goyang
Hati memayang, perut mual
Hati memyang, selera hilang
Jangan biarkan kaki naik ke kepala
Kalau diturut hati yang nekat, banyaklah jari akan melekat
Kalau mau sentosa, kaki jangan dijadikan kepala
Kalau mau tenang, kepala jangan tergoyang-goyang
Kalau kepala mau tegak, kaki jangan dianjak
Supaya kepala tetap, kaki diperkuat
Supaya tetap berdiri, pelihara kaki
Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya lari ke rimba
Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya meminum tuba
Malu hati aib muka
Rusak nama hilang umpama
Bercerai berai terbuang anak
Orang tua bercerai anak berkecai-mecai
Laki bini cerai berai, rumah tangga kecai mecai
Pecah periuk nasi berkecai rumah tangga
Hati berat, langkah terdedat
Hati gelorat, kerja terdedat
Hati larat, pikiran sesat, akal tersumbat
Hati larat, pikiran tumpat
Hati memayang, badan bayang
Kalau diturutkan hati gelorat, alamat badan ditimpa mudarat
Kalau diturutkan hati gelorat, pikiran hilang akal pun larat
Kalau diturutkan hati gelorat, maulah karam di atas darat
Kalau diturutkan hati gelorat, mau rasanya menmpuh jerat
Kalau diturutkan hati gelorat, semakin lama semakin larat
Kalau diturutkan hati gelorat, lupalah laut tak ingat darat
Kalau diturutkan hati gelorat, maulah hidup melarat-larat
Kalau diturutkan hati gelabah, mau rasaya meninggalkan rumah
Kalau diturutkan hati yang luka, matilah badan menanggung duka
Kalau diturutkan hati yang remuk, mau rasanya mati beramuk
Kalu diturutkan hati yang gundah, mati sia-sia hidup tak berfaedah
Kalau diturutkan hati yang pedih, mau rasanya bercerai kasih (berhabis kasih)
Kalau diturutkan hati merajuk, matilah badan disepepak teluk
Kalau diturutkan hati yang risau, matilah badan disepepak rantau
Kalau diturutkan hati yang patah, lupalah kampong tak ingat rumah
Kalau diturutkan hati yang pilu, matilah badan menanggung rindu
Kalau diturutkan hati yang pilu, badan melarat hidup tak tentu
Kalau diturutkan hati yang kalut, hanyutlah badan di tengah laut
Kalau diturutkan hati yang rawan, binasa lah badan di dalam hutan
Kalau diturutkan hati yang tumpat, matilah badan di dalam sesat
Kalau diturutkan hati yang pusang, matilah badan di rantau orang
Kalau diturutkan hati georat, matilah badan dalam melarat
Walau hati bengkak, di muka jangan nampak
Walau hati menggelegak, di muka jangan beriak
Telinga merah, hati menggelegak
Telinga berdesing, hati merensing
Telinga merah, mata menyala, hati membara, muka menyinga
Kalau hati sudah membara, hilanglah akal lenyap kira-kira
Karena geran muka merah padam
Karena dendam sempitlah alam
Karena dendam muka pun lebam
Kalau diturutkan hati menyala, hilanglah akal budi bicara
Kalau diturutkan hati yang bengkak,
Matilah badan di dalam semak
Kalau akal tidak dipakai,
Cakap tak betul laku merempai
Kalau akal bengkok, lambat laun kena pekuk
Kalau hati busuk, lambat laun dimakan kutuk
Kalau lidah bercabang, lambat laun masuk pelubang
Kalau hati bercabang, badan teruk celaka pun datang
Kalau hati berbelah bagi, niat tak sampai kerja tak menjadi
Kalau pikiran bercabang-cabang
Tak satu pun dapat dipegang
Kalau pikiran kusut masai, banyaklah kerja yang tak selesai
Kalau pikiran kalang kabut, hati serasa dipukul rebut
Kalau pikiran kacau balau, mata memandang bergelau-gelau
Kalau pikiran tidak menentu, salah-salah menjadi hantu
Hati jangan diturutkan sangat
Selera jangan diikutkan amat
Anak durhaka tempatnya neraka
Puntung neraka anak durhaka
Kalau tak ingat dosa, pendeklah kira-kira
Kalau tak ingat dosa, sudah lama binasa
Kalau tak ingat hidupkan mati,
Rusak perangai buruklah pekerti
Kalau tak ingat hidupkan mati
Halal haram tidak perduli
Kalau tak ingat hidup berTuhan
Tua muda menjadi setan
Kalau tak ingat hidup berTuhan
Halal haram kena pemakan
Kalau tak ada iman di dada
Halal haram disamakan saja
Kalau tak ada akal sehat,
Ke mana pergi hidup melarat
Kalau akal tidak betul
Kemana pergi kena pukul (kutuk)
Kalau minum sudah mencandu,
Hilang lah rasa aib dan malu
Kalau minum mendarah daging,
Lebih hina daripada anjing
Kalau sudah jadi peminum,
Kalau sudah jadi peminum,
Setan dan iblis akan tersenyum
Setan dan iblis akan tersenyum
Kalau hidup jadi pencandu, pintu neraka sudah menunggu
Kalau sudah jadi pemadat,
Di dunia hina di akhirat melarat
Kalau orang tak mengenal budi,
Daripada hidup eloklah mati
Kalau orang tak mengenal tobat,
Binasalah badan dunia akhirat
Kalau orang tak mengenang jasa,
Alamat mati beroleh siksa
Kalau memperbudak ibu dan bapa
Di dunia terkutuk di akhirat tercampak
Kalau durhaka ke orang tua
Di dunia nista di akhirat neraka
Karena durhaka, menganga pintu neraka
Karena anak, pikiran kemak, hati rusak
Karena anak, banyaklah aib yang menimpa,
Banyaklah malu yang dirasa
Karena anak, terbuka pintu neraka
Karena anak, nafas sesak tidur tak nyenyak
Ke mana-mana hati masak
Melawan orang gila, awak yang gila
Melawan orang mabuk, awak yang mabuk
Kalau iblis sudah merasuk
Pertama gila kedua mabuk
Kalau iblis sudah bertanah,
Ke mana pergi tak kan semenggah
Kalau iblis sudah bersarang, ke mana pergi di caci orang
Kalau setan sudah merasuk,
hilang yang baik timbul yang buruk
kalau setan sudah di badan, timbul gila hilang siuman
Kalau hati dirasuk setan, pikiran buruk mata menyetan
Banyak duit jadi penyakit,
Tak berduit tak dapat menguit
Kebanyakan duit, mabuk ke duit
Tak berduit mabuk penyakit
Kebanyakan makan binasa badan
Kebanyakan tidur tak berasap dapur
Kebanyakan main anak bini tak berkain
Kebanyakan berjalan, lupa kampung halaman
Kebanyakan duduk, tikar lapuk
Kebanyakan merayap, dapur tak berasap
Laki jangan dipelesi
Bini jangan diperbudak
Bini jangan diperbini
Awak jangan dipertangisi
Karena anak banyaklah manusia menjadi rusak
Karena dapur tak berasap, apa ada menjadi asap
Kalau mata sudah berasap, banyak mengucap
Kalau dapur berasap, bekerja pun sedap
Kalau dapur berasap, berjalan sedap
Kalau dapur berasap hati pun sedap
Selagi ada nyawa, tak kan terjual pusaka
Selagi dapat mengais, takkan berulat dapur
Selagi dapat mengekas, takkan berjual baju di badan
Selagi dapat menggagau, tak kan terjual periuk belanga
Selagi dapat menguit, tak kan kebulur
Selagi dapat mengap, tak kan mati kebulur
Selagi dapat ngap, pantang menyeyap
Selagi ada akal, tak kan putus bekal
Kalau tak tahu bercakap, mendengar
Kalau mau disangkil-sangkilkan
Waktu jangan ditunggu-tunggu
Elok mulut diam, elok kaki tangan tak berdiam
Mulut disuruh diam, tangan suruh bekerja
Kalau tak lasak menggagau, periuk berlangau
Kalau tak kuat menggagau, anak bini berlangau
Kalau tak ingat asal, sudah lama terjual
Kalau tak ingat kampong, entahlah
Kalau tak ingat dapur tak berasap, sudah lama lesap
Cerdik jangan digudak gadik
Pandai jangan dibagai-bagai
Belanga masak, periuk terjerang
Kalau tangan berisi, tak susah mencari
Mencari bertangan kosong
Kalau tangan dibawah, tak terangkat lidah
Kalau tangan di bawah, tak terangkat muka
Kalau tangan di bawah, tak dapat mengangkat muka
Kalau tangan di bawah, tergigit lidah
Tergerak hati melangkah,
Terbuka akal berjalan (berlayar)
Tertumbuk akal bawa berjalan
Tertumbuk faham bawa diam