Title
Anak ayam berkawna balam
Mata bengkak ingus meleleh
Awak hitam berjalan malam
Manakan nampak hamba memilih
Mata bengkak ingus meleleh
Awak hitam berjalan malam
Manakan nampak hamba memilih
Subject
Pantun
Creator
Tenas Effendy
Source
Pantun Kelakar - Diangkat Dari Khazanah Pantun Melayu
Identifier
5791
Text
Berebut beruk dari ke padang
Lari dikejar si ular sawah
Takut menengok bini meradang
Kaki gemetar celanapun basah
Berebut beruk merendam labu
Kancil marah buntal bersorak
Terkentut datuk dalam kelambu
Katil patah bantal berserak
Api siapa di kapal itu
Sejak senja tiada beralih
Laki siapa yang gatal itu
Nampak betina ludah meleleh
Api siapa di pondok itu
Apinya janda tengah menugal
Laki siapa yang bungkuk itu
Sudah tua gila menggatal
Anak ayam berkawna balam
Mata bengkak ingus meleleh
Awak hitam berjalan malam
Manakan nampak hamba memilih
Alangkah masam si buah duku
Masak belum sudah dipetik
Alangkah geram rasa hatiku
Hendak mencium hidungku pesek
Alangkah hitam kuali dijerang
Periuk berdebu tikar berdebu
Alangkah geram rasa hati abang
Menengok susumu sebesar labu
Bagaimana kaki tidakkan hitam
Memijak debu di luar sana
Bagaimana hati tidakkan geram
Nampak susumu sebesar kelapa
Bagaimana hari tidakkan kelam
Hujan turun sehari suntuk
Bagaimana kami tidakkan geram
Puan berjalan pinggul meliuk
Bagaimana kuda tidak gemetar
Ditumbuk kera di dalam gelap
Bagaimana dada tidak berdebar
Duduk berdua tangan merayap
Bagaimana unta tidakkan pening
Masuk ke paya kena perangkap
Bagaimana mata tidakkan juling
Duduk berdua kain tersingkap
Bagaimana main hendak selesai
Beruk menari makin menggila
Bagaimana kain tidak terburai
Menengok laki bermain muda
Bagaimana kera tidak termenung
Pisang diperam dimakan kuda
Bagaimana mata tidakkan cekung
Siang malam mengintai janda
Berlari-lari kuda di pantai
Mendengar babi berdendang sayang
Berkali-kali celana terburai
Dikejar bini berparang panjang
Apalah tanda buah bengkal
Bentuknya bulat bewarna kuning
Apalah tanda orang tua gatal
Menengok betina matanya juling
Apalah tanda buah bengkal
Pucuknya jingga batangnya rindang
Apalah tanda orang tua gatal
Menengok betina hidungnya kembang
Apalah tanda buah kepayang
Bila dimakan rasa tercekik
Apalah tanda orang tua miang
Bersua betina mata mendelik
Apalah tanda buah kepayang
Siapa merasa lidahnya pedih
Apalah tanda orang tua miang
Bersua betina ludah meleleh
Anak kera masuk ke negeri
Ramailah budak jadi menangis
Awak dah tua tak tahu diri
Memakai bedak berlapis-lapis
Anak kera masuk ke negeri
Duduk di tangga rumah dubalang
Awak dah tua tak tahu diri
Menengok betina mabuk kepayang
Anak kera masuk ke negeri
Duduk menangis sakit kepala
Awak dah tua tak tahu diri
Menengok gadis bangkit selera
Anak kera masuk ke kebun
Nampak manggis tertawa-tawa
Awak dah tua matapun rabun
Nampak gadis tergila-gila
Apa sebab parangnya patah
Karena tertakik urat kayu
Apa sebab abang menikah
Karena adik kuat mencumbu
Apa sebab orang berburu
Karena itik dimakan musang
Apa sebab abang cemburu
Karena adik berkain jarang
Apa sebab orang menjala
Karena asik mencari makan
Apa sebab abang menggila
Karena adik mandi berkemban
Apa sebab pinangnya bungkuk
Karena patah ditimpa nyiur
Apa sebabnya abang merajuk
Karena di rumah adik mendengkur
Api-api namanya kayu
Tumbuh rapat di tepi pantai
Hati-hati jika merayu
Salah alamat mati ku bantai
Api siapa di ladang itu
Api orang memeram labu
Laki siapa yang miang itu
Pagi petang dalam kelambu
Lari dikejar si ular sawah
Takut menengok bini meradang
Kaki gemetar celanapun basah
Berebut beruk merendam labu
Kancil marah buntal bersorak
Terkentut datuk dalam kelambu
Katil patah bantal berserak
Api siapa di kapal itu
Sejak senja tiada beralih
Laki siapa yang gatal itu
Nampak betina ludah meleleh
Api siapa di pondok itu
Apinya janda tengah menugal
Laki siapa yang bungkuk itu
Sudah tua gila menggatal
Anak ayam berkawna balam
Mata bengkak ingus meleleh
Awak hitam berjalan malam
Manakan nampak hamba memilih
Alangkah masam si buah duku
Masak belum sudah dipetik
Alangkah geram rasa hatiku
Hendak mencium hidungku pesek
Alangkah hitam kuali dijerang
Periuk berdebu tikar berdebu
Alangkah geram rasa hati abang
Menengok susumu sebesar labu
Bagaimana kaki tidakkan hitam
Memijak debu di luar sana
Bagaimana hati tidakkan geram
Nampak susumu sebesar kelapa
Bagaimana hari tidakkan kelam
Hujan turun sehari suntuk
Bagaimana kami tidakkan geram
Puan berjalan pinggul meliuk
Bagaimana kuda tidak gemetar
Ditumbuk kera di dalam gelap
Bagaimana dada tidak berdebar
Duduk berdua tangan merayap
Bagaimana unta tidakkan pening
Masuk ke paya kena perangkap
Bagaimana mata tidakkan juling
Duduk berdua kain tersingkap
Bagaimana main hendak selesai
Beruk menari makin menggila
Bagaimana kain tidak terburai
Menengok laki bermain muda
Bagaimana kera tidak termenung
Pisang diperam dimakan kuda
Bagaimana mata tidakkan cekung
Siang malam mengintai janda
Berlari-lari kuda di pantai
Mendengar babi berdendang sayang
Berkali-kali celana terburai
Dikejar bini berparang panjang
Apalah tanda buah bengkal
Bentuknya bulat bewarna kuning
Apalah tanda orang tua gatal
Menengok betina matanya juling
Apalah tanda buah bengkal
Pucuknya jingga batangnya rindang
Apalah tanda orang tua gatal
Menengok betina hidungnya kembang
Apalah tanda buah kepayang
Bila dimakan rasa tercekik
Apalah tanda orang tua miang
Bersua betina mata mendelik
Apalah tanda buah kepayang
Siapa merasa lidahnya pedih
Apalah tanda orang tua miang
Bersua betina ludah meleleh
Anak kera masuk ke negeri
Ramailah budak jadi menangis
Awak dah tua tak tahu diri
Memakai bedak berlapis-lapis
Anak kera masuk ke negeri
Duduk di tangga rumah dubalang
Awak dah tua tak tahu diri
Menengok betina mabuk kepayang
Anak kera masuk ke negeri
Duduk menangis sakit kepala
Awak dah tua tak tahu diri
Menengok gadis bangkit selera
Anak kera masuk ke kebun
Nampak manggis tertawa-tawa
Awak dah tua matapun rabun
Nampak gadis tergila-gila
Apa sebab parangnya patah
Karena tertakik urat kayu
Apa sebab abang menikah
Karena adik kuat mencumbu
Apa sebab orang berburu
Karena itik dimakan musang
Apa sebab abang cemburu
Karena adik berkain jarang
Apa sebab orang menjala
Karena asik mencari makan
Apa sebab abang menggila
Karena adik mandi berkemban
Apa sebab pinangnya bungkuk
Karena patah ditimpa nyiur
Apa sebabnya abang merajuk
Karena di rumah adik mendengkur
Api-api namanya kayu
Tumbuh rapat di tepi pantai
Hati-hati jika merayu
Salah alamat mati ku bantai
Api siapa di ladang itu
Api orang memeram labu
Laki siapa yang miang itu
Pagi petang dalam kelambu