Anak mengayak hutang (menghayak), orang tua di diayak orang

Title

Anak mengayak hutang (menghayak), orang tua di diayak orang

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (VIII)

Identifier

34119

Text

Karena tingkah, mati langkah

Karena kebelan, rumah bercendawan

Karena cakap, langau pun tak hinggap

Karena laku, cakap tak laku

Karena perbuatan, makan belantan

Sekali makan tangan, dua kali di makan tangan

Amal sejati, tak mengenal untung rugi

Kalau tangan tak berisi, kemana pergi kena pelesi

Kalau gigi lah tanggal, sahabat pun tak mengenal

Kalau perut kosong, tak tentu concong

Kalau tangan tak berisi, rumah orang tak terdaki

Nafas tinggal sengap, hari sudah gelap

Malu tandang, tak kan termasuk gelanggang orang

Di rumah keletah, di luar hilang lidah

Tak ada orang temberang, ada orang nampak belang

Orang lewat, ekor bercawat

Karena malu, tak terpandang orang lalu

Ketika bergigi, panjang kaki

Ketika saku berisi (kocek), apa dicakap apa menjadi

Selagi lidah asin, banyak yang menjamin

Selagi berbuah, banyak yang singgah

Selagi lebat, banyak yang dekat

Selagi jangat tegang, banyak yang memandang

Selagi berkuku, cakap berlaku

Selagi di atas, bercakap lepas

Selagi dapat melangkah, makan tak susah

Selagi tangan berisi, tak ada yang benci

Selagi perut kenyang, tak ada yang bimbang

Kalaulah lumpuh, ditolak budak pun jatuh

Kalau lah tumbang, sebelah mata pun tak dipandang orang

Kalaulah campak, kepala pun dipijak budak

Kalau lah sakit, makan pun menjerit

Kalau susah, satu sen pun berharga

Kalau melarat, banyaklah jerat

Kalau susah, banyaklah tomah

Kalau sakit, banyaklah yang mengungkit

Kalau lumpuh banyak yang menggaduh

Penyengat bersarang dalam kelambu

Jangan biarkan penyengat bersarang diruah

Selagi bersengat, banyak yang dekat

Selagi ada, banyak menyapa

Tegak bersanding bahu, hati bersanding sembilu

Mulut tersenyum, hati mengaum

Mulut terbakah, hati berdarah

Mulut bersemanis, hati menangis

Mulut bercakap, hati meratap

Mulut berbual, hati dugal

Mulut bersabar, hati terbakar

Muka bertenang, hati terpanggang

Biar mulut pahit, asal hati tak berpenyakit

Lepas di mulut, panjang buntutnya

Lepas dari mulut, banyak yang memungut

Kalau sudah terjerat, banyak yang akan mengikat

Kalaulah jatuh, banyak yang menggocoh

Kalaulah semput, tak ada lagi kerja yang patut

Kalau sudah masuk kuali, siapa lagi kan membeli

Tidur selapik, runding adik-beradik

Tidur sebantal, runding sepukal

Tidur sekelambu, runding selalu

Makan sepinggan, runding setagan

Makan seperiuk, runding seduduk

Makan bertindih lutut, runding bersecarut

Muka bersehadapan, hati bersebengkengan

Muka bersepandang, hati bercabang

Duduk bertindih lutut, hati bersecarut

Satu periuk, lain duduk (mangkuk)

Satu talam lain gulainya

Satu mangkuk lain isinya

Satu periuk berlain nasinya

Sama bertanak, berlainmasak

Makan sama sepiring, runding masing-masing

Makan sama setalam, runding beragam-ragam

Pakaian sesalin, runding berlain-lain

Tidur selapik, runding berbalik-balik

Cinta dunia, banyakkan daya

Cinta akhirat, banyakkan daya

Cinta negeri, banyakkan budi

Cinta kampung, jauhkan menung

Cinta bangsa, banyakkan jasa

Cinta sahabat, banyakkan minat

Diam serumah, periuk berbeda

Diam serumah, seperiuk sebelanga

Satu rumah, lain periuk

Satu atap, lain diidap

Satu kampung lain peruntungan

Satu banjar lain pengajaran

Suram hidup karena tak cukup

Suram dunia karena aniaya

Suram alam karena dendam

Gelap rumah karena bersemarah

Gelap kampung tak berpayung

Gelap banjar tak bertunjuk ajar

Gelap dunia karena harta

Gelap bangsa tak bertua

Hidup cukup seadanya

Galak harta, gelap mata

Galak pangkat, hilang makrifat

Sarang gaduh pada petaruh

Berseri rumah karena tamah

Berseri kampung karena seuntung

Berseri banjar karena seajar

Berseri negeri karena budi

Berseri bangsa karena bahasa

Berseri kau karena seminum

Berseri hidup karena cukup

Suram rumah karena pongah

Suram kampung karena bertebung

Suram banjar karena bertengkar

Suram negeri karena beriri

Suram bangsa karena tak serasa

Suka mengambil muka, tanda hidup kan celaka

Suka angkat lampah, tanda hidup kan kena sumpah

Suka angkat telor, tanda hidup kan hancur

Suka membuat cakap, tanda hidup kan mengidap

Terlalu suka memuji-muji, tanda hidup kan terkeji

Sarang duka ada tertawa

Sarang fitnah pada keletah

Sarang seteru pada nafsu

Sarang sengsara pada selera

Sarang malang pada bersenang

Sarang penyakit pada pelit

Sarang sengketa pada harta

Sarang celaka pada berleka

Sarang iri dengki pada hati

Yang kuat tak makan hasat

Yang terpuji tak makan keji

Makan bersulang, kerja lalu lalang

Makan tak memilih, kerja banyak dalih

Makan tak beragak, kerja membengak

Makan bertalam, bekerja diam

Makan banyak, bekerja letak

Makan kuat, kerja mengurat

Lagak macam raja, hidup pada orang tua (di ketiak)

Makan angkat, tanda hidup kan tersekat

Kalau makan puji, alamat kan terkeji

Kalau makan sanjung, alamat kan tersandung

Kalau makan suap, alamat kan tertiarap

Kalau makan hasung, alamat kan lancung

Kalau makan gosok, alamat kan pesuk

Kalau makan cakap, alamat kan terperangkap

Kalau makan hasat, alamat kan sesat

Kalau makan fitnah, alamat kan punah

Yang baik tak makan usik

Yang elok tak makan gosok

Yang amanah tak makan fitnah

Pantangan orang

Pekarang orang

Termakan pekarang orang

Kena pekarang orang

Sakit dibuat orang

Suka temberang, kena pekarang orang

Di kampung orang, ingat pekarang orang

Kalau termakan pekarang orang, tak sempat menunggu nasi terjerang

Banyak orang, banyak pekarangnya

Jangan mencari pekarang orang

Terlanggar pantang, kena pekarang

Badan melidi, cakap menjadi-jadi

Hutang pantang

Menebus pantang

Tak berpantang

Termakan pantang

Pantangan nenek moyang

Besar kepantangan

Memijak pantang

Berebut pantang

Memikul pantang

Membuang pantang

Di kurung pantang

Di mana tumpah darah, di sana budi di curah

Di mana menumpang hidup, di sana budi di tiup

Di mana dahan digantung (bergantung), di sana budi di junjung

Ada pantang, ada hutangnya

Besar pantang, besar hutangnya

Lepas pantang

Dalam pantang

Terlanggar pantang

Karena budi sedikit, banyak hilang penyakit

Di mana bernak cucu, di sana budi dipangku

Di mana berumah tangga, di sana budi di jaga

Di mana rumah ditingkat, di sana budi diikat

Di mana sampan bertambat, di sana budi diikat

Di mana perahu berlabuh, di sana budi dikayuh

Di sana membentang kelambu, di sana budi djamu

Di mana darah titik, di sana budi di petik

Di mana kail dikipas, di sana budi di lepas

Di mana periuk dijerang, di sana budi dipasang

Di mana mencari makan, di sana budi disimpan

Di mana hidup menumpang, di sana budi di pancang

Di mana menetap, di sana budi diharap

Di mana tinggal, di sana budi dipukal

Di mana diam, di sana budi ditanam

Di mana sesap penjeramian, di sana kampung halaman

Kalau lepas ke rimba, banyakkan jaga

Di mana antah dikisik, di sana darah menitik

Di mana singgah, di sana memunggah

Di mana tanah dipijak, di sana rumah dicacak

Di mana langit dijunjung, di sana terkembang payung

Di mana api makan, di sana puntungnya (arang, abu)

Di mana janji diikat, di sana budi dibuat

Di mana air disauk, di sana budi dipangguk