Title
Adat larangnya sudah bertimbang
Subject
Ungkapan
Creator
Tenas Effendy
Source
Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (III)
Identifier
23770
Text
kalau seloroh ada batasnya
kalau gurau ada hingganya
Banyak pantang yang dilanggar
banyak hutang yang timbul
Kalau berjalan sampai-sampai
kalau bercakap tamat-tamat
Kalau menebas lati-lati
kalau menebang rata-rata
Terlanjur jalan awak berbalik
terlanjur cakap tak terjilat
terlanjur aib dipermalukan
Siapa meminjam, siapa memulangkan
siapa menjemput, siapa mengantar
Yang dicubit yang merasa sakit
yang terkena yang merasa
Kalau aib belakan
kalau malu tebuskan
Yang keris tak bermata
yang jatuh tak memilih
yang rezki tak berpintu
yang nasib tak bersuasa
Tuah tak kan menjemput susah
Marwah tak menjemput hina
Hilang marwah
hilang muka
Habis marwah
celaka bangsa
Bukit ada penunggunya
teluk (lurah) ada puakanya
Pantang jantan diharga orang
Tak laku dondang di air
di darat dikayuh juga
Di tagak berani orang
Orang menjual
kita membeli
Nan berdawat diujung kuku
nan berkitab di tapak tangan
Ilmu putus
pengajian tamat
tuah selilit pinggang
mujur selilit kepala
Kecil belum bernama
besar tak ada gelar
Entah ada hutang yang tiba
entah ada geruh yang datang
entah malu nan menimpa
entah aib nan melendan
Jangan dikilik disurukkan
bagai menyuruk dibalik daun lalang
Lama tua lama hidup
banyak jalan ditempuh
banyak bakal disusur
banayk negeri dilanggar
banyak laut diarung
karena tua lambat mati
karena sakit lambat betah
Sakit ditanggung
pedih diidap
Kalau pulang, nama ibu
kalau balik, nama ayah
Kalau terlungkup berisi tanah
kalau terlentang berisi air
Jangan gerah (gerak) menikam tunggul
jangan lelah mengejar gunung
Tak lari gunung dikejar
teduh ombak tenanglah laut
teduh badai teranglah kabut
penat orang ke ladang awak
awak pula ke ladang orang
Pedang tak mau bertambuh daging
Mengkiang sudah terbelah
ke mana tikus hendak lari
Luntuk bagai padi abuan
bagai semantung kena ribut
bagai kata tengah benawa
Di mana daging terkuak
di mana darah melereng
di mana tulang berencong
di mana baju nan koyak
Sogo hangat tunam bak lekar
Diri tak dapat disekatkan
Tak ada jangat
reraslah tulang
Awak memeliahra sakit sambitnya
sudah elok orang yang boleh
yang pahitnya tinggal di awak
Kain dua,
baju dua
gelang dua pengguang
Adat larangnya sudah bertimbang
Karena lama, lupa
karena banyak, ragu
Selaut kapal tenggelam,
sedarat negeri kalah
Apa membunuh tampang ubi
jatuh ke tanah ia tumbuh
campak ke tunggul ia mengelambu
karena untung tiba di diri
ke mana lagi hendak mengelak
Menanti tumbuh kacang direndang
menanti lapuk lantai besi
Yang setolok nan sebanding
mau tidak
segan iein
Besi baik diasamkan
bak (bagai) merbah terbang dua
seukur setuangan
sepadan bagai ayam
Dipungkang dengan pengkelang
dilaliting dengan jari lima
kasih pada orang
orang juga nan memupusnya
Bagai jangat ditampalkan
bagai muka dipinjamkan
Bertongkat buluh seruas
Tuah ayam, tampak
tuah manusia, siapa tahu
Sehabis elang melauti
sehabis kijang mendaki
Daun hijau tampuk bergetah
Berpijak di dahan lapuk
bergantung di akar mati
Cakap tak sesuai dengan badan
Sementara pelak ganti asah
sementara tukang belum tiba
Epok pulang
uncang pulang
Terbujur sama terbujur
terlintang sama melintang
Matahari sudah menurun
tak sakit lagi mati
tak berjalan jauh juga
Sehari tidak lilap
semalam tidak lupa
Pertama berantar terima
kedua berasap bedil
ketiga bergogo tulang
keempat dek jangan liat
lima dek tulang ketai
Menumbuk sama berpadi
sama naik kepala ladang
sama pepat buntut purun
sama bertumbuk suku berjambak luhak
kasih dapat timbang bertimbang
Tampak hitam tak berbaju
Bagai pisau tajam sebelah
Berat hati
malu muka
Sirihnya kakap tanah
pinangnya gongongan tupai
gambirnya belingkang baru karam
kapurnya mata menjelai
Dengar dengan pendengaran
tengok dengan penengokan
Keris bersilang
rencong bermain
jangan menjadi dendam kesumat
jangan diungkit diarung
jangan disebut dalam diajuk
Sambil menyaruk galah lalu
sambil menyelam minum air
Diteruk dengan lembaga
dicencang dengan undang
Adat bergudik menebus
adat berbini mengantar
Tak berberas antah dikisik
tak berair hujan ditampung
tak beremas bungkal diasah
Bertanam dalam
bertambah tinggi
Berlurut cincin di jari
berlekang gelang di tangan
Pergi bertabur urai
balik bertabur emas
Pasang menyenak dari hilir
kapar bertendan dari hulu
Pergi sudah selepas
tinggal sudah seletak
Silap selangkah bekas kena
Mematikan bicara (orang)
membunuh bicara (awak)
Pucuk bulat
urat tunggang
turut lenggangnya
ikut jalannya
Nan jauh beransur jalan
nan dekat beransur tiba
Setiap teluk labuhan dondang
labuhan raja yang tidak
Makan harga kepala
Jangan dijual
jangan dibidai
Petang tiba petang menangkap
pagi tiba pagi menangkap
Kalau tertangguk, tumpahkan
kalau terbalun, kiraikan
Tumbuh aib dan malu pantang
Kesal tak dapat membalas
marah nan tak terlepaskan
Jalan lurus diperbelit
jalan berbelit diluruskan
mana tertanjung diruntuhkan
Mana teluk disinggahi
mana tertinggal dijemputi
Kepala membilang anak tangga
Bagai menepuk kodi kain
Bagai memangku mayang muda
Orang hidup berbantal lengan
awak hidup berbantal tanah
Dapat kasih timbang bertimbang
Bertimbang bedung di badan,
bertukar kain pengambin
Dia yang memepat meruncingkan
Menunggu sepanjang buat,
memegang sepanjang janji
Bagai tanduk bersendi gading
bagai pinang pulang ke tampuk
bagai sirih pulang ke gagang
sepadan duduk dengan tegaknya
Bak ampas tebu
habis manis sepah dibuang
Yang salah ditimbang
yang tergaul disembah
Duduk di dalam berpetuah
Mengkiang sudah ditutup
di mana tikus hendak lalu
Batu bulat tidak bersanding
barang dimana akan digirik?
Bermain gogo tulang
teras hendak membangun
kubal hendak melayang
Upah tambat
jejak timbang bertimbang
Asal asli benteng aduan
Ruh berkundang naik
semangat mengujung kuku
Hendak jelas jantan betinanya
hendak jelas hitam putihnya
hendak tentu emas loyangnya
Kalau gajah tahu gadingnya
kalau harimau tahu belangnya
kalau ular terasa bisanya
menegakkan benang basah
Hukum gajah masuk beronsong
Mau malu tidak pun langsung
Badan seperti kain buruk
tidak serupa orang lagi
Luka jangan diminta pampas
mati jangan diminta dondang
berpaya air nan turun
berseri air nan naik
Nan terkesat dalam hati
Nan terkalang dalam mata
Karena hati palingan Allah
karena mata palingan setan
meminta pada yang ada
berkaul pada yang keramat
Harta soko bersoko
dari nenek turun ke datuk
dari datuk turun ke ibu
dari ibu turun ke anak
Melentokkan leher
mengampaikan sayap
obat letig berjalan jauh
obat hari dari berjemur
Seloroh datang mendatang
Amanat jangan dilupakan
wakil jangan ditinggalkan
Hendak diambil ada salahnya
tidak diambil ada bedonya
Hendak meminta, malu
hendak membeli tak berduit
hendak mencuri takut salah
hendak menyamun takut mati
Tiba di darah menggelegak
tiba di tulang lemah lunglai
tiba di hati memayang pedih
Tidur di ruang tengah
berbantal ke bendul dapur
Sehari gajah lalu
sehari tanah lembang
sehari enggang lalu
sehari ranting patah
Tiba pagi balik petang
kalau tidur meninggi hari
Tuduh topang merajalela
di mana dinding teretas
di mana tiang terpalang
Terselancit jejak menurun
Menukik jejak mendaki
unut menuntung sampai ke mari
Terunut jejak dengan jejak
terkejar dengan terlelah
tertanda dengan terbiti
terlelo dengan terlupa
Unut dibawa betis
betis bertampang rumput
tapak berkubang lumpur
Tertangkap ada terikat tidak
terlelo ada terupa tidak
tertanda ada terbiti tidak
Menahan sijalo kosok
Cabik seliang tempat lalu
cabik seribu mengurungkan
undangnya dapat dikaji
barisnya dapat dieja
Duduk setikaran
sedaun sekalang hulu
Seribu maklum dunia
hidup dalam siksa
besar dalam penyakit
Kalau menang pembeli sirih
kalau kalah pembuang peluh
Kecil sali
besar sali
Memeperebutkan temiang belah
lukalah tangan kena sembilu
Epok sudah tukang dibunuh
bukan dibunuh dengan senjata
dibunuh dengan emas dua puluh
Sirih lisut pinangnya ketai
kapurnya mentah menyelaian
tembakau cencang bautan
Sudah roboh beremban besi
nampak terlintang tanah badan
Terdiri nisan nan dua
sudah tercium anyir darah
Kalau balik, baliklah nama
kalau pulang, pulanglah gelar
Diayun dendang biduanda
melenggang membalik lengan
Berpadan ayam
Banyak mati perkara mati
jatuh ke tilam mati juga
ditimpa selimut mati juga
tidur lelap mati juga
makan kenyang mati juga
Uncang kecil berbiau mani
tersangkut digulang-gulang
bujang kecil belum berbini
kemana pergi terduang-duang
Ditengok tidak di rumah
dihimbau tidak menyahut
menengadah ke langit
sudah runtuh gunung surga
menunduk ke bumi
sudah patah tongkat semambu
pandang kiri pandang kanan
Raja dijemput dengan destar
penghulu dijemput dengan cincin
orang banyak dengan sirih pinang
Kalau jauh dilayangi surat
kalau pesan pesan pendaman
Mencari elok nan berlebih
mencari dubalang nan terbilang
Menambak galang tujuh tingkat
Pesan terbuang
Orang beraja dihatinya
orang bersutan dimatanya
Yang juara di gelanggang
tak tertempuh helat besar
mati diejek sesama muda
di situ lah malu badan
kalau gurau ada hingganya
Banyak pantang yang dilanggar
banyak hutang yang timbul
Kalau berjalan sampai-sampai
kalau bercakap tamat-tamat
Kalau menebas lati-lati
kalau menebang rata-rata
Terlanjur jalan awak berbalik
terlanjur cakap tak terjilat
terlanjur aib dipermalukan
Siapa meminjam, siapa memulangkan
siapa menjemput, siapa mengantar
Yang dicubit yang merasa sakit
yang terkena yang merasa
Kalau aib belakan
kalau malu tebuskan
Yang keris tak bermata
yang jatuh tak memilih
yang rezki tak berpintu
yang nasib tak bersuasa
Tuah tak kan menjemput susah
Marwah tak menjemput hina
Hilang marwah
hilang muka
Habis marwah
celaka bangsa
Bukit ada penunggunya
teluk (lurah) ada puakanya
Pantang jantan diharga orang
Tak laku dondang di air
di darat dikayuh juga
Di tagak berani orang
Orang menjual
kita membeli
Nan berdawat diujung kuku
nan berkitab di tapak tangan
Ilmu putus
pengajian tamat
tuah selilit pinggang
mujur selilit kepala
Kecil belum bernama
besar tak ada gelar
Entah ada hutang yang tiba
entah ada geruh yang datang
entah malu nan menimpa
entah aib nan melendan
Jangan dikilik disurukkan
bagai menyuruk dibalik daun lalang
Lama tua lama hidup
banyak jalan ditempuh
banyak bakal disusur
banayk negeri dilanggar
banyak laut diarung
karena tua lambat mati
karena sakit lambat betah
Sakit ditanggung
pedih diidap
Kalau pulang, nama ibu
kalau balik, nama ayah
Kalau terlungkup berisi tanah
kalau terlentang berisi air
Jangan gerah (gerak) menikam tunggul
jangan lelah mengejar gunung
Tak lari gunung dikejar
teduh ombak tenanglah laut
teduh badai teranglah kabut
penat orang ke ladang awak
awak pula ke ladang orang
Pedang tak mau bertambuh daging
Mengkiang sudah terbelah
ke mana tikus hendak lari
Luntuk bagai padi abuan
bagai semantung kena ribut
bagai kata tengah benawa
Di mana daging terkuak
di mana darah melereng
di mana tulang berencong
di mana baju nan koyak
Sogo hangat tunam bak lekar
Diri tak dapat disekatkan
Tak ada jangat
reraslah tulang
Awak memeliahra sakit sambitnya
sudah elok orang yang boleh
yang pahitnya tinggal di awak
Kain dua,
baju dua
gelang dua pengguang
Adat larangnya sudah bertimbang
Karena lama, lupa
karena banyak, ragu
Selaut kapal tenggelam,
sedarat negeri kalah
Apa membunuh tampang ubi
jatuh ke tanah ia tumbuh
campak ke tunggul ia mengelambu
karena untung tiba di diri
ke mana lagi hendak mengelak
Menanti tumbuh kacang direndang
menanti lapuk lantai besi
Yang setolok nan sebanding
mau tidak
segan iein
Besi baik diasamkan
bak (bagai) merbah terbang dua
seukur setuangan
sepadan bagai ayam
Dipungkang dengan pengkelang
dilaliting dengan jari lima
kasih pada orang
orang juga nan memupusnya
Bagai jangat ditampalkan
bagai muka dipinjamkan
Bertongkat buluh seruas
Tuah ayam, tampak
tuah manusia, siapa tahu
Sehabis elang melauti
sehabis kijang mendaki
Daun hijau tampuk bergetah
Berpijak di dahan lapuk
bergantung di akar mati
Cakap tak sesuai dengan badan
Sementara pelak ganti asah
sementara tukang belum tiba
Epok pulang
uncang pulang
Terbujur sama terbujur
terlintang sama melintang
Matahari sudah menurun
tak sakit lagi mati
tak berjalan jauh juga
Sehari tidak lilap
semalam tidak lupa
Pertama berantar terima
kedua berasap bedil
ketiga bergogo tulang
keempat dek jangan liat
lima dek tulang ketai
Menumbuk sama berpadi
sama naik kepala ladang
sama pepat buntut purun
sama bertumbuk suku berjambak luhak
kasih dapat timbang bertimbang
Tampak hitam tak berbaju
Bagai pisau tajam sebelah
Berat hati
malu muka
Sirihnya kakap tanah
pinangnya gongongan tupai
gambirnya belingkang baru karam
kapurnya mata menjelai
Dengar dengan pendengaran
tengok dengan penengokan
Keris bersilang
rencong bermain
jangan menjadi dendam kesumat
jangan diungkit diarung
jangan disebut dalam diajuk
Sambil menyaruk galah lalu
sambil menyelam minum air
Diteruk dengan lembaga
dicencang dengan undang
Adat bergudik menebus
adat berbini mengantar
Tak berberas antah dikisik
tak berair hujan ditampung
tak beremas bungkal diasah
Bertanam dalam
bertambah tinggi
Berlurut cincin di jari
berlekang gelang di tangan
Pergi bertabur urai
balik bertabur emas
Pasang menyenak dari hilir
kapar bertendan dari hulu
Pergi sudah selepas
tinggal sudah seletak
Silap selangkah bekas kena
Mematikan bicara (orang)
membunuh bicara (awak)
Pucuk bulat
urat tunggang
turut lenggangnya
ikut jalannya
Nan jauh beransur jalan
nan dekat beransur tiba
Setiap teluk labuhan dondang
labuhan raja yang tidak
Makan harga kepala
Jangan dijual
jangan dibidai
Petang tiba petang menangkap
pagi tiba pagi menangkap
Kalau tertangguk, tumpahkan
kalau terbalun, kiraikan
Tumbuh aib dan malu pantang
Kesal tak dapat membalas
marah nan tak terlepaskan
Jalan lurus diperbelit
jalan berbelit diluruskan
mana tertanjung diruntuhkan
Mana teluk disinggahi
mana tertinggal dijemputi
Kepala membilang anak tangga
Bagai menepuk kodi kain
Bagai memangku mayang muda
Orang hidup berbantal lengan
awak hidup berbantal tanah
Dapat kasih timbang bertimbang
Bertimbang bedung di badan,
bertukar kain pengambin
Dia yang memepat meruncingkan
Menunggu sepanjang buat,
memegang sepanjang janji
Bagai tanduk bersendi gading
bagai pinang pulang ke tampuk
bagai sirih pulang ke gagang
sepadan duduk dengan tegaknya
Bak ampas tebu
habis manis sepah dibuang
Yang salah ditimbang
yang tergaul disembah
Duduk di dalam berpetuah
Mengkiang sudah ditutup
di mana tikus hendak lalu
Batu bulat tidak bersanding
barang dimana akan digirik?
Bermain gogo tulang
teras hendak membangun
kubal hendak melayang
Upah tambat
jejak timbang bertimbang
Asal asli benteng aduan
Ruh berkundang naik
semangat mengujung kuku
Hendak jelas jantan betinanya
hendak jelas hitam putihnya
hendak tentu emas loyangnya
Kalau gajah tahu gadingnya
kalau harimau tahu belangnya
kalau ular terasa bisanya
menegakkan benang basah
Hukum gajah masuk beronsong
Mau malu tidak pun langsung
Badan seperti kain buruk
tidak serupa orang lagi
Luka jangan diminta pampas
mati jangan diminta dondang
berpaya air nan turun
berseri air nan naik
Nan terkesat dalam hati
Nan terkalang dalam mata
Karena hati palingan Allah
karena mata palingan setan
meminta pada yang ada
berkaul pada yang keramat
Harta soko bersoko
dari nenek turun ke datuk
dari datuk turun ke ibu
dari ibu turun ke anak
Melentokkan leher
mengampaikan sayap
obat letig berjalan jauh
obat hari dari berjemur
Seloroh datang mendatang
Amanat jangan dilupakan
wakil jangan ditinggalkan
Hendak diambil ada salahnya
tidak diambil ada bedonya
Hendak meminta, malu
hendak membeli tak berduit
hendak mencuri takut salah
hendak menyamun takut mati
Tiba di darah menggelegak
tiba di tulang lemah lunglai
tiba di hati memayang pedih
Tidur di ruang tengah
berbantal ke bendul dapur
Sehari gajah lalu
sehari tanah lembang
sehari enggang lalu
sehari ranting patah
Tiba pagi balik petang
kalau tidur meninggi hari
Tuduh topang merajalela
di mana dinding teretas
di mana tiang terpalang
Terselancit jejak menurun
Menukik jejak mendaki
unut menuntung sampai ke mari
Terunut jejak dengan jejak
terkejar dengan terlelah
tertanda dengan terbiti
terlelo dengan terlupa
Unut dibawa betis
betis bertampang rumput
tapak berkubang lumpur
Tertangkap ada terikat tidak
terlelo ada terupa tidak
tertanda ada terbiti tidak
Menahan sijalo kosok
Cabik seliang tempat lalu
cabik seribu mengurungkan
undangnya dapat dikaji
barisnya dapat dieja
Duduk setikaran
sedaun sekalang hulu
Seribu maklum dunia
hidup dalam siksa
besar dalam penyakit
Kalau menang pembeli sirih
kalau kalah pembuang peluh
Kecil sali
besar sali
Memeperebutkan temiang belah
lukalah tangan kena sembilu
Epok sudah tukang dibunuh
bukan dibunuh dengan senjata
dibunuh dengan emas dua puluh
Sirih lisut pinangnya ketai
kapurnya mentah menyelaian
tembakau cencang bautan
Sudah roboh beremban besi
nampak terlintang tanah badan
Terdiri nisan nan dua
sudah tercium anyir darah
Kalau balik, baliklah nama
kalau pulang, pulanglah gelar
Diayun dendang biduanda
melenggang membalik lengan
Berpadan ayam
Banyak mati perkara mati
jatuh ke tilam mati juga
ditimpa selimut mati juga
tidur lelap mati juga
makan kenyang mati juga
Uncang kecil berbiau mani
tersangkut digulang-gulang
bujang kecil belum berbini
kemana pergi terduang-duang
Ditengok tidak di rumah
dihimbau tidak menyahut
menengadah ke langit
sudah runtuh gunung surga
menunduk ke bumi
sudah patah tongkat semambu
pandang kiri pandang kanan
Raja dijemput dengan destar
penghulu dijemput dengan cincin
orang banyak dengan sirih pinang
Kalau jauh dilayangi surat
kalau pesan pesan pendaman
Mencari elok nan berlebih
mencari dubalang nan terbilang
Menambak galang tujuh tingkat
Pesan terbuang
Orang beraja dihatinya
orang bersutan dimatanya
Yang juara di gelanggang
tak tertempuh helat besar
mati diejek sesama muda
di situ lah malu badan