Title
Adat tidak membuang bijak,
penghulu tidak membuang tuah
penghulu tidak membuang tuah
Subject
Ungkapan
Creator
Tenas Effendy
Source
Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (III)
Identifier
23559
Text
Sifat malu:
pertama malu memberi malu
kedua malu berbuat malu
ketiga malu diberi malu
keempat malu dibuat malu
kelima malu menjaga malu
keenam malu penghapus malu
ketujuh malu menjemput malu
Segan bersusah,
hidup kan payah
Segan belajar
hidup terlantar
Di mana air larah
di sana orang mengucau
Kalau baji sudah masuk
yang menjumpai bertambah buruk
Kalau baji sudah masuk
simpai juga yang teruk
Takut jatuh, bersungguh
takut susah, berpayah
Takut miskin, berlenjin
takut sengsara, berusaha
takut malu, berilmu
takut hina, bertanya
Pancang dapat dialih-alih
kata pantang dirobah, robah (cakap)
Penyakit jangan ditidurkan,
salah jangan didiamkan
Setia sepanjang masa
taat sepanjang hayat
Tegak marwah karena setia,
tegak daulat karena taat
Berdiri agama karena taqwa
berdiri bangsa karena setia
Orang perajuk mati hanyut
orang penyegan mati meragan
Segan bersakit,
hidup kan sempit
Salah kain, lenjin
salah makan, malan
salah sebut, ribut
salah jalan, kebelan
berbekal dengan akal,
berbaju dengan ilmu
Habis daya,
tinggal doa
Sekali menjadi niat,
dikejar sampai kiamat
Sekali sumpah dibuat,
dijaga sampai kiamat
Sekali janji dipahat,
dinanti sampai ke lahat
Sekali janji diikat,
ditunggu sepanjang hayat
Sekali niat dipasang,
selama hidup menjadi hutang
Sekali amanah tiba,
dunia akhirat wajib dijaga
Sekali amanah datang
dunia akhirat menjadi hutang
Di mana ada celah,
di sana ulat masuk
Di mana ada retak,
di sana baji menunggu
Salah sentak luka tangan,
salah sorong luka hati
Karena karenah hilang tuah
Karena perangai kampung tergadai
Tuah tak dapat dibeli,
marwah tak dapat dijual
Benci tidak mengada-ada
sayang tidak dibuat-buat
Hajat tak membunuh,
niat tak memupus
Hajat sepanjang gogo
niat sepanjang daya
Merajuk rezki karena dengki
merajuk tuah karena fitnah
menggulut air setimba,
berebut dian sebatang
Bergegas selagi pasang
bergulut menjelang surut
Mencari rezki dengan budi,
mencari tuah dengan marwah
Salah duduk, teruk
salah cakap azab
salah buat penat
salah pilih letih
Besar selera besar hutangnya,
besar cakap besar malangnya
Takut sumbing sekuku,
pecah pinggan setalam
Segan bertanak,
nasi tak masak
segan menebas,
kemaklah nafas
Segan berjalan,
kosonglah pinggan
Berani bercakap,
tahan mengidap
Berani meretas,
tahan ditetas
Berlebih runding,
kepala pening
Banyak duduk,
banyak teruknya
Banyak sangkal,
kerja pun gawal
Cakap (bual) melangit,
kerja sepalit-lit
Adat hidup orang sekampung
yang rendah anjung menganjung
yang tinggi junjung menjunjung
Adat hidup orang sebanjar,
yang bodoh sama diajar
yang tidur dengar mendengar
yang kurang antar mengantar
yang lebih tukar menukar
Adat hidup orang bersahabat
kalau ada sama mendapat
kalau habis sama menjilat
Adat hidup dengan tetangga,
kalau tidur jaga menjaga
kalau sakit pelihara memelihara (bela-membela)
Adat hidup berumah tangga
aib malu sama dijaga
anak pinak sama dibela
pahit manis sama dirasa
berat ringan sama dibawa
kaya dengan saudara mara
miskin dengan silang sengketa
Adat hidup orang beradat,
duduk tegak memegang sifat
tunjuk ajar tidak menyesat
pahit manis tidak mengumpat
kalau memberi bercepat-cepat
kalau minta berlambat-lambat
kalau menghukum bertepat-tepat
kalau bercakap tidak menyekat
Adat hidup orang berbudi
tahu menjaga marwah diri
pandai menenggang rasa
pandai membuang rasa dengki
mau bersakit dalam sempit
mau bersusah dalam payah
Adat hidup orang beriman
segala kerja tidak menyeman
amal ibadat jadi idaman
berbuat baik tak pernah segan
Adat hidup orang berakal,
banyak ilmu banyak beramal
hidup di dunia mencari bekal
Tegak merentang langkah,
duduk merentang niat
Tegak membelah langit,
duduk menarah bumi
Berjalan menurut unut,
berlayar menurut alur (berkayuh)
belalang tahu kan ketingnya,
gajah tahu kan gadingnya
Manusia pantang kehinaan,
ikan pantang kekeringan
dubalang pantang kelintasan
tua pantang ke langkahan
Dalam laut tak menghanyutkan,
dangkal laut yang menggalang
Adat berpijak pada yang benar,
hukum bersandar pada yang adil
Adat tidak membuang bijak,
penghulu tidak membuang tuah
Duduk adat karena syarak,
tegak adat karena mufakat
Makan menjunjung berkah
duduk menjunjung tuah
Makan ada berkatnya,
duduk ada adatnya
Lapar jangan didiamkan,
kenyang jangan diturutkan
Adat hidup orang senegeri,
dalam susah beri memberi
dalam sakit bagi membagi
Adat hidup orang serantau
kalau pahit jelau menjelau
kalau senang tinjau meninjau
Seulas sama dirasa
sesuap sama dikecap
Beban sama dipikul
hutang sama dipampas
Tugal sama runcingnya,
parang sama tajamnya
Sealun bak gelombang,
seangguk bak balam
Menyukat sama pepat
menghasta sama panjang
Menggenggam sama cengkamnya,
mengaut sama karutnya
Tergalang sama berkering,
tertumus sama terbaring
Ikan tahu kan lubuknya,
kijang tahu kan bakalnya
Ikan tahu kan sisiknya,
manusia tahu kan budinya
Gajah tahu kan kuatnya,
manusia tahu kan akalnya
harimau tahu kan taringnya
Semut tahu kan kecilnya,
gajah tahu kan besarnya
Laut tahu kan ombaknya
rimba tahu kan semaknya
Rotan tahu kan onaknya,
lalang tahu kan culanya
Yang dahulu tempat berguru,
yang kini tempat berbudi
yang akan datang tempat berhutang
Yang dahulu menjadi guru,
yang kini menjadi budi
yang mendatang menjadi hutang
Yang lama tempat bertanya,
yang baru tempat berguru
Buta pada adat,
binasa pada sifat
Adat hilang, badan terbuang
Adat menjauh, negeripun gaduh
Adat tertimbus, marwah pun pupus
Syah kata syarak, ya kata adat
jauh sulang menyulang,
dekat pandang memandang
yang elok sama dijunjung
yang buruk sama ditampung
Dekat bujuk membujuk,
jauh kenang mengenang
Yang lama menjadi tanda,
yang kini menjadi raja
yang nanti menjadi kerja
Yang sudah menjadi pancang,
yang kini menjadi tiang
yang besok menjadi hutang
Yang lampau tak kan terjangkau,
yang kini tak kan lari
yang besok yang kan ditengok
Yang lalu biarlah dulu
yang sekarang kita dipandang
yang besok kita jenguk
Yang sudah dipersudah
yang kini dijimati
yang besok diperelok
Yang hilang tak usah (jangan) dibilang
yang ada dipelihara
yang akan datang diperterang
Yang lalu menjadi hulu,
yang sekarang yang dipegang
yang kan datang yang ditunang
Yang dahulu pemberi tahu
yang kini menjadi budi
yang akan datang menjadi hutang
Yang dahulu pemberi tahu
yang akan datang pemberi hutang
yang kini pembawa budi
Yang dahulu tempat berguru,
yang kemudian tempat bertahan
Kalau tak mau mendapat celaka,
marwah diri hendaklah jaga
Kalau takut ditimpa malang,
pelihara marwah supaya tak hilang
Kalau takut ditimpa balak,
pelihara marwah supaya tegak
Kalau sayang ke ibu bapa,
marwah mereka hendaklah jaga
Kalau sayang ke kampung halaman,
jagalah marwah jangan menyeman
Kalau sayang ke anak cucu,
jagalah marwah sepanjang waktu
Kalau hendak dihormati orang,
marwah diri jangan dibuang
Kalau hendak dikasihi orang,
marwah dijunjung budi ditimang
Tegak Melayu karena marwah,
tegak marwah karena daulat
tegak daulat karena mufakat
tegak mufakat di tiga raja
pertama raja kuasa
kedua raja ibadat
ketiga raja adat
yang disebut tali berpilin tiga
yang digelar tungkin tiga sejarangan
Bapak bertanam untuk anak
Yang lama (dahulu) dikenang-kenang,
yang kini ditimang-timang
yang besok digamang-gamang (diamang-amang)
Adat berpunca pada mufakat,
Adat berlabuh pada adilnya
Kata syarak kata putus,
kata adat kata bersayap
Kata syarak bersimpul mati,
kata adat bersimpul hidup
Kata adat kata bersukat,
kata syarak kata makrifat
Banyak anak banyak tingkahnya (lakunya)
banyak kebelan yang dibuatnya
banyak perangai yang dibawanya
banyak tingkah yang menerukkan
banyak fiil yang memalukan
banyak buat yang menyakitkan
Kalau hidup sama sebanjar,
utamakan budi dan tunjuk ajar
kalau hidup sama sekampung
marwah dijaga adat dijunjung
Sebab sekali adat tersekat,
segala sengketa akan mendekat
sebab sekali marwah terlapah
segala nista akan menimpa
Kalau tak mau jadi hamba orang,
marwah diri jangan dibuang
Kalau tak mau diperkuli orang,
marwah diri hendaklah pegang
kalau hendak dituakan orang,
tegakkan marwah menjadi tiang
Kalau hendak duduk di majelis,
marwah diri jangan dikikis
Kalau tak mau mendapat malu,
marwah diri jaga selalu
Duduk tunggul, tegak punggur
Diam tunggul bercendawan,
diam punggur lapuk
diam tembilang berkarat
diam ubi berisi
diam jerat mengena
Mencari lagak pada bayan,
mencari angguk pada balan
Adat bertali panjang bersembilu tajam
Yang adat tak membunuh,
yang pusaka tak membinasakan
Adat bercupak dan bergantang,
adat berkati dan bertail
adat bersukat dan bertakar
Adat tak membuang bijak
Adat bersandar pada yang benar,
adat berpijak pada yang adil
Adat menunggu pada yang haq,
adat menanti pada yang lurus
Adat duduk pada syarak,
Adat tegak pada mufakat
Meludah ke langit
mengajar buaya menyelam
menggurui harimau menangkap
Berkepala dua, bersilang lidah
Sekali tali diungkai,
sekali nyawa dibagi
Kalau ikan dipesiang,
siapkan belanganya
Kalau bertanak, jaga puntungnya
Menetas tak mengeram
Kayu rebah rumah terdiri
Berumah tak berdapur
Anjing menyalak tak menggigit,
harimau mengaum tak menangkap
kayu bercabang banyak buahnya,
jalan bercabang banyak gunanya
pikiran bercabang banyak olahnya
lidah bercabang banyak salahnya
Menggarami laut,
menyemakkan rimba
Berat tidak memberatkan,
ringan tidak menjadi beban
Jauh tidak membunuh,
dekat tidak mengikat
Dekat tidak menyekat,
jauh tidak membuang
Berpucuk muda berdaun tua
Beranting berdahan rindang
Kecil batang besar buahnya
Dari ranting yang kecil,
keluar buah yang besar
Gajah mati ditimpa ranting,
semut tak mati ditimpa antan
Lebar daun dibuat tudung,
lebar tikar tempat bersila
lebar dada tempat bertanya
Sekali memegang kemudi,
sekali hutang bertambah
Sekecil-kecil pohon,
dapat juga semut berteduh
Membunuh semut, cukup dengan sebilah lidi
Membunuh cakap dengan cakap
Mati langkah dapat berkelah,
mati akal ke mana lagi? (apalah daya)
Mati langkah, kalah,
mati akal, terjual
Cincin memutus jari
rantai memutus leher
pagar makan tanaman
tongkat membawa rebah
Pinang ketai, sirih meragai
Pinang kelat, sirihnya pedas
Cincin selingkar jari,
rantai selingkar leher
akal selingkar alam
Tuah cincin di jari
tuah rantai di leher
tuah budi di hati
Junjung patah, sirih pun rebah
Junjung patah, kacangnya rebah
Sirih diberak burung, pinang direntak kera
Setajam-tajam mata pedang,
lebih tajam mata kalam
Di mana gajah lalu,
di sana tanahnya lembang
Retak gading jadi ukiran,
retak budi jadi gunjingan
Retak gading jadi ukiran,
retak piring jadi sebutan (gunjingan)
Memberi berbagi,
menerima bersama
Bulan tak menunggu pasang
Kalau tak ada matahari, tak kan terasa hari siang
Sebelum kiamat, tak kan habis bulan di langit
Yang bersisik belum tentu ikan,
yang berparuh belum tentu burung
Miang keladi dapat dicuci,
miang hati payah obatnya
Makan sehari, lapar setahun
Rezki harimau
Rezki semut
Semakin condong batang kayu,
semakin banyak yang menitinya
Di mana biawak memanjat,
di sana anjing menyalak
Miskin tidak membuang nama,
kaya tidak membuang bangsa
Melarat tidak membuang sifat,
berharata tidak membuang soko
Pangkat tidak membuang sifat,
harta tidak membuang soko
Di mana tugal dicocok,
di sana padi tumbuh
Di mana kandang rerak,
di sana musang mengena (masuk)
Di mana dinding teretas,
di sana tempias lalu
Di mana lantai terjungkat,
di sana tunggul menyembul
Di mana rumah dicacak,
di sana hutang tumbuh
Di mana dahan terkerat,
di sana rantingnya patah
Di mana tunggul terpepat,
di sana kura-kura naik
pertama malu memberi malu
kedua malu berbuat malu
ketiga malu diberi malu
keempat malu dibuat malu
kelima malu menjaga malu
keenam malu penghapus malu
ketujuh malu menjemput malu
Segan bersusah,
hidup kan payah
Segan belajar
hidup terlantar
Di mana air larah
di sana orang mengucau
Kalau baji sudah masuk
yang menjumpai bertambah buruk
Kalau baji sudah masuk
simpai juga yang teruk
Takut jatuh, bersungguh
takut susah, berpayah
Takut miskin, berlenjin
takut sengsara, berusaha
takut malu, berilmu
takut hina, bertanya
Pancang dapat dialih-alih
kata pantang dirobah, robah (cakap)
Penyakit jangan ditidurkan,
salah jangan didiamkan
Setia sepanjang masa
taat sepanjang hayat
Tegak marwah karena setia,
tegak daulat karena taat
Berdiri agama karena taqwa
berdiri bangsa karena setia
Orang perajuk mati hanyut
orang penyegan mati meragan
Segan bersakit,
hidup kan sempit
Salah kain, lenjin
salah makan, malan
salah sebut, ribut
salah jalan, kebelan
berbekal dengan akal,
berbaju dengan ilmu
Habis daya,
tinggal doa
Sekali menjadi niat,
dikejar sampai kiamat
Sekali sumpah dibuat,
dijaga sampai kiamat
Sekali janji dipahat,
dinanti sampai ke lahat
Sekali janji diikat,
ditunggu sepanjang hayat
Sekali niat dipasang,
selama hidup menjadi hutang
Sekali amanah tiba,
dunia akhirat wajib dijaga
Sekali amanah datang
dunia akhirat menjadi hutang
Di mana ada celah,
di sana ulat masuk
Di mana ada retak,
di sana baji menunggu
Salah sentak luka tangan,
salah sorong luka hati
Karena karenah hilang tuah
Karena perangai kampung tergadai
Tuah tak dapat dibeli,
marwah tak dapat dijual
Benci tidak mengada-ada
sayang tidak dibuat-buat
Hajat tak membunuh,
niat tak memupus
Hajat sepanjang gogo
niat sepanjang daya
Merajuk rezki karena dengki
merajuk tuah karena fitnah
menggulut air setimba,
berebut dian sebatang
Bergegas selagi pasang
bergulut menjelang surut
Mencari rezki dengan budi,
mencari tuah dengan marwah
Salah duduk, teruk
salah cakap azab
salah buat penat
salah pilih letih
Besar selera besar hutangnya,
besar cakap besar malangnya
Takut sumbing sekuku,
pecah pinggan setalam
Segan bertanak,
nasi tak masak
segan menebas,
kemaklah nafas
Segan berjalan,
kosonglah pinggan
Berani bercakap,
tahan mengidap
Berani meretas,
tahan ditetas
Berlebih runding,
kepala pening
Banyak duduk,
banyak teruknya
Banyak sangkal,
kerja pun gawal
Cakap (bual) melangit,
kerja sepalit-lit
Adat hidup orang sekampung
yang rendah anjung menganjung
yang tinggi junjung menjunjung
Adat hidup orang sebanjar,
yang bodoh sama diajar
yang tidur dengar mendengar
yang kurang antar mengantar
yang lebih tukar menukar
Adat hidup orang bersahabat
kalau ada sama mendapat
kalau habis sama menjilat
Adat hidup dengan tetangga,
kalau tidur jaga menjaga
kalau sakit pelihara memelihara (bela-membela)
Adat hidup berumah tangga
aib malu sama dijaga
anak pinak sama dibela
pahit manis sama dirasa
berat ringan sama dibawa
kaya dengan saudara mara
miskin dengan silang sengketa
Adat hidup orang beradat,
duduk tegak memegang sifat
tunjuk ajar tidak menyesat
pahit manis tidak mengumpat
kalau memberi bercepat-cepat
kalau minta berlambat-lambat
kalau menghukum bertepat-tepat
kalau bercakap tidak menyekat
Adat hidup orang berbudi
tahu menjaga marwah diri
pandai menenggang rasa
pandai membuang rasa dengki
mau bersakit dalam sempit
mau bersusah dalam payah
Adat hidup orang beriman
segala kerja tidak menyeman
amal ibadat jadi idaman
berbuat baik tak pernah segan
Adat hidup orang berakal,
banyak ilmu banyak beramal
hidup di dunia mencari bekal
Tegak merentang langkah,
duduk merentang niat
Tegak membelah langit,
duduk menarah bumi
Berjalan menurut unut,
berlayar menurut alur (berkayuh)
belalang tahu kan ketingnya,
gajah tahu kan gadingnya
Manusia pantang kehinaan,
ikan pantang kekeringan
dubalang pantang kelintasan
tua pantang ke langkahan
Dalam laut tak menghanyutkan,
dangkal laut yang menggalang
Adat berpijak pada yang benar,
hukum bersandar pada yang adil
Adat tidak membuang bijak,
penghulu tidak membuang tuah
Duduk adat karena syarak,
tegak adat karena mufakat
Makan menjunjung berkah
duduk menjunjung tuah
Makan ada berkatnya,
duduk ada adatnya
Lapar jangan didiamkan,
kenyang jangan diturutkan
Adat hidup orang senegeri,
dalam susah beri memberi
dalam sakit bagi membagi
Adat hidup orang serantau
kalau pahit jelau menjelau
kalau senang tinjau meninjau
Seulas sama dirasa
sesuap sama dikecap
Beban sama dipikul
hutang sama dipampas
Tugal sama runcingnya,
parang sama tajamnya
Sealun bak gelombang,
seangguk bak balam
Menyukat sama pepat
menghasta sama panjang
Menggenggam sama cengkamnya,
mengaut sama karutnya
Tergalang sama berkering,
tertumus sama terbaring
Ikan tahu kan lubuknya,
kijang tahu kan bakalnya
Ikan tahu kan sisiknya,
manusia tahu kan budinya
Gajah tahu kan kuatnya,
manusia tahu kan akalnya
harimau tahu kan taringnya
Semut tahu kan kecilnya,
gajah tahu kan besarnya
Laut tahu kan ombaknya
rimba tahu kan semaknya
Rotan tahu kan onaknya,
lalang tahu kan culanya
Yang dahulu tempat berguru,
yang kini tempat berbudi
yang akan datang tempat berhutang
Yang dahulu menjadi guru,
yang kini menjadi budi
yang mendatang menjadi hutang
Yang lama tempat bertanya,
yang baru tempat berguru
Buta pada adat,
binasa pada sifat
Adat hilang, badan terbuang
Adat menjauh, negeripun gaduh
Adat tertimbus, marwah pun pupus
Syah kata syarak, ya kata adat
jauh sulang menyulang,
dekat pandang memandang
yang elok sama dijunjung
yang buruk sama ditampung
Dekat bujuk membujuk,
jauh kenang mengenang
Yang lama menjadi tanda,
yang kini menjadi raja
yang nanti menjadi kerja
Yang sudah menjadi pancang,
yang kini menjadi tiang
yang besok menjadi hutang
Yang lampau tak kan terjangkau,
yang kini tak kan lari
yang besok yang kan ditengok
Yang lalu biarlah dulu
yang sekarang kita dipandang
yang besok kita jenguk
Yang sudah dipersudah
yang kini dijimati
yang besok diperelok
Yang hilang tak usah (jangan) dibilang
yang ada dipelihara
yang akan datang diperterang
Yang lalu menjadi hulu,
yang sekarang yang dipegang
yang kan datang yang ditunang
Yang dahulu pemberi tahu
yang kini menjadi budi
yang akan datang menjadi hutang
Yang dahulu pemberi tahu
yang akan datang pemberi hutang
yang kini pembawa budi
Yang dahulu tempat berguru,
yang kemudian tempat bertahan
Kalau tak mau mendapat celaka,
marwah diri hendaklah jaga
Kalau takut ditimpa malang,
pelihara marwah supaya tak hilang
Kalau takut ditimpa balak,
pelihara marwah supaya tegak
Kalau sayang ke ibu bapa,
marwah mereka hendaklah jaga
Kalau sayang ke kampung halaman,
jagalah marwah jangan menyeman
Kalau sayang ke anak cucu,
jagalah marwah sepanjang waktu
Kalau hendak dihormati orang,
marwah diri jangan dibuang
Kalau hendak dikasihi orang,
marwah dijunjung budi ditimang
Tegak Melayu karena marwah,
tegak marwah karena daulat
tegak daulat karena mufakat
tegak mufakat di tiga raja
pertama raja kuasa
kedua raja ibadat
ketiga raja adat
yang disebut tali berpilin tiga
yang digelar tungkin tiga sejarangan
Bapak bertanam untuk anak
Yang lama (dahulu) dikenang-kenang,
yang kini ditimang-timang
yang besok digamang-gamang (diamang-amang)
Adat berpunca pada mufakat,
Adat berlabuh pada adilnya
Kata syarak kata putus,
kata adat kata bersayap
Kata syarak bersimpul mati,
kata adat bersimpul hidup
Kata adat kata bersukat,
kata syarak kata makrifat
Banyak anak banyak tingkahnya (lakunya)
banyak kebelan yang dibuatnya
banyak perangai yang dibawanya
banyak tingkah yang menerukkan
banyak fiil yang memalukan
banyak buat yang menyakitkan
Kalau hidup sama sebanjar,
utamakan budi dan tunjuk ajar
kalau hidup sama sekampung
marwah dijaga adat dijunjung
Sebab sekali adat tersekat,
segala sengketa akan mendekat
sebab sekali marwah terlapah
segala nista akan menimpa
Kalau tak mau jadi hamba orang,
marwah diri jangan dibuang
Kalau tak mau diperkuli orang,
marwah diri hendaklah pegang
kalau hendak dituakan orang,
tegakkan marwah menjadi tiang
Kalau hendak duduk di majelis,
marwah diri jangan dikikis
Kalau tak mau mendapat malu,
marwah diri jaga selalu
Duduk tunggul, tegak punggur
Diam tunggul bercendawan,
diam punggur lapuk
diam tembilang berkarat
diam ubi berisi
diam jerat mengena
Mencari lagak pada bayan,
mencari angguk pada balan
Adat bertali panjang bersembilu tajam
Yang adat tak membunuh,
yang pusaka tak membinasakan
Adat bercupak dan bergantang,
adat berkati dan bertail
adat bersukat dan bertakar
Adat tak membuang bijak
Adat bersandar pada yang benar,
adat berpijak pada yang adil
Adat menunggu pada yang haq,
adat menanti pada yang lurus
Adat duduk pada syarak,
Adat tegak pada mufakat
Meludah ke langit
mengajar buaya menyelam
menggurui harimau menangkap
Berkepala dua, bersilang lidah
Sekali tali diungkai,
sekali nyawa dibagi
Kalau ikan dipesiang,
siapkan belanganya
Kalau bertanak, jaga puntungnya
Menetas tak mengeram
Kayu rebah rumah terdiri
Berumah tak berdapur
Anjing menyalak tak menggigit,
harimau mengaum tak menangkap
kayu bercabang banyak buahnya,
jalan bercabang banyak gunanya
pikiran bercabang banyak olahnya
lidah bercabang banyak salahnya
Menggarami laut,
menyemakkan rimba
Berat tidak memberatkan,
ringan tidak menjadi beban
Jauh tidak membunuh,
dekat tidak mengikat
Dekat tidak menyekat,
jauh tidak membuang
Berpucuk muda berdaun tua
Beranting berdahan rindang
Kecil batang besar buahnya
Dari ranting yang kecil,
keluar buah yang besar
Gajah mati ditimpa ranting,
semut tak mati ditimpa antan
Lebar daun dibuat tudung,
lebar tikar tempat bersila
lebar dada tempat bertanya
Sekali memegang kemudi,
sekali hutang bertambah
Sekecil-kecil pohon,
dapat juga semut berteduh
Membunuh semut, cukup dengan sebilah lidi
Membunuh cakap dengan cakap
Mati langkah dapat berkelah,
mati akal ke mana lagi? (apalah daya)
Mati langkah, kalah,
mati akal, terjual
Cincin memutus jari
rantai memutus leher
pagar makan tanaman
tongkat membawa rebah
Pinang ketai, sirih meragai
Pinang kelat, sirihnya pedas
Cincin selingkar jari,
rantai selingkar leher
akal selingkar alam
Tuah cincin di jari
tuah rantai di leher
tuah budi di hati
Junjung patah, sirih pun rebah
Junjung patah, kacangnya rebah
Sirih diberak burung, pinang direntak kera
Setajam-tajam mata pedang,
lebih tajam mata kalam
Di mana gajah lalu,
di sana tanahnya lembang
Retak gading jadi ukiran,
retak budi jadi gunjingan
Retak gading jadi ukiran,
retak piring jadi sebutan (gunjingan)
Memberi berbagi,
menerima bersama
Bulan tak menunggu pasang
Kalau tak ada matahari, tak kan terasa hari siang
Sebelum kiamat, tak kan habis bulan di langit
Yang bersisik belum tentu ikan,
yang berparuh belum tentu burung
Miang keladi dapat dicuci,
miang hati payah obatnya
Makan sehari, lapar setahun
Rezki harimau
Rezki semut
Semakin condong batang kayu,
semakin banyak yang menitinya
Di mana biawak memanjat,
di sana anjing menyalak
Miskin tidak membuang nama,
kaya tidak membuang bangsa
Melarat tidak membuang sifat,
berharata tidak membuang soko
Pangkat tidak membuang sifat,
harta tidak membuang soko
Di mana tugal dicocok,
di sana padi tumbuh
Di mana kandang rerak,
di sana musang mengena (masuk)
Di mana dinding teretas,
di sana tempias lalu
Di mana lantai terjungkat,
di sana tunggul menyembul
Di mana rumah dicacak,
di sana hutang tumbuh
Di mana dahan terkerat,
di sana rantingnya patah
Di mana tunggul terpepat,
di sana kura-kura naik