Adat tidak memilih tempat
undang tidak memilih padang

Title

Adat tidak memilih tempat
undang tidak memilih padang

Subject

Ungkapan

Creator

Tenas Effendy

Source

Ungkapan Tradisional Melayu-Riau (X)

Identifier

31722

Text

lenggang jangan membuang langkah

jangankan melenggang, tangan pun tak tergarit

Jangankan lepas makan, membeli garam pun tak cukup

Jangankan lepas tekap, makan pun merakap

Sudah beranak pinak, bergayut juga ke susu mak

Sudah tua bangka, bergantung juga ke orang tua

Kalau nasib tidak beruntung:
Anak lah besar masih bergantung
Pergi mencari kaki melotong
Ke tengah ke tepi tak masuk hitung
Hendak bercakap lidah terpotong
Diam di rumah perut gembung
Pergi ke ladang disengat pemutung
Padi dijemur dimakan burung
Makan minum dalam tempurung
(berpinggan daun bermangkuk tempurung)

orang lepas awak terkurung

Kalau nasib dirundung malang:
Anak tidak menjadi orang
Padi ditanam tumbuh lalang
Ayam ditambat disambar elang
Untung dicari bala yang dating
Ikan dipanggang menjadi arang
Penat mencari tak lepas hutang
(hutang melilit keliling pinggang)
cobaan datang tidak berkelang
ke tepi tercampak ke tengah terbuang
siang megeluh malam mengerang

karena akal belum menyorong
kaki terlajak mulut terlangsung

karena dibuai mulut manis,
periuk pecah sumpit pun kempis

Karena percaya kabar burung:
Mata lepas badan terkurung
Hati terbakar langkah terdorong
(hati panas cakap terlangsung)

tua tak berakal, mati menyesal

sebelum habis beban, jangan melenggang

yang senang yang panjang lenggangnya

Menutup lubang lama saja sudah tercungap-cungap

Menutup lubang lama saja, sudah sesak ngap

Selagi hidup tercungap-cungap, tak kan dapat menetap

Bagaimana badan tak teruk, siang malam tak dapat mengap

Bagaimana uban tak memutih, siang malam pikiran letih

Bagaimana tidak beruban, siang malam tak dapat meluruskan badan

Jangankan berganti kain baju, dapur pun tak berasap

Jangankan mengganti rumah, baju di badan tak terganti

Jangankan mencari kaya, makan saja tak lepas

Jangankan kaya, makan pun mengap

Jangankan berlebih, makan pun tercungap-cungap

Jangankan bertambah, yang ada pun punah

Jagankan berlebih, makan pun dengan lada garam

Sebelum bercakap, tenangkan ngap

Sudah lapang ngap, baru bercakap

Sebelum dapat mencungap, eloklah senyap

Sebelum dapat mencungap, jangan senyap

Sebelum dapat mencungap, pantang menyenyap

Sebelum mencungap, bawa mengidap

Sebelum mencungap, tahan mengidap

Sempit tak dapat meluluskan ngap

Kalau hidup tercungap-cungap, tak kan dapat melepaskan ngap

Baru saja hendak mengap, lubang menganga pula

Bagaimana hendak mencungap, hutang selilit pinggang

Supaya tetap tegak, kaki diperbanyak

Supaya tidak condong, perbanyak sokong

Supaya kuat, perbanyak tongkat

Supaya menahan, perkuat iman

Penat berjalan lepas makan,
Letih bertanya lepas tanya

Lepas makan untuk badan
Lepas tanya untuk nyawa

Tak lepas tanya, tak kan menjadi kepala

Belum lepas malu, sudah menghulu-hulu

Belum lepas malu, lah hendak berumah

Menjelang akal tumbuh, cari tempat berteduh

Menjelang akal menyorong, tunggu kampong

Menjelang darah mengulang bawa bertenang

Sudah mengulang darah ke muka, baru melangkah

Sudah mengulang nafas di dada, baru bersuara

Hati memayang, pikiran pusang

Hati memayang, kepala goyang

Hati memayang, perut mual

Hati memyang, selera hilang

Jangan biarkan kaki naik ke kepala

Kalau diturut hati yang nekat, banyaklah jari akan melekat

Kalau mau sentosa, kaki jangan dijadikan kepala

Kalau mau tenang, kepala jangan tergoyang-goyang

Kalau kepala mau tegak, kaki jangan dianjak

Supaya kepala tetap, kaki diperkuat

Supaya tetap berdiri, pelihara kaki

Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya lari ke rimba

Kalau diturutkan hati yang iba, mau rasanya meminum tuba

Malu hati aib muka

Rusak nama hilang umpama

Bercerai berai terbuang anak

Orang tua bercerai anak berkecai-mecai

Laki bini cerai berai, rumah tangga kecai mecai

Pecah periuk nasi berkecai rumah tangga

Hati berat, langkah terdedat

Hati gelorat, kerja terdedat

Hati larat, pikiran sesat, akal tersumbat

Hati larat, pikiran tumpat

Hati memayang, badan bayang

Kalau diturutkan hati gelorat, alamat badan ditimpa mudarat

Kalau diturutkan hati gelorat, pikiran hilang akal pun larat

Kalau diturutkan hati gelorat, maulah karam di atas darat

Kalau diturutkan hati gelorat, mau rasanya menmpuh jerat

Kalau diturutkan hati gelorat, semakin lama semakin larat

Kalau diturutkan hati gelorat, lupalah laut tak ingat darat

Kalau diturutkan hati gelorat, maulah hidup melarat-larat

Kalau diturutkan hati gelabah, mau rasaya meninggalkan rumah

Kalau diturutkan hati yang luka, matilah badan menanggung duka

Kalau diturutkan hati yang remuk, mau rasanya mati beramuk
Kalu diturutkan hati yang gundah, mati sia-sia hidup tak berfaedah

Kalau diturutkan hati yang pedih, mau rasanya bercerai kasih (berhabis kasih)

Kalau diturutkan hati merajuk, matilah badan disepepak teluk

Kalau diturutkan hati yang risau, matilah badan disepepak rantau

Kalau diturutkan hati yang patah, lupalah kampong tak ingat rumah

Kalau diturutkan hati yang pilu, matilah badan menanggung rindu

Kalau diturutkan hati yang pilu, badan melarat hidup tak tentu

Kalau diturutkan hati yang kalut, hanyutlah badan di tengah laut

Kalau diturutkan hati yang rawan, binasa lah badan di dalam hutan

Kalau diturutkan hati yang tumpat, matilah badan di dalam sesat

Kalau diturutkan hati yang pusang, matilah badan di rantau orang

Kalau diturutkan hati georat, matilah badan dalam melarat

Walau hati bengkak, di muka jangan nampak

Walau hati menggelegak, di muka jangan beriak

Telinga merah, hati menggelegak

Telinga berdesing, hati merensing

Telinga merah, mata menyala, hati membara, muka menyinga

Kalau hati sudah membara, hilanglah akal lenyap kira-kira

Karena geran muka merah padam

Karena dendam sempitlah alam

Karena dendam muka pun lebam

Kalau diturutkan hati menyala, hilanglah akal budi bicara

Kalau diturutkan hati yang bengkak,

Matilah badan di dalam semak

Kalau akal tidak dipakai,
Cakap tak betul laku merempai

Kalau akal bengkok, lambat laun kena pekuk

Kalau hati busuk, lambat laun dimakan kutuk

Kalau lidah bercabang, lambat laun masuk pelubang

Kalau hati bercabang, badan teruk celaka pun datang

Kalau hati berbelah bagi, niat tak sampai kerja tak menjadi

Kalau pikiran bercabang-cabang
Tak satu pun dapat dipegang

Kalau pikiran kusut masai, banyaklah kerja yang tak selesai

Kalau pikiran kalang kabut, hati serasa dipukul rebut

Kalau pikiran kacau balau, mata memandang bergelau-gelau

Kalau pikiran tidak menentu, salah-salah menjadi hantu

Hati jangan diturutkan sangat
Selera jangan diikutkan amat

Anak durhaka tempatnya neraka

Puntung neraka anak durhaka

Kalau tak ingat dosa, pendeklah kira-kira

Kalau tak ingat dosa, sudah lama binasa

Kalau tak ingat hidupkan mati,
Rusak perangai buruklah pekerti

Kalau tak ingat hidupkan mati
Halal haram tidak perduli

Kalau tak ingat hidup berTuhan
Tua muda menjadi setan

Kalau tak ingat hidup berTuhan
Halal haram kena pemakan

Kalau tak ada iman di dada
Halal haram disamakan saja

Kalau tak ada akal sehat,
Ke mana pergi hidup melarat

Kalau akal tidak betul
Kemana pergi kena pukul (kutuk)

Kalau minum sudah mencandu,
Hilang lah rasa aib dan malu

Kalau minum mendarah daging,
Lebih hina daripada anjing

Kalau sudah jadi peminum,
Kalau sudah jadi peminum,
Setan dan iblis akan tersenyum
Setan dan iblis akan tersenyum

Kalau hidup jadi pencandu, pintu neraka sudah menunggu

Kalau sudah jadi pemadat,
Di dunia hina di akhirat melarat

Kalau orang tak mengenal budi,
Daripada hidup eloklah mati

Kalau orang tak mengenal tobat,
Binasalah badan dunia akhirat

Kalau orang tak mengenang jasa,
Alamat mati beroleh siksa

Kalau memperbudak ibu dan bapa
Di dunia terkutuk di akhirat tercampak

Kalau durhaka ke orang tua
Di dunia nista di akhirat neraka

Karena durhaka, menganga pintu neraka

Karena anak, pikiran kemak, hati rusak

Karena anak, banyaklah aib yang menimpa,
Banyaklah malu yang dirasa

Karena anak, terbuka pintu neraka

Karena anak, nafas sesak tidur tak nyenyak
Ke mana-mana hati masak

Melawan orang gila, awak yang gila

Melawan orang mabuk, awak yang mabuk

Kalau iblis sudah merasuk
Pertama gila kedua mabuk

Kalau iblis sudah bertanah,
Ke mana pergi tak kan semenggah

Kalau iblis sudah bersarang, ke mana pergi di caci orang

Kalau setan sudah merasuk,
hilang yang baik timbul yang buruk

kalau setan sudah di badan, timbul gila hilang siuman

Kalau hati dirasuk setan, pikiran buruk mata menyetan

Banyak duit jadi penyakit,

Tak berduit tak dapat menguit

Kebanyakan duit, mabuk ke duit
Tak berduit mabuk penyakit

Kebanyakan makan binasa badan

Kebanyakan tidur tak berasap dapur

Kebanyakan main anak bini tak berkain

Kebanyakan berjalan, lupa kampung halaman

Kebanyakan duduk, tikar lapuk

Kebanyakan merayap, dapur tak berasap

Laki jangan dipelesi
Bini jangan diperbudak

Bini jangan diperbini
Awak jangan dipertangisi

Karena anak banyaklah manusia menjadi rusak

Karena dapur tak berasap, apa ada menjadi asap
Kalau mata sudah berasap, banyak mengucap

Kalau dapur berasap, bekerja pun sedap

Kalau dapur berasap, berjalan sedap

Kalau dapur berasap hati pun sedap

Selagi ada nyawa, tak kan terjual pusaka

Selagi dapat mengais, takkan berulat dapur

Selagi dapat mengekas, takkan berjual baju di badan

Selagi dapat menggagau, tak kan terjual periuk belanga

Selagi dapat menguit, tak kan kebulur

Selagi dapat mengap, tak kan mati kebulur

Selagi dapat ngap, pantang menyeyap

Selagi ada akal, tak kan putus bekal

Kalau tak tahu bercakap, mendengar

Kalau mau disangkil-sangkilkan

Waktu jangan ditunggu-tunggu

Elok mulut diam, elok kaki tangan tak berdiam

Mulut disuruh diam, tangan suruh bekerja

Kalau tak lasak menggagau, periuk berlangau

Kalau tak kuat menggagau, anak bini berlangau

Kalau tak ingat asal, sudah lama terjual

Kalau tak ingat kampong, entahlah

Kalau tak ingat dapur tak berasap, sudah lama lesap

Cerdik jangan digudak gadik
Pandai jangan dibagai-bagai

Belanga masak, periuk terjerang

Kalau tangan berisi, tak susah mencari

Mencari bertangan kosong

Kalau tangan dibawah, tak terangkat lidah

Kalau tangan di bawah, tak terangkat muka

Kalau tangan di bawah, tak dapat mengangkat muka

Kalau tangan di bawah, tergigit lidah

Tergerak hati melangkah,
Terbuka akal berjalan (berlayar)

Tertumbuk akal bawa berjalan
Tertumbuk faham bawa diam